Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Kronologi Pemuda Kapataran Tenggelam di Arus DAS Tondano, Novri Waluku Diduga Abis Minum Ini

Saat hendak kembali ke Kapataran bersama teman-temannya, Novri yang berjalan paling belakang terjatuh ke DAS Tondano.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
kolase Tribunmanado/ HO
Kronologi Pemuda Kapataran Tenggelam di Arus DAS Tondano, Novri Waluku Diduga Abis Minum Ini 

TRIBUNMMANADO.CO.ID - Heboh seorang pemuda tengelam di DAS Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara ( Sulut ).

Pemuda yang tenggelam dan hilang di DAS Tondano itu bernama Novri Waluku (27).

Novri Waluku merupakan warga Desa Kapataran Tondano.

Berikut ini kronologi yang menyebabkan pemuda Kapataran hilang di DAS Tondano.

Warga Desa Kapataran Tondano itu ternyata terjatuh di DAS Tondano, Minggu (23/01/2023) dini hari.

Novri yang diduga telah mengkonsumsi miras terjatuh usai menghadiri pesta nikah di Desa Wawalintouan.

Saat hendak kembali ke Kapataran bersama teman-temannya, Novri yang berjalan paling belakang terjatuh ke DAS Tondano.

Lokasi Novri jatuh ke sungai tepatnya di atas pasar lama.

Basarnas Manado yang menerima laporan warga jatuh ke DAS langsung mengerahkan tim melakukan pencarian.

Saat ini, pencarian yang sudah memasuki hari ketiga dilakukan di titik dan area sekitar korban jatuh. Penyisiran dilakukan tim SAR menggunakan perahu karet.

Tim SAR juga menggunakam dua set alat selam serta alat AquaEye.

Tim SAR dibagi ke beberapa tim dari darat pinggiran sungai, di perahu karet, di pintu air Tonsea Lama.

Kepala Basarnas Manado Monce Brury mengatakan, pencarian di hari ketiga.

"Biasanya korban tenggelam akan timbul pada hari ketiga. Pencarian ini kami akan maksimalkan dan seluruh potensi yang ada," jelasnya.

Monce mengimbau masyarakat Sulawesi Utara agar waspada dalam menghadapi cuaca ektrim seperti ini dan jangan panik.

"Patuhi imbauan BMKG yang saat ini intensitas hujan, angin dan tinggi gelombang air laut masih sangat tinggi," katanya.

Das Tondano
Das Tondano (tribunmanado.co.id)

Kehidupan Warga Tepi DAS Tondano Manado Sulawesi Utara

Inilah kehidupan Indri, warga Kelurahan Ternate 2 Kecamatan Singkil kota Manado Provinsi Sulawesi Utara.

Indri sudah hampir 50 tahun tinggal di pesisir DAS Tondano.

Indahnya adalah suasana tepi sungai yang romantis.  Apalagi jika malam. 

Airnya bak cermin memantulkan cahaya lampu atau bulan di kala bulan penuh. 

Sungai juga jadi sumber kehidupan. 

Dulunya keluarga Indri mengusahakan tambak di sungai itu. 

Cuan mengalir ke pundi-pundi keluarga, membuat mereka hidup layak.

"Namun bencana banjir besar memorak morandakan karamba ini," kata dia.

Ingin bangun lagi keramba, sudah tak mungkin. Air sungai sudah keruh.

"Sudah kotor," kata dia.

Ada lagi bidang usaha lainnya. Yakni angkut pasir dari dasar sungai. Namun itu pun sudah tak mungkin.

"Dasar sungai sudah penuh material tanah," katanya.

Itu keindahannya. Bicara kengerian, tinggal di tepi sungai memang bikin hati dag dig dug. Apalagi bila hujan.

"Kalau hujan kami tak tidur," ujarnya.

Dikatakannya rumah itu memang langganan banjir. Paling parah adalah pada 2015 lalu. 

Sejumlah warga yang bermukim di DAS Tondano Manado, ibukota provinsi Sulut, menanti dengan cemas relokasi. 

Pasalnya, proses relokasi berjalan lambat. 

"Sampai saat ini masih dalam taraf pengukuran, sedang di tempat lain sudah selesai dan warga mendapat ganti untung yang memuaskan," kata Indri warga

Kelurahan Ternate Dua, Kecamatan Singkil, Manado, provinsi Sulut Jumat (15/7/2022). 

Sebut dia, warga sudah dua kali mengadakan pertemuan dengan pihak pemerintah. 

Pada pertemuan terakhir, warga disodori surat. 

"Di dalamnya ada data - data tentang rumah," katanya. 

Indri mengaku belum tahu berapa bagian tanahnya yang masuk area relokasi. 

Ia berharap prosesnya adil. 

"Kami berharap semuanya bisa berjalan dengan baik," kata dia.

Indri sesungguhnya berat meninggalkan rumah itu. 

Mereka sudah 33 tahun bermukim di sana. 

"Tapi kalau pemerintah ingin seperti itu ya kami ikut, asalkan ada ganti rugi yang sesuai," kata dia. 

Oma Ros warga lainnya mengaku sudah menyerahkan segala dokumen yang diminta ke pemerintah. 

Hanya saja, belum ada kejelasan tentang proses selanjutnya. 

"Malah katanya masih akan ukur lagi," kata dia. 

Oma Ros ingin agar pergantian berupa uang. Dia tak mau ganti bangunan. 

"Saya ingin ganti uang yang sesuai," kata dia. 

Puluhan tahun tinggal di sana, Oma Ros mengaku kantongi sertifikat rumah.

Rumahnya pun cukup besar. Ada usaha warung.

"Namun jika harus pindah yah mau bagaimana lagi, asalkan uang ganti rugi pas," kata dia. 

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved