Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lokal Bercerita

Kisah Hentje Kawet Si Pengrajin Kolintang asal Kakas Minahasa Sulawesi Utara

Untung saja masih ada sosok seperti Hentje Djefry Kawet, hingga musik kolintang tetap eksis dan lestari melalui perkembangan zaman.

|
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Ryo Noor
Kisah Hentje Kawet Si Pengrajin Kolintang asal Kakas Minahasa Sulawesi Utara 

"Ayah saya atur nadanya, dimainkan untuk hiburan di kebun," ujarnya sembari tersenyum.

Momen kolintang di kebun itu tertanam dalam benaknya yang kemudian memunculkan kesukaannya dalam bermusik

"Dari situ muncul saya suka dengan musik, bunyi. Dari anak - anak sudah suka musik," katanya.

Tak hanya bermain musik, ia juga mempelajari membuat kolintang.

Di usia 14 Tahun ia sudah menjadi pengrajin kolintang. Ia diajarkan seniornya bernama Sondakh Tampi

Terhitung sejak tahun 1982, Hentje Kawet memutuskan mandiri dan membuka bengkelnya sendiri

"Sampai sekarang tidak pernah putus membuat kolintang," katanya.

Dalam sebulan minimal ia membuat 1 set kolintang. Tahun 2022, ia memproduksi 15 set.

Ia menjelaskan, sesuai Lokakarya Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan) Cisarua Bogor 2013 diakui kolintang itu 1 set terdiri dari beragam jenis dan ukuran.

Ada 1 Set 7 Unit terdiri dari Melodi, Jukulele, Banjo (Benyo) 1, Banjo 2, Gitar 1, Gitar 2, dan Bass

Ada 1 Set 9 Unit terdiri 7 unit kolintang yang ada,  untuk melodi sudah jadi 2 unit, yakni Melodi Inti dan Melodi Wangko (Besar), dan ditambah Cello.

Kemudian 1 Set 10 Unit, itu terdiri dari 9 Unit kolintang yang ada ditambah Kolintang Melodi Kecil

"Ada juga yang 1 set 5 Unit, tergantung kebutuhan grup," kata dia.

Pembuatan Kolintang

Kolintang itu terdiri dari bilah-bilah kayu untuk menghasilkan bunyi, kotak kayu untuk tatakannya, dan pemukul kayu

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved