Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Willy Kumurur

Brasil vs Serbia di Piala Dunia 2022, Membalut Luka dengan Kemenangan

Kemenangan Tim Samba di Piala Dunia sangat dinanti untuk membalut luka-luka politik yang diderita oleh rakyat Brasil.

handover
dr Willy Kumurur (Alumni Fakultas Kedokteran Unsrat dan penikmat bola. Tinggal di Kota Manado, Sulawesi Utara) 

Oleh: Willy Kumurur
Alumni Fakultas Kedokteran Unsrat dan penikmat bola. Tinggal di Kota Manado, Sulawesi Utara.

JIKA sejarah sepakbola mesti ditorehkan dengan tinta emas, maka Brasil – lah yang dipilih oleh Sang Nasib untuk menuliskan sejarah sepakbola dunia.

Negeri Samba ini seperti tak pernah kekurangan pemain berbakat. Di tiap generasi, tak hanya seorang yang dilahirkan oleh Sang Takdir yang terpilih untuk menulis sejarah bola dengan kaki dan kepala.

Setiap catatan senantiasa ditulis dengan tinta emas. Brasil adalah satu-satunya negara yang memiliki Piala Jules Rimet.

Mereka menyimpannya dengan abadi. Selain catatan indah, semerbak keharumannya menebar ke seluruh penjuru dunia.

Tim nasional Brasil tiba paling akhir di Qatar dengan skuad yang mapan dan menjanjikan.

Baca juga: Cewek Manado Monica Sembung Jagokan Brasil Juara Piala Dunia 2022, Tak Sabar Lihat Penampilan Neymar

Pertahanan yang solid dan berpengalaman, lini tengah yang agresif serta kreatif, dan barisan penyerang dengan kemampuan teknis tertinggi yang terdiri atas para pemain yang saling melengkapi dengan baik.

Semua ini memberi pelatih kepala, Tite, berbagai kemungkinan untuk mengatur tim Samba.

Namun, Piala Dunia bukan hanya soal sepak bola. Kancah politik Brasil sangat panas, di tengah persiapan tim Samba menuju pentas Piala Dunia.

Di penghujung Oktober 2022 yang lalu, rakyat Brasil menuju ke tempat-tempat pemungutan suara dalam Pemilu Brasil untuk memilih pemimpin mereka.

Pilihannya hanya dua: presiden petahana Jair Bolsonaro dan mantan presiden Luiz Inácio Lula da Silva.

Brasil mengalami polarisasi politik akibat persaingan tajam antara dua tokoh tersebut. Pendukung Bolsonaro menebar hoax yang memojokkan Lula melalui para tokoh agama.

Dalam perhitungan suara paska pemilu, mantan presiden Lula da Silva kembali berkuasa, mengalahkan Jair Bolsonaro dengan selisih sangat tipis.

Baca juga: Profil Pemain Timnas Jerman di Piala Dunia 2022, Thomas Muller, Pilar Andalan Tim Panzer

Empat tahun kepemimpinan yang erosif, diikuti oleh pemilihan yang sangat terpolarisasi, telah membuat masyarakat Brasil terbelah.

Lebih buruk lagi, rakyat Brasil harus menyaksikan kapten tim nasional dan pemain bintang, Neymar, membelakangi lebih dari 30 juta orang Brasil yang kelaparan dan 120 juta orang yang hidup di ambang kerawanan pangan dan mendukung Bolsonaro.

Kolumnis bola The Guardian, Juninho Pernambucano, menulis bahwa Neymar jelas kehilangan kontak dengan akarnya yaitu mayoritas penduduk yang akan mendukungnya selama Piala Dunia.

Setiap empat tahun, pemilihan presiden dan Piala Dunia bertepatan di Brasil, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh lanskap masyarakat.

Setelah Piala Dunia Rusia 2018, terjadi pembajakan politik terhadap jersey kuning tim nasional Brasil -jersey yang bersejarah dan sangat dihormati.

Jersey tersebut digunakan untuk meningkatkan gerakan nasionalis Bolsonaro dan membuat jutaan rakyat Brasil tidak mengakui dan menolak untuk memakainya, bahkan untuk kepentingan di Piala Dunia.

Namun terlepas dari semua ini, masih ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Baca juga: Piala Dunia 2022 Panggung Ketidakpastian

Dengan banyak orang di Brasil mendukung tim nasional dan berharap bahwa kesuksesan tim Samba di Piala Dunia akan memulai rekonsiliasi akibat luka baru yang menyakitkan.

Proses pemulihan identitas Brasil di panggung dunia dimulai oleh Lula selama Konperensi Perubahan Iklim (COP27) yang diselenggarkan di Mesir.

Ia menunjukkan komitmen baru Brasil terhadap diplomasi global dan kepemimpinan lingkungan; dan proses pemulihan ini diharapkan berlanjut di lapangan hijau selama perhelatan Piala Dunia di Qatar.

Jika rakyat Argentina sangat berharap agar Tim Tango kalah terus-menerus di fase grup demi pemulihan ekonomi dalam negeri, maka rakyat Brasil beda.

Rakyat Brasit sangat berharap agar Tim Samba berjaya di medan laga untuk memulihkan luka politik serta merekatkan kembali persaudaraan antar anak bangsa.

Dalam situasi politik seperti inilah, tim asuhan Tite memasuki gelanggang pertempuran.

Lawan pertama mereka adalah pasukan Serbia, di bawah pimpinan Dragan Stojkovic yang akan berlangsung di Lusail Stadium.

Kemenangan Tim Samba sangat dinanti untuk membalut luka-luka politik yang diderita oleh rakyatnya.

Namun, Sergej Milinkovic-Savic dan kawan-kawan tak akan rela membiarkan Tim Samba mempecundangi mereka.****

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved