Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tragedi di Stadion Kanjuruhan

Cerita Elmiati, Saksikan Kengerian di "Pintu 13 Stadion Kanjuruhan" Suami dan Anak Meninggal

Seorang ibu muda Aremanita menceritakan momen mengerikan Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang dialaminya pada Sabtu (1/10/2022).

Editor: Tirza Ponto
TribunJatim/Luhur Pambudi/ SURYA/PURWANTO/ KOMPAS.com/SUCI RAHAYU
Cerita Elmiati, Saksikan Kengerian di "Pintu 13 Stadion Kanjuruhan" Suami dan Anak Meninggal 

"Saya dirawat saudara saya. Saya diminta istirahat dan saudara saya itu pergi cari suami dan anak saya," tambahnya.

Anak dan Suami Ditemukan Meninggal

Berbekal dokumentasi foto wajah sang anak dan sang suami, dalam memori kamera ponselnya Elmiati mengaku, berhasil menemukan keberadaan sang anak, sekitar pukul 01.00 WIB, atau tiga jam seusai kerusuhan tersebut.

Mendoakan ratusan korban jiwa atas tragedi Kanjuruhan Malang.
Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat di Surabaya menggelar doa bersama, Selasa (4/10/2022). Berlangsung di Taman Surya kompleks Balai Kota Surabaya, acara ini mendoakan ratusan korban jiwa atas tragedi Kanjuruhan Malang.

Foto tersebut dicocokkan oleh beberapa orang saudaranya yang berusaha membantu mencari keberadaan sang suami dan anaknya.

Ternyata, wajah imut nan tampan dari buah hatinya itu, telah terbujur kaku di dalam kantung mayat yang teronggok di salah satu lorong kamar mayat RSUD Kanjuruhan Malang.

Sedangkan, sejam kemudian, jasad sang suami ternyata berhasil ditemukan di kamar mayat RS Wava.

Kedua jasad orang tercinta Elmiati itu, akhirnya dibawa ke rumah duka Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang, sebelum adzan petanda Salat Subuh berkumandang.

Tak Memiliki Firasat tentang Insiden Nahas

Elmiati merasa, dirinya tidak memiliki firasat yang menandai adanya insiden nahas tersebut.

Hanya saja, sekitar dua pekan sebelum insiden tersebut terjadi, Sang suami sempat mengaku kepadanya, bermimpi kalau rambutnya terpotong.

Namanya juga bunga tidur. Cerita bagaimana rambut sang suami bisa terpotong dalam penggalan mimpi itu, juga tak terlalu jelas.

Hanya saja, ungkap Elmiati, semenjak sang suami menceritakan pengalaman aneh tentang mimpinya itu, perilaku sang suami dirasa belakangan berubah. Seperti merasa resah dan takut.

"Rambutnya sudah dipotong. 'Ma aku kok mimpi rambutku aku potong yo' sembari istigfar.
Dan (belakangan) terlihat resah, enggak seperti biasanya, habis mimpi itu," jelasnya.

Menonton sepak bola di dalam stadion, kini menjadi kengerian tersendiri bagi Elmiati, sejak peristiwa yang membuatnya kehilangan nafsu makan sejak dua hari lalu.

Trauma mendalam, tentu itu yang dirasanya kini.

Apalagi, sebenarnya sang suami dan dirinya juga bukan pegiat sepak bola.

Malam kelabu itu, merupakan pertandingan kedua yang ditontonnya bersama sang suami dan sang buah hati, kurun setahun ini.

Hanya sebatas sebagai hiburan di kala senggang mengisi momen liburan.

Elmiati menyebut tujuannya ke pstadion Kanjuruhan malam itu untuk menyenangkan hati si kecil anak bungsu yang gemar dengan olahraga mengocek si kulit bundar itu.

"Baru 2 kali ini nonton sepak bola. Kurun setahun. Sebenarnya suami saya engga terlalu fanatik, hanya saja, pingin cari hiburan biar gak bosen. Yang suka sepak bola, anak saya yang kecil," ujar perempuan berkerudung itu.

Saat disinggung harapannya terkait tragedi itu, Elmiati tak ingin muluk-muluk.

Ia hanya meminta agar sejumlah pihak dan stakeholder terkait, mengevaluasi sistem pengamanan di dalam stadion.

"Kenapa yang ricuh di lapangan. Tapi kok yang ditribun juga ikut ditembak gas air mata, karena ada anak kecil.

Elmiati mengaku, dirinya sudah tak peduli dengan penanganan kasus tragedi maut tersebut. Apakah bakal diusut atau tidak. Ia memilih pasrah.

"Terserah, pasrah (soal penyelidikan). Yang penting agar tidak terjadi masalah lagi," pungkasnya.

Polri dalami 6 CCTV

Sementara itu, Polri mendalami 6 titik CCTV yang menjadi tempat paling banyak jatuhnya korban dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan rekaman CCTV itu diambil dari 6 titik lokasi pintu keluar Stadion Kanjuruhan.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

"Untuk labfor hari ini masih mendalami 6 titik CCTV, khususnya di pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan pintu 13. Kenapa di 6 titik CCTV ini yang didalami oleh labfor karena dari hasil analisa sementara dinilai titik jatuhnya korban yang cukup banyak," kata Dedi dalam konferensi pers di Malang, Selasa (4/10/2022).

Dedi menuturkan bahwa pihaknya memerlukan ketelitian untuk memeriksa rekaman CCTV tersebut.

CCTV itu nantinya bisa dijadikan alat bukti untuk menetapkan tersangka di kasus tersebut.

"Oleh karena itu, perlu ketelitian dan kehati-hatian juga dari Labfor agar nanti bisa dijadikan sebagai alat bukti bagi penyidik sebelum penyidik nanti tentunya menetapkan tersangka terhadap seseorang," ungkapnya.

Lebih lanjut, Dedi menambahkan tim inafis Polri juga bekerja sama dengan Labfor untuk melakukan identifikasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) di dalam maupun luar stadion Kanjuruhan.

"Tim ini sudah meningkatkan status dari penyelidikan menjadi penyidikan, masih mengumpulkan beberapa alat bukti dan keterangan saksi juga sudah dimintai dan keterangan ahli kemudian ada pemeriksaan alat bukti lainnya seperti petunjuk, surat dan baru nanti pada saatnya kita akan menetapkan tersangka dan langsung memeriksa statusnya sebagai tersangka," katanya.

(SuryaMalang.com/Luhur Pambudi/Dyan Rekohadi) (Tribunnews.com/Adi Suhendi)

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com Tribunnews.com 

Baca Berita Tribun Manado disini:

https://bit.ly/3BBEaKU

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved