G30S
Sosok Kapten Pierre Tendean, Ajudan Tampan Jenderal AH Nasution yang Luluh pada Ade Irma Suryani
Kapten Pierre Tendean termasuk daftar tokoh yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal G30S/PKI.
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Mengemban tugas sebagai ajudan mengharuskan Pierre ikut ke mana saja Nasution bertugas.
Menurut biografi resmi Pierre Tendean dalam Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, kegiatan Nasution yang paling sering di kawal Pierre adalah agenda main tenis. Keluarga Nasution biasanya main tenis dua kali seminggu di lapangan tenis Menteng dan Senayan.
Menurut Saifuddin Sofyan, mantan pemungut bola (ball boy) lapangan tenis Senayan, Pierre termasuk orang yang pendiam.
Bicara hanya seperlunya saja. Pierre juga tidak segan menindak petugas lapangan tenis apabila berbuat lalai. Misalnya, saat ikatan net kurang kencang.
Biasanya, Saifuddin dan kawan-kawannya kena hukuman oleh Pierre berupa push up di tempat.
Lain waktu, Nasution pulang dinas dari Bandara Kemayoran menuju ke rumahnya di Jalan Teuku Umar No. 40.
Saat itu mobil Nasution terjebak macet.
Pierre yang mendampingi segera berinisiatif turun dari mobil dan turun ke jalan.
Jadilah Pierre Tendean menjadi petugas lalu lintas dadakan.
Akibat ulah Pierre, mobil yang ditumpangi Nasution akhirnya bisa melengos di jalan sekaligus mengurai kemacetan yang ada.
Diledek Londo Jowo
Di kediaman Nasution, Pierre menempati paviliun khusus tempat tinggal para ajudan.
Pierre sering diledek “Jawa Londo” oleh anak-anak Menteng sekitar kediaman Nasution.
Olokan tersebut lantaran fisik Pierre yang berkulit putih, berhidung mancung, dan postur jangkung 175 cm.