G30S
Sosok Kapten Pierre Tendean, Ajudan Tampan Jenderal AH Nasution yang Luluh pada Ade Irma Suryani
Kapten Pierre Tendean termasuk daftar tokoh yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal G30S/PKI.
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Tapi kalau sudah berbicara, maka Pierre terdengar medok dengan logat Jawa-Semarangnya yang sangat kental.
Kepada putri-putri Nasution, Pierre menampilkan perangai yang berbeda.
Terhadap si sulung Yanti yang kala itu beranjak remaja, Pierre bersikap tegas, disipilin, dan terkesan galak.
Yanti kerap kena tegur Pierre kalau menginap di rumah kawannya atau ketahuan coba-coba belajar menyetir mobil.
Namun kalau berhadapan dengan sang adik, Ade Irma, Pierre luluh.
Pierre cenderung melunak dan memanjakan putri bungsu Nasution ini.
Saban sore, Pierre selalu menemani Ade bermain sepeda di halaman belakang rumah.
Sementara istri Nas, Sunarti, kerap kali berperan menjadi pamong yang selalu menasihati Pierre, terutama soal percintaannya dengan Rukmini.
“Walaupun demikian, Yanti mengakui bahwa wajah Pierre ganteng luar biasa, yang memesona lawan jenis. Namun, dengan kekakuannya, Pierre jarang tampak genit di depan kaum hawa,” catat tim penulis biograsi resmi Pierre Tendean yang disunting Abie Besman.
Selain kegiatan di dalam kota, Pierre pun harus siaga sewaktu-waktu Nasution dinas ke kota lain.
Nasution acap kali menjadi tamu undangan sebagai pembicara dalam konferensi atau seminar nasional.
Biasanya, Pierre lah yang sering diminta Nasution untuk mendampingi dalam kunjungan di luar kota.
Di saat Nasution menjadi pembicara, sosok Pierre ternyata menjadi pusat perhatian.
Paras tampan Pierre selalu jadi magnet peserta seminar terutama peserta dari kalangan kaum hawa.