Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Boltim Sulawesi Utara

Jumlah Pasien yang Berpenyakit Kusta di Boltim Sulawesi Utara Ada 42

Dinkes Boltim Provinsi Sulawesi Utara Melaporkan Saat ini ada 42 kasus kusta yang ada di Boltim.

Penulis: Rustaman Paputungan | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Rustaman Paputungan
Kantor Dinkes Boltim Sulawesi Utara - Dinkes Boltim Melaporkan Saat ini ada 42 kasus kusta yang ada di Boltim. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sepanjang bulan Januari hingga Agustus tahun 2022 ini, total ada 42 kasus kusta di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sulawesi Utara.

Sepanjang Januari hingga Juni ada 19 kasus yang ditemukan oleh Dinas Kesehatan Boltim. 

Kemudian setelah dilakukan penyelidikan kembali di lapangan pada bulang Agustus ditemukan ada 23 kasus baru. 

Hal itu sebagaimana yang dibeber Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Boltim, dr Hamdan Korompot, Kamis (18/8/2022).

"Kemarin tanggal 1-16 Agustus, setelah turun dan laksanakan kegiatan di delapan puskesmas, untuk sementara yang didapat 23 kasus. Jadi keseluruhan 19 kasus, ditambah 23 kasus," terang dia.

Jumlah ini lebih tinggi jauh dari pada tahun sebelumnya 2021. Di mana Boltim hanya mencatat 2 kasus kusta saja. 

Menurut dr Hamdan Korompot, tahun 2021 mereka mengalami keterbasan anggaran. 

Ditambah kala itu masih gencar-gencarnya penanganan Covid 19. 

2 Kasus yang tercatat itu pun karena mereka yang menderita ini yang datang langsung melapor ke Puskesmas.s.

"Sekarang ini kami, begitu kami turun langsung ke masyarakat untuk periksa kulit, langsung ditemukan banyak kasus," ujar dia.

Ia menjelaskan, rata rata pasien kusta yang ada, berumur 30 - 40 tahun. Mereka tersebar di tujuh kecamatan.

"Sedangkan yang paling banyak ditemukan kasus pasien kusta berada di Kecamatan Nuangan, Modayag Barat, dan Modayag. Dan yang menonjol di Kecamatan Nuangan," terang dia.

Menurutnya, data yang ada di mereka saat ini hanya sekitaran 10 persen dari kasus yang sebenarnya ada.

"Kalau seandainya di sisir keseluruhan, pasti akan bertambah," terang dia.

Ia menceritakan, di Kecamatan Nuangan ada satu desa yang mereka temui, ada 8 orang pasien kusta.

"Dan itu baru di satu lokus, tidak disisir secara keseluruhan. Itu juga baru di satu desa, belum di desa lain," ujar dia.

Pengobatan

Ia menerangkan, penyakit kusta bisa disembuhkan dengan pengobatan teratur dan rutin. 

"Obatnya gratis, atau tidak dipungut biaya sepeserpun. Akan tetapi kalau berobat ke dokter spesialis, biayanya ditanggung sendiri oleh pasien," terang dia. 

Kata dia, untuk obat sudah ada di Dinkes lewat puskesmas - puskesmas yang ada.

"Cara mengobati pasien yang penyakit kusta, ya diobati. Jadi pasien harus meminum obatnya dan tidak boleh putus, dan itupun ada tipenya, yakni ada pengobatan 6 bulan, 9 sampai 2 tahun," ujar dia.

Ia menerangkan, cara menangani penyakit kusta, selain puskesmas - puskesmas, dari dinkes turun langsung evaluasi pasien, pengobatan.

"Dan itu dilakukan setiap tiga bulan sekali, karena keterbatasan dana juga," ujar dia. 

Yang pasti, kata dia, orang yang penyakit kusta bisa sembuh kalau sudah berobat, dan kalaupun dia meninggal karena ada komplikasi penyakit lain.

"Namanya kuman kalau sudah terlalu banyak, dia akan menyerang ke organ lain, seperti paru paru ginjal, dan lain sebagainya, atau luka," ujar dia.

Biasanya pasien kusta, kalau tidak berobat dia akan luka, dan luka kalau sudah infeksi dan tidak bisa diobati, maka meninggal.

"Sebenarnya bukan kustanya yang membuat meninggalnya pasien, tapi karena komplikasi yang terjadi," ujar dia.

Tentang kusta

Penyebab dari penyakit kusta adalah, kuman baktery mikrobacteryum lepra.

Penyakit kusta adalah jenis penyakit tahunan yang dapat menular, dan penularan melalui udara .

"Misalkan satu rumah, atau sering berdekatan tempat duduk, 80 persen bisa tertular," ujar dia. 

Selain itu juga tergantung daya tahan tubuh. Meski begitu, sebagian besar kusta menular.

"Ada pasien kami dalam satu rumah empat orang, dan semuanya tertular karena satu rumah," ujar dia. 

Jelas dia, tetangga radius 50 meter dari rumah bisa menular.

"Sebab bakterinya ada di udara. Dan apalagi bakterinya sudah banyak, pasti penularan sangat cepat," ujar dia.

Ia menuturkan, gejala awal orang mengidap kusta adalah dilihat dari kulit. 

Tandanya kulit muncul penampakan seperti panu, bercak putih dan merah bulat namun tidak gatal dan tidak berasa, walaupun ditusuk dengan jarum.

"Atau hidung seperti pelana melebar, muka membulat, alis sudah tidak ada, di badan timbul merah besar tapi tidak gatal, kemudian jari jari sudah pokol - pokol, itu kusta," ujar dia.

Tidak mengucilkan penderita kusta

Cara menghadapi penderita kusta bagi masyarakat yang belum terjangkit tidak perlu takut. 

Apalagi memunculkan stigma hingga  harus mengucilkan pengidap kusta.

"Karena kalau pasien sudah berobat, tak perlu ditakuti," ujar dia.

Ia menjelaskan, bila penderita kusta minum obat dalam satu bulan rutin, kumanya akan tidur, dan melemah.

Dan kalau pengobatanya sudah enam bulan, maka kuman sudah berkurang. Setelah pengobatan kumannya mati.

"Jadi masyarakat tidak perlu takut, seperti tidur sama - sama, makan sama - sama, beraktifitas sama - sama tidak apa apa, yang penting dia sudah berobat," ujar dia.

Ia mengimbau, bagi masyarakat yang mengetahui ada teman, keluarga atau kerabat yang dilihat punya gejala kusta, diharapkan bisa menyampaikan hal itu ke fasilitas kesehatan terdekat.

"Supaya langsung bisa ditangani dan tidak menimbulkan keresahan di masyarakat," ujar dia. 

Dirinya juga berharap, masyarakat tidak mengucilkan penderita kusta.

"Jangan ada stigma lagi di masyarakat, karena mereka perlu atau membutuhkan bantuan jangan diusir, karena sebagian besar pasien kusta, diusir didalam kampung," ujar dia. 

Kada dia, pihak Dinas Kesehatan dari Tahun ke Tahun sudah melaksanakan sosialisasi di masyarakat.

Dengan harapan, penyakit kusta dapat diputuskan mata rantainya.

Karena selain menimbulkan kecacatan, kusta bisa menimbulkan diskriminasi.

Karena sebagian masyarakat belum bisa menerima.

"Apalagi ini bisa berpengaruh pada ekonomi, karena kalau pasien sudah pokol, lumpuh, maka tidak bisa bekerja, maka kehidupan sosial akan terganggu," ujar dia.

Mahfud MD Mulai Pelit Bicara Pasca Putri Candrawathi Jadi Tersangka Pembunuhan Brigadir J

SAH, PT LIB Nyatakan Markas Sulut United Stadion Klabat Layak Gelar Laga Liga 2


 

 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved