Polisi Tembak Polisi
Natalius Pigai Sebut Polisi Tak Mau Gegabah: "Korban Sudah Pasti Memiliki Informasi yang Sahih"
Eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai berpendapat kasus polisi tembak polisi yang terjadi di rumah jenderal pejabat Polri kali ini berbeda
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus baku tembak di rumah Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo menyisakan tanda tanya.
Insiden yang menewaskan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J itu ramai menjadi sorotan.
Kasus ini bahkan mendapat perhatian lebih dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo hingga dibentuk tim khusus yang dipimpin jenderal bintang tiga.
Baca juga: Sosok Vera Simanjuntak Calon Istri Brigadir J, Pasrah Lihat Kekasih Terbujur Kaku, Pernikahan Kandas
Alhasil sejumlah tokoh angkat bicara soal kasus penembakan di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo, yang menewaskan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai berpendapat kasus polisi tembak polisi yang terjadi di rumah jenderal pejabat Polri kali ini berbeda dengan kasus biasanya.
"Kita bisa lihat dalam penegakan hukum disiplin internal Kepolisian biasanya dilakukan oleh aktor seperti polisi dengan rakyat, polisi dengan swasta, atau polisi dengan institusi lain," ujarnya.
Namun, sambungnya, kasus kali ini melibatkan sesama anggota Polri. Baik yang disebut sebagai korban maupun pelakunya.
"Sehingga yang dilakukan oleh polisi ini mendapat perhatian yang paling serius karena melibatkan internal,” ujar Natalius Pigai.
Oleh karena itu, menurut Pigai, Kapolri berusaha berpikir bahwa penting untuk menyelamatkan institusi Polri yang dipimpinnya.
“Karena kasus yang melibatkan internal polisi ini Kapolri memandang mungkin memandang bahwa institusinya yang harus diselamatkan,” ujar Natalius Pigai.
Menurut Pigai, Kapolri dan jajarannya tak mau gegabah dalam memberikan pernyataan maupun tindakan.
"Karena korban dalam baku tembak ini sudah pasti memiliki informasi yang sahih, intelijen, dan juga kesatuan komunitas. Begitu pun dengan pihak pelaku," katanya.
Pigai juga menjawab pertanyaan kenapa Kapolri harus membentuk tim khusus yang dipimpin jenderal bintang tiga, padahal baik pelaku maupun korban adalah anggota Polri yang berada di level "bawah".
"Meski kasus ini juga terjadi antar lapisan bawah Kepolisian, alasannya adalah banyak perhatian yang kini tertuju pada insiden tersebut, termasuk presiden yang akhirnya memberikan pernyataan."
Singgung Mahfud MD
Natalius Pigai juga menanggapi pernyataan Menko Polhukam, Mahfud MD, terkait kasus baku tembak Brigadir J dan Bharada E.
Natalius Pigai menilai Mahfud MD adalah Menko Polhukam, atasan dari Kapolri dan ketua Kompolnas.
Mahfud MD dinilai seharusnya tidak perlu mengeluarkan pernyataan yang terkesan seperti "orang luar".
Mahfud MD diketahui meminta pihak kepolisian untuk mengusut secara transparan kasus baku tembak Brigadir J dan Bharada E, jangan menyembunyikan tikus.
Daripada mengeluarkan pernyataan itu, sebaiknya langsung memerintah Kapolri untuk mengusut kasus tersebut dengan transparan.
“Beliau tidak boleh keluarkan pernyataan ke publik dong. Kalau mau panggil aja Pak Kapolri perintah ‘Pak saya diperintah Bapak Presiden usut tuntas transparan’ jelas,” ujar Natalius Pigai seperti dikutip dari Youtube TVOne.
Daftar Para Jenderal di Tim Khusus
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo resmi membentuk sebuah tim khusus yang terdiri dari sejumlah perwira tinggi Polri.
Tim khusus dibentuk untuk mengusut kasus polisi tembak polisi yang berujung tewasnya Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J di rumah Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo.
Adapun para jenderal yang bergabung dalam tim khusus adalah Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono dan Irwasum Polri Komjen Agung Budi Maryoto.
Nama lain yang bergabung adalah Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto, Kabaintelkam Polri Komjen Ahmad Dofiri, serta Asisten Kapolri bidang SDM (As SDM) Irjen Wahyu Widada.
"Kita ingin semuanya ini bisa tertangani dengan baik. Saya telah membentuk tim khusus yang dipimpin Pak Wakapolri, Pak Irwasum, Pak Kabareskrim, juga ada As SDM," kata Listyo kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022).
Lantas, siapakah sosok para jenderal ini?
Inilah profil para jenderal yang berada dalam tim khusus bentukan Kapolri, dikutip dari berbagai sumber:
1. Komjen Gatot Eddy Pramono
Gatot Eddy Pramono lahir di Solok, Sumatera Barat, 28 Juni 1965 atau saat ini, umurnya 57 tahun ini.
Ia merupakan perwira lulusan Akpol 1988 dan berpengalaman dalam bidang reserse.
Sebelum menjadi Wakapolri, Gatot Eddy Pramono menjabat Kapolda Metro Jaya.
Jabatan lain yang pernah diemban Gatot Eddy Pramono adalah Kapolres Blitar, Sekretaris Pribadi Kapolri, dan Kapolres Metro Depok (2008).
Gatot Eddy Pramono juga pernah menjabat Kapolres Metro Jaksel (2009), Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya (2011), Analis Kebijakan Madya bidang Pidum Bareskrim Polri (2012), dan Kabagdukminops Robinops Sops Polri (2013).
Ia juga pernah menduduki posisi Karolemtala Srena Polri (2014), Wakapolda Sulsel (2016), Staf Ahli Sosial Ekonomi Kapolri (2017) dan yang terakhir Gatot menjabat sebagai Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri.
Pada 2018, Gatot Eddy Pramono juga dipercaya menjadi Ketua Satgas Nusantara yang dibentuk agar Pilkada Serentak 2018 bisa berjalan aman.
Gatot juga ditunjuk sebagai Wakil Ketua Pelaksana II Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).
Pada Januari 2021, Menteri BUMN, Erick Thohir memilih Gatot sebagai Wakil Komisaris Utama PT Pindad.
Nama Gatot juga pernah masuk dalam bursa calon Kapolri sebelum akhirnya, Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang dipilih.
2. Komjen Agung Budi Maryoto
Sosok perwira kedua yang bergabung dalam tim khusus adalah Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Komjen Agung Budi Maryoto.
Komjen Agung Budi Maryoto menjabat sebagai Irwasum Polri sejak 1 Mei 2020 menggantikan Komjen (Purn) Moechgiyarto.
Jabatan terakhir Komjen Agung Budi Maryoto sebelum menjadi Irwasum adalah Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri pada 2019.
Sejumlah posisi penting pernah dipegang Agung, di antaranya tiga kali menjabat sebagai Kapolda.
Yaitu Kapolda Jawa Barat, Kapolda Sumatera Selatan, dan Kapolda Kalimantan Selatan.
Agung juga pernah menjabat sebagai Kepala Korps Lalu Lintas (KaKorlantas) Polri.
Mengutip dari wikipedia.org, Agung lahir di Cilacap pada 19 Februari 1965 sehingga saat ini, ia berusia 57 tahun.
Ia adalah lulusan Akpol 1987 dan berpengalaman dalam bidang lalu lintas (lantas).
3. Komjen Agus Andrianto
Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim), Komjen Agus Andrianto juga masuk dalam tim khusus bentukan Kapolri.
Agus Andrianto lahir di Blora, Jawa Tengah pada 16 Februari 1967 atau saat ini, ia berumur 55 tahun.
Ia merupakan lulusan Akpol 1989 yang berpengalaman dalam bidang reserse.
Agus menjabat sebagai Kabareskrim sejak 18 Februari 2021 menggantikan Listyo Sigit Prabowo yang dipilih menjadi Kapolri.
Sebelumnya, Agus menjabat sebagai Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri.
Nama Agus mulai dikenal setelah menangani kasus penistaan agama yang menjerat mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Kala itu, Agus menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim pada 2016.
Ia sempat masuk di bursa calon Kapolri untuk menggantikan Jenderal Idham Azis.
Pada saat olah TKP di rumah Irjen Ferdy Sambo, Selasa (12/7/2022), Agus ikut hadir bersama Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto
Dikutip dari pemberitaan Tribunnews.com sebelumnya, Agus Andrianto berada di luar garis polisi.
Namun, ia masuk ke dalam rumah Irjen Ferdy Sambo pada Rabu (13/7/2022) dini hari.
Sayangnya, tidak ada keterangan yang disampaikan Agus dan anggotanya ketika berjalan melewati garis polisi dan masuk ke dalam rumah.
4. Komjen Ahmad Dofiri
Jenderal lain yang masuk dalam tim khusus adalah Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Komjen Ahmad Dofiri.
Ahmad Dofiri mengemban tugas sebagai Kabaintelkam sejak 31 Oktober 2021 dan menggantikan Komjen (Purn) Paulus Waterpauw.
Ia lahir di Indramayu, Jawa Barat pada 4 Juni 1967 sehingga saat ini umurnya 55 tahun.
Ahmad Dofiri merupakan lulusan terbaik Akpol 1989 sekaligus peraih Adhi Makayasa.
Mantan Kapolda Jawa Barat itu berpengalaman dalam bidang SDM.
Ahmad Dofiri mengawali karier kepolisiannya sebagai Kanit Resintel Polsekta Tangerang Polda Metro Jaya pada 1990.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kassubag Jabpamentil Bagian SDM Polri pada 2005.