Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

APBN, Fungsi Stabilisasi di Tengah Ancaman Resesi

"Memerangi inflasi melalui penurunan suku bunga namun dengan risiko ekonomi melambat, atau melanjutkan kebijakan fiskal ekspansif."

Editor: Rizali Posumah
HO
Cliff Rudolf Pandeyate Sangi, S.E. 

Oleh : Cliff Rudolf Pandeyate Sangi, S.E. (Pejabat Pengawas KPPN Bitung)

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Kerja keras Pemerintah dalam menangani dampak pandemi sejak tahun 2020 telah berhasil mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke tren positif.

Dengan kebijakan fiskal yang ekspansif dan dukungan kebijakan moneter Indonesia terhindar dari resesi ekonomi berkepanjangan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berhasil menjadi instrumen stabilitator guncangan dampak krisis ekonomi global, atau yang diistilahkan Menteri Keuangan sebagai shock absorber.

Namun kini fungsi stabilisasi APBN kembali diuji. Faktor eksternal diperhadapkan pada situasi kondisi ekonomi yang tak menentu.

Ekskalasi konflik Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung membawa dampak pada terganggunya rantai pasokan energi dan pangan, yang kemudian berefek domino pada peningkatan inflasi global dan lonjakan harga komoditas.

Tradingeconomics mencatat bahwa harga-harga komoditas yang melonjak telah memantik inflasi tinggi di beberapa negara, antara lain negara anggota G20.

Cina yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,5 persen (yoy) pada Juni 2022 yang merupakan capaian tertingginya sejak November 2021.

Hal yang sama terjadi di Amerika Serikat, di mana inflasi Negara Paman Sam tersebut sempat menyentuh level 8,6 persen (yoy) pada Mei 2022, sebagai level tertingginya dalam beberapa dekade terakhir.

Di dalam negeri, tingkat inflasi Juni 2022 tercatat sebesar 4,35 persen (yoy).

Meskipun masih dalam rentang sasaran inflasi yang diasumsikan dalam APBN Tahun 2022, namun inflasi tersebut merupakan angka tertinggi sejak tahun 2017.

Selain faktor bergeliatnya ekonomi pasca pandemi, kenaikan harga komoditas dan energi dunia mulai memberi tekanan pada tingkat inflasi nasional.

Inflasi pada dasarnya memiliki peran penting dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

Selama inflasi masih dalam taraf normal, stabilitas ekonomi akan tetap terjaga.

Kombinasi faktor ekspektasi keuntungan dari kegiatan produksi dan kemampuan daya beli masyarakat akan memicu pertumbuhan ekonomi.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Aib untuk Like

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved