Hari Bhayangkara 2022
4 Serangkai Jenderal Polri dalam Operasi Tinombala di Poso, Ada yang Jadi Kapolri hingga Pensiun
Empat serangkai Jenderal Polri berhasil menorehkan prestasi melalui Operasi Tinombala yang kini berubah nama menjadi Operasi Madago Raya.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Isvara Savitri
1 November 2019, Idham Aziz menggantikan Tito Karnavian sebagai Kapolri.
Baca juga: Politeknik Negeri Manado Gelar Pelatihan Manajemen Kewirausahaan ke Warga Desa Lansot Timur Minsel
Baca juga: Terungkap Alasan Dua Finalis Nyong Nona Manado 2022 Mengundurkan Diri
3. Muhammad Tito Karnavian

Karier Muhammad Tito Karnavian tak bisa dianggap remeh.
Lelaki kelahiran Palembang, 26 Oktober 1964 ini dikenal sebagai orang yang cerdas.
Hal tersebut membawa dirinya menjabat sebagai Kapolri dan kini menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Sebelum menjadi polisi, Tito Karnavian sekolah di SMA N 2 Palembang.
Setelah lulus, ia mendaftar masuk perguruan tinggi dan diterima beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Ia diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN), Universitas Sriwijaya, dan Akademi Kepolisian.
Namun, Tito Karnavian menetapkan pilihannya pada Akpol
Tahun 1987, ia menjadi lulusan terbaik Akpol dan mendapat penghargaan Adhi Makayasa.
Sebagai polisi, Tito Karnavian tak melupakan pendidikan formalnya.
Ia merupakan lulusan University of Exeter di Inggris.
Ia mendapatkan gelar MA di bidang Police Studies, pada 1993.
Tito Karnavian juga sempat sekolah di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.
Lagi-lagi, Tito Karnavian pun menjadi lulusan terbaik sehingga mendapatkan penghargaan Bintang Wiyata Cendekia.
Tito Karnavian juga mendapat gelar PhD setelah mengenyam pendidikan di Nanyang Technological University.
Prestasinya ini ternyata terus mengalir sampai ia bekerja untuk negara.
Sebagai anggota Polri, Tito Karnavian dikenal memiliki jejak karier cemerlang.
Ia pernah menangkap Tommy Soeharto hingga Dokter Azhari dan Noordin M Top yang menjadi gembong teroris.
Tak heran kariernya terus melejit, pangkatnya pun terus naik hingga menjadi seorang Jenderal.
Sukses membongkar kasus terorisme, Tito Karnavian juga sempat menjabat sebagai Kepala Densus 88 Antiteror dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Kapolri Tito Karnavian juga pernah menjadi Kapolda Papua hingga Kapolda Metro Jaya.
Selama menjadi Kapolri, TIto Karnavian sering membongkar kasus besar.
Salah satu kasus yang ia tangani adalah kisruh Pilpres 2019 yang berujung pada ancaman pembunuhan para Jenderal.
Tito Karnavian kerap muncul di media untuk membeberkan rentetan kejadian hingga pelakunya.
Termasuk ketika ada kasus penusukan Mantan Menkopolhukam, Wiranto.
Ia pun muncul paling depan mengungkap pelaku yang merupakan terduga teroris.
Dalam pengungkapan kasus terorisme, bisa dikatakan Mendagri Tito Karnavian memang ahlinya.
Ia pernah mengungkap kasus teror bom Thamrin, di Jakarta saat masih menjadi Kapolda Metro Jaya.
Seperti yang dimuat Kompas, dalam waktu 25 menit para pelaku langsung dilumpuhkan.
Atas keberhasilannya ini, ia pun diangkat menjadi Kepala BNPT.
Pengangkatan tersebut dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi.
Pangkatnya juga dinaikan menjadi Komisaris Jenderal.
Sebelum itu, ia pun sempat mengungkap gembong teroris yang diduga kuat menjadi dalang pada peristiwa bom Bali pada 2002 dan 2005.
Ia berhasil menangkap Azahari Husin, di kawasan Batu, Malang Jawa Timur.
Diketahui, Azahari Husin kala itu diduga kuat menjadi otak teror bom Bali.
Ia merupakan seorang insinyur asal negeri seberang, Malaysia.
Saat menangkap Azahari Husin, Tito Karnavian memimpin tim Densus 88 Polda Metro Jaya.
Tito Karnavian pun kembali naik pangkat menjadi Komisaris Besar.
Selain Azahari Husin, Tito Karnavian pun turut terlibat dalam penangkapan Noordin M Top.
Noordin M Top ini juga diburu sejak terjadi teror bom Bali pada 2002.
Namun, gembong teroris yang satu ini akhirnya berhasil dilumpuhkan di kawasan Mojosongo, Jebres, Surakarta.
Keberhasilan Tito Karnavian pun membuat dirinya kembali mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa.
Pangkatnya dinaikkan dari Komisaris Besar menjadi Brigadir Jenderal.
Selain itu, ia pun mendapatkan promosi menjadi kepala Densus 88 Antiteror.
Tak hanya itu, Tito Karnavian pun sempat berhasil dalam operasi antiteror konflik di Poso.
Di bawah komandonya, timnya mampu menangkap puluhan orang yang berada di balik konflik Poso itu.
Kini, Tito Karnavian pun sudah resmi menjadi Mendagri. Ia melepaskan jabatannya dari Kapolri.
Baca juga: 100 Knalpot Bising Dimusnahkan Polresta Manado di HUT Ke-76 Bhayangkara
Baca juga: Profil Jeon Jong Seo, Pemeran Karakter Tokyo di Serial Money Heist: Korea.
4. Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo

Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo lahir di Ambon, Maluku, 5 Mei 1969.
Ia merupakan alumni Akpol angkatan 1991.
Selepas dari Akpol, Listyo Sigit bertugas di Polres Tangerang dengan pangkat Letnan Dua (Letda).
Kareirnya terus naik hingga menjabat Kapolres Pati pada 2009.
Tak lama, ia dipindah menjadi Kapolres Sukoharjo pada 2010 lalu menjadi Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang.
Pada 2011, Listyo Sigit menjabat sebagai Kapolresta Solo.
Saat itu, Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo.
Kemudian, pada 2012, saat Jokowi menjabat Gubernur DKI Jakarta, Listyo Sigit dirotasi ke Jakarta untuk menjabat sebagai Asubdit II Dit Tipdum Bareskrim Polri.
Setelah itu, Listyo Sigit Prabowo bertugas di Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara.
Hubungan Listyo Sigit dengan Jokowi kembali dekat saat Jokowi menjabat Presiden RI dimana Listyo Sigit menjadi ajudannya pada 2014.
Listyo Sigit kemudian menjabat sebagai Kapolda Banten pada 2016, Kadiv Propam pada 2018, dan Kabareskrim pada 2019.
Saat bertugas menjadi Kapolresta Solo, Listro Sigit Prabowo dikenal sebagai pribadi yang tak kenal lelah.
Ia bertugas dari pagi sampai pagi lagi.
Saat di Solo, Listyo Sigit Prabowo juga pernah menangani kasus bom Gereja Kepunton.
Menurut Edison, saat kepemimpinan Listyo, kasus kriminal yang paling menonjol adalah insiden bom Gereja Kepunton.
"Seingat saya hanya itu yang menonjol," katanya.
Untuk diketahui, Gereja Kepunton yang berlokasi di Tegalharjo, Jebres, Solo diguncang bom Minggu, 25 Septembr 2011.
Peristiwa itu menewaskan satu orang pelaku dan 10 orang luka-luka.
Baca juga: Nasib Mahasiswi yang Nekat Rebut Senjata Api Milik Polisi, Aniaya Ipda Rano Mardani
Baca juga: Warga Dukung Program Subsidi Tepat, Pertamina Perlu Sosialisasi Masif
Bom terjadi pukul 11.00 WIB saat jemaah meninggalkan gereja usai menjalankan ibadah kebaktian minggu.
Saat itulah, Listyo Sigit Purnomo bersama sama Jokowi ikut menangani dan langsung datang ke lokasi.
"Saat itu datang bersama sama dan ikut menenenangkan situasi, selain mendatangi lokasi beliau berdua juga menjenguk keluarga di rumah sakit," kata Edison.(*)
(Tribunmanado.co.id/Isvara Savitri/Tribunmanado.co.id/Gryfid Joysman/Tribun Jabar/Widia Lestari/Tribun Timur/Ansar/Tribunnews/Daryono)