Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ingat Saddam Hussein? Presiden Irak yang Diktator, Hidupnya Berakhir Tragis di Tiang Gantungan

Saddam Hussein dikenal sebagai pemimpin diktator yang akhirnya lengser ketika diinvasi secara militer oleh Amerika Serikat.

Editor: Alpen Martinus
Banjarmasin Pos
Saddam Husein di hari-hari akhirnya. ia sempat dipukuli dan diludahi para pembelotnya sebelum meninggal di tiang gantungan 

TRIBUNMANADO.CO.ID- Siapa yang tak kenal dengan Saddam Hussein pemimpin Irak.

Ia terkenal sangat diktator dan sering membuat kegaduhan antar negara.

Hidup Saddam Husein pun berakhir tragis.

Baca juga: Raghad Saddam Hussein, Putri Mantan Diktator Irak Berbicara di TV, Ingin Masuk Politik & Kecam Iran

Pengakuan mengejutkan diungkapkan agen CIA, John Nixon terkait dengan diktator Irak, Saddam Hussein. (net)

Memiliki nama lengkap Saddam Hussein Abdul al-Majid al-Tikriti, ia adalah mantan Presiden Irak, dengan periode jabatan 1979-2003. 

Saddam Hussein dikenal sebagai pemimpin diktator yang akhirnya lengser ketika diinvasi secara militer oleh Amerika Serikat.

Saddam Hussein adalah anggota Partai Ba'ath.

Ia berperan dalam kudeta pemerintahan Presiden Abdul Rahman Arif di Irak pada 1968.

Baca juga: Masih Ingat Saddam Hussein? Agen FBI Ungkap Hasil Interogasi Presiden Irak Ini Jelang Digantung AS

Saddam Hussein.
Saddam Hussein. (hand over)

Selama dua dekade lebih menjadi presiden Irak sekaligus pemimpin Partai Ba'ath, ia telah melakukan berbagai pembunuhan massal terhadap rakyat Kurdi di Irak utara dan Muslim Syiah di Irak selatan.

Pada 30 Desember 2006, Saddam Hussein pun dihukum mati akibat kejahatan kemanusiaan yang pernah dilakukannya.

Mulai 2003, Saddam Hussein menjadi buronan internasional karena banyak tindakannya yang memicu kekacauan.

Selain itu, pemerintahannya yang otoriter telah membuat kondisi rakyat Irak sangat menderita dan terjadi beberapa pembunuhan massal.

Baca juga: Diktator Irak Saddam Husein Dieksekusi 30 Desember, Berikut Pengakuan Agen CIA yang Menginterogasi

Foto viral detik-detik Saddam Husein digantung tahun 2016. (VOA Islam)
Foto viral detik-detik Saddam Husein digantung tahun 2016. (VOA Islam)

Saddam Hussein ditangkap pada 13 Desember 2003 dan Partai Ba'ath pun dibubarkan.

Pengadilannya kemudian berlangsung di bawah Pemerintahan Sementara Irak.

Pada 5 November 2006, ia divonis hukuman mati oleh pengadilan Irak atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya, salah satunya terhadap Muslim Syiah pada 1982.

Pada 30 Desember 2006, Saddam Hussein dihukum mati.

Saddam Hussein lahir pada 28 April 1937 dari keluarga miskin di Tikrit, sekitar 100 mil di sebelah utara Kota Bagdad.

Ketika ia lahir, sang ibu yang bernama Sabha sangat depresi karena kematian suaminya, Hussein Abdul al-Majid, dan putranya, karena kanker.

Oleh karena itu, Saddam Hussein kemudian diasuh oleh saudara laki-laki ibunya, Khayrallah Talfah Msallat, hingga usia tiga tahun.

Setelah kembali ke rumah, ibunya menikah lagi dengan Ibrahim Hasan, yang justru mengakibatkan Saddam Hussein mengalami kekerasan dan pelecehan.

Tindakan buruk yang dilakukan ayah tirinya itu sangat membekas dan terus berpengaruh hingga ia dewasa.

Pada usia 10 tahun, ia memilih melarikan diri ke Bagdad dan tinggal kembali bersama pamannya.

Di Bagdad, ia dituntun agar memperhatian pendidikannya.

Namun, di saat yang sama, di usia 16 tahun, Saddam Hussein telah menjadi pemimpin kelompok geng jalanan yang selalu membekali diri dengan senjata ketika keluar rumah.

Satu tahun setelahnya, ia terlibat dalam berbagai bentrokan dan pembunuhan hingga berakhir dipenjara.

Pada 1954, Saddam Hussein sempat belajar di sekolah hukum Irak selama tiga tahun, tetapi keluar pada 1957.

Menjadi anggota Partai Ba'ath

Setelah keluar dari sekolahnya, Saddam Hussein bergabung dengan Partai Ba'ath dan sempat bekerja sebagai guru.

Partai Ba'ath memiliki ideologi sekuler, sehingga sering bertentangan dengan pemerintahan negara-negara di Timur Tengah.

Anggota partai yang masih sedikit menjadi salah satu alasan Saddam Hussein tertarik bergabung Partai Ba'ath.

Saddam Hussein sangat terinspirasi gerakan Pan-Arab (penyatuan bangsa-bangsa Arab) yang dilakukan oleh Gamal Abdul Nasser di Mesir.

Gerakan itulah yang kemudian memengaruhi revolusi di beberapa negara di Timur Tengah, salah satunya Irak.

Saddam Hussein pun sempat melarikan diri ke Mesir karena usahanya membunuh Perdana Menteri Irak, Abduk Karim Kasim, pada 1960-an.

Selama di Mesir, ia melanjutkan pendidikan hukum di Universitas Kairo dan melanjutkan di Universitas Bagdad pada 1971.

Dalam perkembangan selanjutnya, Partai Ba'ath menguasai Irak dan mengantarkan Saddam Hussein menjadi wakil presiden Irak.

Sebagai wakil presiden, sikap Saddam Husein ternyata sangat keras dan otoriter, bahkan melebihi Hasan al-Bakr, yang merupakan presiden Irak.

Saddam Hussein kemudian mulai melakukan tindakan untuk menyingkirkan lawan politiknya dan para penentangnya.

Pada 1979, Saddam Hussein menjadi presiden Irak, setelah menggulingkan Hasan al-Bakr.

Sejak menjadi presiden, ia semakin otoriter hingga memicu berbagai perlawanan dari rakyatnya.

Salah satunya adalah perlawanan Muslim Syiah pada 1982, yang berakhir pada pembantaian umat Islam Syiah oleh pemerintah Irak.

Kepemimpinan Saddam Hussein juga menyeret Irak dalam konflik dengan Iran, yang kemudian dikenal sebagai Perang Teluk I pada 1980.

Dalam Perang Teluk I, Irak yang dipimpin Saddam Hussein membuat Iran sangat menderita karena mengalami krisis ekonomi.

Selain itu, banyak rakyat sipil Iran yang menjadi korban Perang Teluk I. Namun pada akhirnya, Irak kalah dalam Perang Teluk I pada 1988, yang memicu kemerosotan ekonomi di negaranya.

Kemerosotan ekonomi akibat Perang Teluk I membuat Irak kembali terseret kepada konflik dengan Kuwait, yang kemudian dikenal dengan Perang Teluk II, pada 1990.

Konflik ini dipicu beberapa hal, salah satunya, Saddam Hussein menuduh Kuwait berbuat curang dengan melakukan pengeboran minyak di wilayahnya.

Perang Teluk II membuat Irak mendapat embargo dari negara-negara Barat dan mengakibatkan kekuasaan Saddam Hussein terjepit.

Perang akhirnya berhenti setelah Irak terdesak dan Saddam Hussein terpaksa menyetujui gencatan senjata.

Dampak Perang Teluk II sangat besar, di mana Irak dikucilkan dari dunia internasional, terjadi krisis ekonomi, dan kekuasaan Saddam Hussein mulai terancam karena upaya melengserkan dirinya dari kursi presiden Irak semakin keras.(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved