Pengurus Demokrat Sulut Dilantik
Demokrat Sulut Rekrut Tokoh Populis Eks Kader Parpol Saingan, Ini Kata Pengamat Politik Sulut
Menurut Taufik, ada fakta bahwa tidak sedikit masyarakat melihat faktor figur dalam menentukan pilihan tanpa melihat partai politik atau ideologinya.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Handhika Dawangi
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Partai Demokrat merekrut banyak tokoh politik populis Bumi Nyiur Melambai.
Para politisi itu bergabung dalam kepemimpinan Elly Engelebert Lasut sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sulut.
Sejumlah nama beken pun muncul, semisal saja Tokoh Politik berstatus ayah dan anak dari Bolmong Raya. Semisal Mantan Sekprov Sulut, Siswa Rachmat Mokodongan, dan puteranya Affan Mokodongan yang juga Mantan Anggota DPRD Sulut dari PAN.
Ada lagi Mantan Ketua DPRD Bolmut, Karel Bangko masuk daftar pengurus. Bekas politisi Golkar dan Nasdem ini kini menjadi satu di antara Wakil Ketua DPD. Ada lagi Mantan Bupati Bolmut, Hamdan Datunsolang.
Nama beken lainnya yakni Meidy Sumerah, merupakan Mantan Ketua DPW Partai Nasdem Sulut. Sosok ini bergabung masuk di posisi Wakil Ketua DPD.
Tak asing lagi, sosok Harley Mangindaan, Mantan Wakil Wali Kota Manado. Harley memang sudah punya DNA Demokrat dari ayahnya EE Mangindaan.
Lalu satu lagi wakil Bupati Boltim, Oscar Manoppo rupanya ikut bergabung dengan Partai Berlambang Mercy.
Selain Oscar, ada lagi tokoh dari Boltim yakni Amalia Landjar, Puteri dari Mantan Bupati Boltim Sehan Landjar
Sederet nama-nama populis ini pun menambah amunisi Partai Demokrat untuk menghadapi Pemilu 2024.
Kata Pengamat Politik Sulut, Taufik Tumbelaka
Memakai strategi merangkul figur populis yang mempunyai basis massa relatif kuat.
"Hal ini secara pengembangan organisasi kurang tepat namun dalam dunia politik praktis, sah-sah saja," kata dia
Menurut Taufik, ada fakta bahwa tidak sedikit masyarakat melihat faktor figur dalam menentukan pilihan tanpa melihat partai politik atau ideologinya.
"Cara penarikan figur mengarah strategi Patron - Client memang terasa instan. Namun melihat persaingan antar parpol dan pendeknya waktu untuk konsolidasi internal maka cara 'by pass' langkah bijak namun untuk jangka pendek," katanya.
Cara ini juga lazim ditetapkan dalam politik di Indonesia, bahkan Parpol sekelas PDIP pun melakukannya.