Manado
Sendirian Nenek Ini Melayat di Makam Kapiten Kampung Cina Manado di Abad 18: Izin Engkong, Mau Foto
Kuburan tersebut sudah berusia 2 abad. Letaknya pada bagian bawah kuburan Cina di Kelurahan Paal Dua Manado.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Handhika Dawangi
Makam engkongnya dekat jalan tapi sulit dijangkau.
Ada semak - semak tinggi, jalan menanjak dan deretan kuburan.
Semua kesulitan itu dilaluinya demi cinta pada engkong serta keluarganya.
Ada peristiwa unik saat Tribun Manado hendak mengabadikan momen itu. Di foto berulangkali tidak jadi. Kemudian dia bermohon.
"Izin engkong ini wartawan tribun manado, mau ambil foto dan taruh di koran," katanya.
Anehnya, setelah itu baru jadi. Sebuah foto berlatar makam sang Kapitan. Entah pekerja yang jadi tukang foto dadakan salah foto atau memang ada sesuatu yang lain.
Lia warga lainnya mengaku datang ke makam neneknya.
Ia bersama keluarga besarnya. "Ada suami, kakak, adik, ipar, kemanakan dan cucu, dari Manado dan luar Manado, bahkan ada yang dari Jakarta," katanya.
Begitu tiba di kuburan, ia langsung pasang dupa.
Kemudian menabur kertas perak yang ditimpa batu di atas kuburan.
Lalu kertas emas yang merupakan simbol dermawan. "Sesudah itu kami makan makan, sengaja makan bakmie karena itu kesukaan nenek," katanya.
Ia mengaku datang untuk menjalankan perintah Nabi Kongzi. Yakni menghormati leluhur. Hal ini, sebut dia, berimplikasi luas. "Jika
kita cinta leluhur berarti kita cinta pula kemanusiaan dan berarti cinta pula pada negara," katanya. (Art)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/foto-deby-angkouw.jpg)