Tragedi di Pantai Payangan
Akhirnya Terungkap Sosok yang Pimpin Ritual Maut di Pantai Payangan hingga Tewaskan 11 Orang
Diketahui tragedi tersebut berawal dari ritual yang dilakukan sekelompok warga yang menyebabkan beberapa diantaranya terseret ombak.
Seperti Sofiana Nazia (22) murid Nurhasan yang sudah empat tahun masuk di padepokan itu.
Sofiana menjadi korban tewas dalam ritual maut tersebut.
Dewi Soleha (48), ibu Sofiana mengatakan, awal sang anak masuk kelompok ini karena ingin mencari ketenangan hati.
"Katanya mau mencari ketenangan hati, mau berubah," ujar Dewi Soleha, Senin (14/2/2022).
Dewi menuturkan, anaknya sempat menjadi remaja yang nakal. Dia mengkonsumsi minuman keras, seperti arak.
"Terus orangnya juga keras, tidak nurut sama saya. Dari situ, dia ingin berubah, terus diajak temannya untuk ikut kelompok itu supaya bisa berubah," kata Dewi.
Ketika ikut kelompok itu, kata Dewi, anaknya memang berangsur berubah.
"Memang tidak langsung berubah, setahun pertama belum. Namun setelahnya berubah, nurut sama saya. Terus dia bilang mendapat ketenangan hati," lanjutnya.
Karenanya, Dewi tidak melarang Sofi ikut kelompok tersebut. Bahkan setelah empat tahun berjalan, Sofi dinyatakan lulus dan sudah bisa mengobati pasien lainnya.
Di bagian lain, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember KH Abdul Haris mengaku tidak mengetahui keberadaan kelompok ini berikut pemimpinnya.
Haris justru baru mengetahui kelompok ini setelah ada tragedi maut Minggu (13/2/2022) kemarin.
Sementara itu, hingga Senin (14/2/2021) polisi sudah memeriksa 13 saksi , di antaranya korban selamat, warga yang melakukan evakuasi, dan warga yang memberikan imbauan supaya tidak mendekat ke laut karena ombak sedang tinggi.
Hery menyebut, dari penyelidikan sementara tidak ada yang keliru dari bacaan yang dibaca.
Bacaan itu seperti beberapa surat dalam Al-Quran, juga ada bacaan dalam Bahasa Jawa.
Karenanya, untuk memastikan apakah kelompok itu menyimpang atau tidak, pihaknya memerlukan keterangan saksi.