Gunung Klabat
Mengintip Sepotong Surga di Puncak Gunung Klabat Minut
Mendaki gunung adalah saat - saat yang menantang. Penuh marabahaya. Hanya yang berupaya keraslah yang tiba di puncak dengan selamat.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Panglima Perang Jepang zaman Sengoku Toyotomi Hideyoshi pernah mengumpamakan hidup itu seperti mendaki gunung.
Mendaki gunung adalah saat - saat yang menantang. Penuh marabahaya.
Hanya yang berupaya keraslah yang tiba di puncak dengan selamat.
Setelah tiba di puncak gunung, ia hanya melihat awan. Yang hanya bisa dilihat tapi tak bisa diraih.
Dirinya pun paham. Kenikmatan sejati ada dalam perjuangan. Di puncak tak ada apa apa.
Tapi puncak gunung Klabat di Kabupaten Minahasa Utara (Sulut), provinsi Sulawesi Utara (Sulut) berbeda.
Puncak tersebut punya sesuatu yang dapat diraih oleh para pendaki. Yaitu indah di atas gunung.
Dari ketinggian sekira 2000 Mdpl, nampak daerah Manado, Minut, Bitung dan Minahasa.
Danau Tondano di Minahasa terlihat seperti gitar. Sementara wilayah Likupang yang jadi satu dari Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) bak permadani biru.
Suasana sebelum matahari tenggelam merupakan saat - saat terindah di puncak tersebut. Langit menjadi orange bercampur putih dan biru.
Awan berarak sambil bersalin warna dari putih ke hitam. Lembah terlihat gelap dengan kerlap kerlip lampu dari para penghuni bumi di dunia bawah.
Para pendaki biasanya menikmati pemandangan alam ini dengan hening. Keributan dapat mengundang awan yang akan menutupi pemandangan.
Keindahan alam inilah yang membuat para pendaki bersemangat menaklukan gunung tertinggi di Sulut tersebut.
Ada enam pos di gunung tersebut. Setiap pos punya tantangan tersendiri. Terdapat sebuah bukit yang dinamakan tangga helikopter.
Bunga Edelweis