Kesultanan Pontianak
Mengenal Lebih Dekat Kesultanan Pontianak yang Kini Dipimpin Syarif Mahmud Melvin Alkadrie
Lantas seperti apa sejarah Kesultanan Pontianak yang kini merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)?
Ia pun dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Pontianak.
Pada tahun 1779, Kesultanan Pontianak menjalin kerjasama dengan Belanda. Isinya, pemerintahan Tanah Seribu bersedia bekerja sama jika penguasaan Belanda memberi keuntungan bagi masyarakat.
Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad Alkadrie, Kerajaan Pontianak mulai kehilangan eksistensinya, tepatnya pada tahun 1930-an.
Ditambah lagi dengan datangnya Jepang ke tanah Pontianak tahun 1942.
Saat penjajahan Jepang, sejumlah kerajaan di Kalimantan Barat dihancurkan, termasuk Pontianak. Penangkapan, penyiksaan hingga pembunuhan masyarakat, yang berlangsung selama September 1943 hingga Januari 1944.
Selama pemerintahan Jepang, Kesultanan Pontianak luluh lantak.
Hampir semua pemuka adat dibantai oleh Jepang, termasuk pimpinan Kesultanan Pontianak kala itu, Sultan Syarif Muhammad.
Peristiwa tragis yang menimpa kerajaan di Kalbar ini dikenal sebagai peristiwa Mandor.
Peristiwa Mandor membuat masyarakat Pontianak marah hingga terjadilah Perang Dayak Desa.
Mengenal Lebih Dekat Kesultanan Pontianak yang Kini Dipimpin Syarif Mahmud Melvin Alkadrie (Instagram@sultanmelvin.alkadrie)
Sultan Syarif Muhammad tewas dibantai penjajah Jepang, putranya yang bernama Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie atau dikenal dengan nama Hamid II selamat dan dibawa ke Batavia menjadi tawanan Jepang.
Ia dibebaskan usai Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Dengan adanya proklamasi kemerdekaan, Sultan Hamid II menggabungkan wilayah kesultanannya menjadi bagian dari Indonesia diikuti oleh kerajaan lain di Kalimantan.