Nasional
Media Asing Soroti Pembantaian Tragedi Kemanusiaan 1965-1966 G30S PKI, Ada Propaganda Hitam Inggris
Media Asing menyoroti keterlibatan Inggris dalam pembantaian 1965-1966 yang berawal dari peristiwa G3OS PKI, setelah muncul laporan dari Observer.
Alhasil, Soeharto dapat mendirikan pemerintahan diktator korup yang berlangsung selama 32 tahun, sebut The Guardian.
Bedjo Untung (73 tahun), yang kini sebagai Ketua Lembaga Pengkajian Pembantaian 1965/66 Indonesia (YPKP65), telah menuntut permintaan maaf dan penjelasan lengkap dari pemerintah Inggris atas propaganda hitamnya.
Disebutkan bahwa Bedjo Untung pada usia 17 tahun telah bergabung dengan organisasi mahasiswa yang memiliki ideologi "anti-imperialis, condong sosialis", yang sama dengan Soekarno.
Ayah Bedjo Untung adalah seorang guru yang disegani di desanya di Pemalang, Jawa Tengah. Baik ia maupun ayahnya dikatakan tidak pernah menjadi anggota PKI. Namun, ayahnya dipenjara selama 11 tahun.
Sedangkan Bedjo Untung, ditangkap dan dipenjarakan sebagai tahanan politik selama 9 tahun oleh rezim Soeharto.
“Saya mendesak Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara lain yang mengambil keuntungan dari pembunuhan massal orang Indonesia yang tidak bersalah, anggota Partai Komunis Indonesia dan pengikut Sukarno, untuk mengakui tanggung jawab,” tuntutnya.
Pemerintah Inggris selalu membantah terlibat dalam pembantaian 1965-1966 di Indonesia, tetapi dokumen yang dideklasifikasi menceritakan kisah yang berbeda.
Berbeda dengan Raja Belanda Willem-Alexander yang pada 2020, meminta maaf atas “kekerasan berlebihan” yang dilakukan di Indonesia selama pemerintahan kolonial negaranya, yang berakhir pada 1949.
2. Media China, South China Morning Post (SCMP)
Media asal China ini menyebutkan bahwa keterlibatan Inggris dalam pembantaian 1965-1966 di Indonesia telah lama dicurigai.
Sorotan pada peran Barat, khususnya Inggris dalam pembantaian 1965-1966 yang didukung negara, merenggut nyawa setidaknya ratusan ribu orang Indonesia, telah diintensifkan dengan deklasifikasi dokumen Inggris baru-baru ini.
Dalam dokumen tersebut mengungkapkan bahwa unit propaganda bayangan dari Kantor Kementarian Luar Negeri Inggris membantu menghasut untuk terjadinya pembantaian 1965-1966 di Indonesia.
Disebutkan bahwa campur tangan Inggris menawarkan metode dan motivasi dalam mendorong pembantaian 1965-1966, yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Presiden Soekarno yang berhaluan kiri dan melegitimasi pelantikan diktator berikutnya, Soeharto.
SCMP yang berdiri sejak 1903 ini mengungkapkan bahwa campur tangan Inggris mengakibatkan ketakutan yang meluas atas pengaruh komunisme dan sentimen anti-China, meskipun tidak ada bukti bahwa China terlibat dalam gejolak periode tersebut.