Berita Keuskupan Manado
Suster Biarawati DSY Bagikan Nasi Kotak di Pasar Karombasan, Warnai Pembukaan Sinode Para Uskup
Dalam homilinya, Paus Fransiskus menjadikan pembacaan Injil perjumpaan Yesus dengan seorang pemuda kaya, sebagai titik awal refleksi sinodalitas.
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Keuskupan Manado turut menyambut dan mengiringi pembukaan Sinode Para Uskup oleh Paus Fransiskus, Minggu (10/10/2021), dengan sejumlah kegiatan.
Paus merayakan misa di Basilika Santo Petrus sekaligus membuka Sinode Para Uskup. Misa berlangsung khusyuk.
Sinode akan berlangsung dalam tiga tahap selama dua tahun ke depan.
Di Keuskupan Manado, sinode ditandai dengan pelaksanaan tiga kegiatan pokok, yaitu Perayaan Misioner, Misionaris Medsos, dan Misionaris Jalanan.
Perayaan Misioner dan Misionaris Medsos bertepatan dengan Bulan Misi dan Bulan Rosario.
Di beberapa wilayah rohani yang yang masuk zona hijau pandemi Covid-19, kegiatan persekutuan teritorial dilaksanakan dengan Doa Rosario Misioner pada pukul 18.00.
Rasul atau Misionaris Cilik/Ekaristi/Rosario di beberapa wilayah rohani dilakukan dengan perarakan dari rumah ke rumah dengan Salam (KKI: Rasul Cilik dan Ekaristi dengan lagu-lagu khusus), Rosario (Rasul Rosario) dan Katekese (OMK/pimpinan).
Beberapa pengurus wilayah rohani sudah merekam dan mengunggah (upload) kegiatan-kegiatan mereka di media sosial dengan tagar #synodalchurchKM.
Sementara persekutuan kategorial yang digelar pada pukul 20.00 sudah masuk hari kesepuluh.
Di dalam persekutuan kategorial ini dilaksanakan Doa Rosario Misioner secara daring dengan kapasitas 500 orang dengan didahului oleh katekese dari klerus dan dilanjutkan oleh Rasul Awam untuk Rosario.
Adapun Misionaris Jalanan kembali dilanjutkan. Pada Sabtu (9/10/2021), para misionaris dari suster-suster kongregasi DSY turun ke jalan Pasar Pinasungkulan Karombasan, Manado.
Mereka membagikan 100 nasi kotak kepada warga, khususnya kepada pedagang, petugas kebersihan, pengendara ojek, dan anak-anak.
Dua pekan sebelumnya, frater-frater dari komunitas Seminari Pineleng melakukan hal yang sama di sekitaran Tikala.
Rangkaian kegiatan masih akan dilanjutkan dengan Misa Misioner di Keroit, Minahasa Selatan, pada Minggu (17/10/2021).
Misa akan dipimpin Uskup Keuskupan Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC dengan melibatkan perwakilan para Misionaris/Rasul Cilik, Ekaristi, Rosario, Lingkungan Hidup, anak alam, iptek, sosial, doa dan penolong jiwa-jiwa.
Di Vatikan menurut warta Vatikan News, dalam pembukaan Minggu kemarin, umat dari seluruh dunia – termasuk pria dan wanita awam, imam, seminaris, religius wanita dan pria, kardinal dan uskup – ambil bagian dalam liturgi, yang menandai dimulainya proses sinode selama dua tahun.
Dalam homilinya, Paus Fransiskus menjadikan pembacaan Injil hari itu, menceritakan perjumpaan Yesus dengan seorang pemuda kaya, sebagai titik awal refleksi sinodalitas.
“Merayakan Sinode,” katanya, “berarti berjalan di jalan yang sama, bersama-sama.”
Mengikuti teladan Yesus, dia menekankan tiga kata kerja yang menjadi ciri sinode: bertemu, mendengarkan, dan membedakan.
Dalam Injil, kita sering melihat Yesus dalam perjalanan, terbuka untuk bertemu dengan orang-orang yang Ia temui di sepanjang jalan, hadir kepada mereka, dan peduli dengan pertanyaan mereka.
Seperti Yesus, kata Paus, “Kita juga dipanggil untuk menjadi ahli dalam seni perjumpaan.”
Ini melibatkan keterbukaan kepada Tuhan, meluangkan waktu untuk berdoa dan adorasi, dan mendengarkan apa yang dikatakan Roh Kudus kepada kita.
Itu juga membutuhkan keterbukaan kepada orang lain, serta keberanian dan “kesediaan untuk membiarkan diri kita ditantang oleh kehadiran dan cerita orang lain.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa perjumpaan sejati hanya datang melalui mendengarkan orang lain.
Yesus mendengarkan tidak hanya dengan telinga, tetapi dengan hati. Ketika kita mengikuti Yesus dalam mendengarkan dengan hati, “Orang merasa mereka didengar, bukan dihakimi; mereka merasa bebas untuk menceritakan pengalaman mereka sendiri dan perjalanan spiritual mereka.”
Paus mengundang kita untuk bertanya pada diri sendiri, apakah kita pandai mendengarkan, apakah kita membiarkan orang lain mengekspresikan diri.
Dia mengatakan bahwa Roh Kudus meminta kita untuk mendengarkan “pertanyaan, kekhawatiran, dan harapan setiap Gereja, dan tantangan serta perubahan yang dihadirkan oleh dunia di sekitar kita.”
“Janganlah kita membuat hati kita kedap suara; jangan sampai kita tetap terkurung dalam kepastian kita,” pintanya. Sebaliknya, “Mari kita saling mendengarkan.”
Paus Fransiskus bersikeras bahwa “perjumpaan dan mendengarkan bukanlah tujuan itu sendiri,” tetapi harus mengarah pada penegasan.
“Setiap kali kita masuk ke dalam dialog, kita membiarkan diri kita ditantang untuk maju dalam perjalanan. Seperti halnya orang muda yang kaya, Yesus membantu kita untuk membedakan, ‘untuk melihat ke dalam’,” kata Paus.
“Dan untuk menemukan apa yang Allah nyatakan kepada kita, ‘untuk membedakan dalam terang itu’ apa yang ‘benar-benar dihargai oleh hati kita’. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita,” lanjut dia.
Paus menambahkan bahwa sinode adalah perjalanan penegasan rohani yang terjadi dalam adorasi, dalam doa, dan dalam dialog dengan Sabda Allah.
“Kemana Tuhan menuntun kita pada hari-hari sinode ini, Yesus memanggil kita, seperti yang dia lakukan kepada orang kaya dalam Injil, untuk mengosongkan diri kita sendiri, untuk membebaskan diri kita dari semua yang duniawi, termasuk model pastoral kita yang melihat ke dalam dan usang; dan untuk bertanya pada diri kita sendiri apa yang ingin Tuhan katakan kepada kita saat ini – dan ke arah mana Dia ingin memimpin kita.”
“Mari kita melakukan perjalanan yang baik bersama-sama,” kata Paus Fransiskus sebagai penutup.
Dia mengungkapkan harapan bahwa kita dapat menjadi peziarah yang mencintai Injil dan terbuka terhadap kejutan-kejutan dari Roh.
Paus mendesak umat untuk tidak melewatkan kesempatan penuh rahmat yang lahir dari perjumpaan, pendengaran, dan penegasan. (*)
Baca juga: Dinyatakan Melawan Hukum, Brigjen Junior Tumilaar: Sebagai Prajurit, Sebagai Tentara, Saya Patuhi
Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda: Naskah Awal Menyebut Bahasa Persatuan Adalah Melayu Bukan Indonesia
Baca juga: Newcastle Disebut Bakal Jadi Klub Penampung Pemain Buangan