Afghanistan
Banyak Negara Ternyata Incar Harta Karun Mineral Afghanistan yang Capai 3 Triliun Dolar AS
Afghanistan memiliki tabungan mineral besi, tembaga, lithium, kobalt, emas, dan rare-earth yang sangat besar.
TRIBUNMANADO.CO.ID -- Afghanistan ternyata memiliki miliki harta karun mineral mencapai 3 Triliun dolar Amerika Serikat.
Negara tandus ini ternyata memiliki kekayaan tabungan mineral besi, tembaga, lithium, kobalt, emas, dan rare-earth yang sangat besar.
Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan, sekarang punya keunggulan finansial dan geopolitik yang dahsyat, demikian dilansir Deutsche Welle, Rabu, (18/08/2021).
Sebelum mengambil alih Afghanistan, kelompok Taliban mencari dana dari perdagangan opium dan heroin.
Sekarang kelompok itu secara efektif memerintah sebuah negara dengan sumber daya yang dibutuhkan China dan adidaya lain di dunia untuk menumbuhkan ekonominya.
(FOTO: Peta sumber daya mineral Afghanistan, mulai tembaga, emas, lithium untuk baterai kendaraan listrik, batu mulia, hingga rare earth yang sangat dibutuhkan teknologi tinggi termasuk komputer, pemandu peluru kendali, dan satelit, (Sumber: Deutsche Welle) (Deutsche Welle)
Pada tahun 2010, sebuah laporan oleh para ahli militer dan ahli geologi Amerika Serikat (AS) memperkirakan, Afghanistan memiliki kekayaan mineral hampir 1 triliun dolar AS.
Ini karena salah satu negara termiskin di dunia itu memiliki tabungan mineral besi, tembaga, lithium, kobalt, emas, dan rare-earth yang sangat besar. Belum lagi tabungan minyak bumi yang baru saja ditemukan.
Dua dekade terakhir semasa pendudukan Amerika Serikat, sebagian besar sumber daya tersebut tak tersentuh karena kekerasan dan situasi keamanan yang ekstrim.
Sekarang, nilai dari tabungan mineral itu telah meroket luar biasa, dipicu oleh transisi global ke energi hijau.
Sebuah laporan pemerintah Afghanistan tahun 2017, menindaklanjuti penelitian AS sebelumnya, bahkan memperkirakan kekayaan mineral negara itu mungkin mencapai 3 triliun dolar, termasuk bahan bakar fosil.
Itu berapa rupiah ya? Tentu banyak sekali karena sekitar 3 kali produk domestik bruto Indonesia.
Lithium, yang digunakan dalam baterai untuk mobil listrik, ponsel pintar dan laptop, memiliki permintaan gila-gilaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pertumbuhan tahunan akan permintaan lithium mencapai 20 persen, jauh melesat dari beberapa tahun lalu yang hanya sekitar 5 - 6 persen.
Memo Pentagon menyebut Afghanistan adalah Arab Saudi-nya lithium dunia.