Sosok Tokoh
Kisah Oey Pek Yong, Kapiten Kampung Cina Pengusul Penggunaan Bahasa Melayu Manado di Volskraad
Ada satu lagi warga keturunan Tionghoa asal Manado yang punya peranan besar dalam menumbuhkan nasionalisme di Manado. Dialah Oey Pek Yong.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tokoh keturunan Tionghoa turut menyemai nasionalisme di Indonesia.
Di Manado, publik mengenal nama John Lie.
Laksamana John Lie adalah pahlawan nasional. Jasanya besar bagi Indonesia di masa perang mempertahankan kemerdekaan.
John Lie dengan kapalnya yang legendaris bernama Outlaw menembus blokade Belanda untuk menyelundupkan senjata dari luar negeri kepada para pejuang di Indonesia.
Media barat menjuluki John Lie dengan "Great Smuggler With The Bible" karena ia selalu membawa Alkitab dalam setiap operasi.
Ada satu lagi warga keturunan Tionghoa asal Manado yang punya peranan besar dalam menumbuhkan nasionalisme di Manado.
Dialah Oey Pek Yong.
Oey Pek Yong adalah kapiten Cina sejak 1927. Diketahui Kapiten adalah kepala kampung Cina di Manado.
Oey diangkat sebagai anggota Minahasa Raad pada 1926 semasa menjabat luitenant, posisinya sebelum menjadi Kapiten.
Oey Pek yong menjadi anggota Minahasaraad hingga Jepang masuk pada tahun 1942.
Setelah Jepang angkat kaki dari Manado, Oey Pek Yong diangkat kembali sebagai kapiten cina sekaligus sebagai anggota Minahasa Raad yang berjumlah 21 orang pada tahun 1946.
Di saat menjadi anggota Minahasa Raad inilah, Oey melakukan sesuatu hal luar biasa dalam konteks nasionalisme masa itu.
Oey mengusulkan penggunaan bahasa melayu Manado dalam sidang Volskraad.
"Alasannya hanya empat anggota Volskraad yang berbahasa Belanda. Sisanya menggunakan bahasa melayu Manado," ujar Hendri Gunawan Peneliti Tionghoa Rabu (11/8/2021).
Di masa itu, mamakai bahasa Belanda adalah hal yang biasa di Manado dan Minahasa.
Tak hanya di kalangan pejabat, pemakaian bahasa Belanda marak di kalangan warga biasa. Banyak warga Manado yang namanya kebelanda belandaan.
Karena itulah, pemakaian bahasa Indonesia di Volskraad merupakan suatu bentuk perlawanan dalam bentuk paling elegan terhadap kolonialisme belanda.
Di masa kebangkitan nasional pada tahun 1928, bahasa tak hanya tutur, tapi lebih dari itu alat perjuangan.
Bahasa adalah sarana pembebasan seperti salah satu poin sumpah pemuda yakni berbahasa satu bahasa Indonesia.
Oey juga sangat menghargai budaya Minahasa.
"Selama menjabat kapiten Cina dalam setiap kegiatan Tapikong beliau dijemput oleh musik bambu," kata dia.
Sebut Hendri, usaha Oey adalah membuka percetakan yang di masanya adalah yang terbesar.
Nama percetakannya adalah Percetakan cresendo. "Terletak di ujung seberang toko obat Tek Ho Long sekitar tempat potong rambut," ujar dia.
Hasil penelitiannya, Oey Pek Yong hanya mempunyai seorang putri.
Yang bersangkutan sudah keluar Manado. "Keberadaannya sudah diketahui lagi," kata dia.
Sesuai dengan kebijakan pada masa itu, percetakan Oey diambil alih pemerintah karena tak ada ahli waris.
"Percetakan Cresendo hingga kini masih ada dan beroperasi masih dengan nama yang sama tidak mengalami perubahan yaitu percetakan cresendo," ujar dia. (art)
Tentang Manado
Kota Manado adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, dan merupakan kota terbesar kedua di Pulau Sulawesi.
Kota Manado berbatasan dengan Kabupaten Minahasa dan Minahasa Utara.
Kota Manado memiliki 11 kecamatan serta 87 kelurahan dan desa, luas wilayah Kota Manado 157,27 km²
Wilayah perairan Kota Manado meliputi Pulau Bunaken, Pulau Siladen dan Pulau Manado Tua
Saat ini di Kota Manado dipimpin oleh Wali Kota Andrei Angouw dan Wakil Wali Kota Richard Sualang.
Baca juga: Sosok Letda Anisa Perwira TNI AD yang Dilantik Jenderal Andika Perkasa, Seorang Ibu Tunggal 2 Anak
Baca juga: Ganjar Pranowo Tolak Sertifikat Vaksin Covid-19 sebagai Syarat Mobilitas Warga
Baca juga: Luna Maya Blak-blakan Jawab Ini Saat Ditanya Kemungkinan CLBK dengan Ariel NOAH