Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Minut

Kisah Bekas Markas Jepang di Minut, Dulu Tempat Simpan Senjata, Kini Lokasi Uji Nyali

Sisa gudang Jepang dapat ditemui di perbatasan Desa Laikit dan Dimembe di Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara (Minut).

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Arthur Rompis
Sisa gudang tentara Jepang yang dapat ditemui di perbatasan Desa Laikit dan Dimembe di Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara (Minut). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Peninggalan Jepang di Sulut tak hanya goa. Tapi juga gudang.

Sisa gudang Jepang dapat ditemui di perbatasan Desa Laikit dan Dimembe di Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara (Minut).

Tokoh pemuda Laikit Christian Wenas menyebut, gudang itu berada di perbatasan Desa Laikit dan Dimembe.

"Panjangnya mirip bangunan Indomaret, tapi lebih lebar," katanya.

Dindingnya tebal dan barcat putih. Bangunannya tak terawat.

Dari cerita tua - tua, beber dia, gudang itu adalah tempat penyimpanan senjata tentara Jepang. Kerap pula dijadikan markas.

"Saat perang Permesta lalu, warga Laikit mengosongkan kampung lantas sembunyi di sana," ujar dia.

Gudang tersebut juga dipenuhi aura mistis. Diduga tempat itu juga jadi tempat penyiksaan pribumi oleh tentara Jepang.

"Kalau ke sana harus ditemani, karena aura mistisnya sangat kuat," katanya.

Menurutnya, gudang Jepang itu bisa dijadikan objek wisata budaya.

Sekelompok warga Jepang melakukan sembahyang di objek wisata Penjara Tua di Desa Kema II, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara, beberapa tahun lalu sebelum era pendemi Covid-19.

Persembahyangan berlangsung sesuai tata cara agama Shinto, yang merupakan agama 
mayoritas warga negara Sakura tersebut.

"Setelah habis ibadah, mereka bagi barang - barang kepada warga sekitar sini," kata Memed, warga 
sekitar Penjara Tua yang ditemui Tribun Manado, Sabtu (19/12/2020).

Keterangan guide yang mengantar rombongan, para turis Jepang itu bersaudara satu 
sama lain.

Yang didoakan adalah kakek mereka yang wafat di penjara tersebut saat  penjajahan Jepang di Indonesia.

"Mereka tahu itu dari buku memoar seorang prajurit Jepang. Dalam buku itu ada catatan tentang kakek mereka yang wafat di penjara tua setelah ditawan tentara sekutu," katanya.

Penjara Tua dibangun oleh Portugis pada tahun 1500-an. Kemudian diambil alih Belanda pada masa kekuasaan VOC.

Di sinilah jejak berdarah penjara itu dimulai. Para tahanan yang ditahan di sana adalah yang sudah pasti dihukum mati.

Mereka adalah politisi, pemberontak dan penjahat besar yang dosanya tak terampuni.

Pahlawan nasional Imam Bonjol dan Kyai Modjo pernah ditawan di penjara itu.

Kekejaman tersebut berlanjut di era penjajahan Jepang dan selanjutnya saat Sekutu yang membonceng NICA tiba di pelabuhan Kema untuk melucuti tentara Jepang.

Tak jauh dari penjara tersebut, terdapat sebuah lokasi pembantaian.

Para tahanan dimasukan dalam sebuah tempat mirip lorong bawah tanah kemudian ditembak dari dari atas.

Atau, tahanan disuruh menggali lubang, lantas ditembak dan dikubur pada lubang yang ia gali. 

Lokasi pembantaian tersebut kini telah menjadi rumah warga. 

Entah sudah berapa ratus nyawa yang disembelih di sana. Aura penyiksaan masih terasa hingga kini.

Masuk ke penjara itu, bulu kuduk meremang. Pengunjung disarankan tak masuk sendirian.

"Hati hati, minta permisi dulu," kata Memed.

Memed yang rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari situ, takut masuk ke penjara itu sendirian. Banyak hal hal aneh terjadi di sana.

"Di sana ada penunggunya berupa tentara bule berpakaian serdadu mirip pramuka, ada pula ular besar mirip naga. Itu daerah terlarang bagi anak anak," kata dia.

Pernah, kata dia, ratusan tulang manusia ditemukan saat pemugaran balai desa di depan penjara itu. Pekerjanya hanya bertahan tiga hari. Semua sakit.

"Waktu digali tanah untuk struktur kaki ayam ditemukanlah tulang tulang itu," ujar dia. (art)

Tentang Minut

Minahasa Utara disingkat Minut adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Utara, Indonesia.

Pusat pemerintahan dan ibu kota Kabupaten Minut adalah Kota Airmadidi.

Kabupaten ini memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara dua kota, yaitu Manado dan kota pelabuhan Bitung.

Jarak dari pusat kota Manado ke Airmadidi sekitar 12 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit.

Sebagian dari kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi terletak di wilayah Minahasa Utara.

Daerah ini memiliki banyak potensi wisata antara lain:

* Wisata Budaya, yaitu cagar budaya Waruga atau kuburan batu moyang Minahasa di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi,

* Batu bertumbuh di Desa Watutumou Kecamatan Kalawat dan Karapan Sapi.

* Wisata Laut, yaitu Taman Laut di pulau Gangga, pulau Lihaga, Pulau Nain dan pulau Talise.

* Makam pahlawan nasional Ibu Maria Walanda Maramis.

* Gunung tertinggi di Sulawesi Utara, yaitu Gunung Klabat atau Tamporok.

* Pasar tradisional di Airmadidi yang menjual berbagai makanan khas Tonsea

* Serta objek wisata yang baru dibangun oleh pemerintah daerah, yaitu objek Wisata Religius Kaki Dian dan Hutan Kenangan yang keduanya berlokasi di kaki gunung Klabat.

* Tanjung Tarabitan, yang merupakan titik paling utara dari pulau Sulawesi.

Saat ini Kabupaten Minut dipimpin oleh Bupati Minut Joune Ganda dan Wakil Bupati Kevin Lotulung.

Eksekutif-Legislatif Mitra Bahas Perda Pengelolaan Tempat Pemakaman

Warga Talaud Nekat Akhiri Hidup dengan Cara Minum Racun Serangga

Ingat Mandala Shoji? Dulu Host Hebat, Karirnya Mendadak Redup Lantaran Dipenjara, Begini Kabarnya

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved