Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Pengaruh Perkembangan Game Online Mobile Legends: Bang Bang di Sulawesi Utara

Efek terburuk dari game ini adalah membuat pemainnya kecanduan (jika menang lanjut main, jika kalah main lagi sampai menang)

www.aa.com.tr
Ilustrasi bermain game online. 

Oleh:

Tim Kepasifikan B Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sam Ratulangi Manado
Joshua Balamu
Thendra Laotong
Natalie Masoko
Gizzela Brigitta
Angellita Damima
Anatasya Tambahingide
Indry Ngangi
Winnie Mundung
Charles Mondealu

MOBILE Legends satu dari sekian banyak game online yang sangat populer di Indonesia. Hampir di setiap tempat nongkrong pasti akan ditemui sekumpulan orang yang sedang memainkan game online ini.

Tapi, bagi warga di Bumi Nyiur Melambai, pernahkah kalian berpikir apa saja hal yang berubah atau yang terdampak di Sulawesi utara sejak game online Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dirilis?

Sejak dirilis pada 14 Juli 2016, MLBB, game besutan Shanghai Moonton Technology Co. Ltd. atau yang lebih dikenal dengan Moonton, tidak dikira pada tahun-tahun berikutnya akan meledak di pasaran, khususnya di pasar game online Indonesia.

Masuk dan meledak di pasar game online Indonesia, MLBB atau yang lebih akrab disebut Mobile Legends, tanpa disadari hampir menginjak tahun ke-5 semenjak dirilis pada 2016 silam.

Perkembangan yang signifikan pun telah terjadi, mulai dari grafik yang pada awalnya sangatlah sederhana, hingga kini pada tahun 2021 telah bertransformasi menjadi game dengan kualitas grafik yang mumpuni di kelasnya.

Dampak pada Aspek Sosial

Seiring dengan perkembangannya, Mobile Legends ini juga membawa pengaruh di Provinsi Sulawesi Utara.

Disadari atau tidak, kehidupan sosial di Sulut mendapatkan perubahan ketika game online ini telah menyebar luas di Indonesia.

Berdasarkan data dari laman Nimo TV disebutkan bahwa "Indonesia menjadi kontributor pengguna aktif bulanan Mobile Legends dengan angka 29,4 persen dari total 170 juta pengguna aktif di skala global, yang jika dihitung akan mencapai sekitar 50 juta orang".

Dengan jumlah pengguna aktif sebesar itu, tentunya memberikan dampak yang cukup berpengaruh.

Berdasarkan data dari SMERU Research Institute, skor kompetensi siswa Indonesia dalam membaca pada tahun 2018 lebih rendah dari 3 tahun sebelumnya 2015.

Tes ini mengambil sampel dari siswa berusia 15 tahun dari setiap provinsi di Indonesia, termasuk Provinsi Sulawesi Utara.

Hasil dari pengukuran menunjukkan rata-rata skor siswa dalam membaca adalah 371 di mana pada tahun 2015 mempunyai hasil rerata yang lebih tinggi yakni 397.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved