TRIBUN BAKU DAPA
Ulyas Taha Bicara Moderasi Beragama Dalam Keberagaman di Talk Show Tribun Baku Dapa
Masyarakat Indonesia termasuk Sulawesi Utara yang majemuk, multi budaya, tidak bisa memunculkan sikap keberagaman yang ekslusif
Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
''Khusus kita di Sulut ini tentu membutuhkan dukungan pemerintah baik Provinsi Sulut maupun Kota Manado. Karena kita memang mempunyai umat. Tetapi yang mempunyai fasilitas dan dana untuk menjalankan program adalah pemerintah, '' ujarnya.
Agama menjadi pedoman hidup dan solusi jalan tengah (the middle path) yang adil dalam menghadapi masalah hidup dan kemasyarakatan, agama menjadi cara pandang dan pedoman yang seimbang antara urusan dunia dan akhirat, akal dan hati, rasio dan norma, idealisme dan fakta, individu dan masyarakat.
Hal sesuai dengan tujuan agama diturunkan ke dunia ini agar menjadi tuntunan hidup, agama diturunkan kebumi untuk menjawab berbagai persoalan dunia, baik dalam skala mikro maupun makro, keluarga (privat) maupun negara (publik).
Sebagai masyarakat yang religius, maka pendekatan keagamaan menjadi pilihan untuk membangun keharmonisan umat.
Pendekatan yang dipilih tentunya sikap beragamayang damai, yang sesuai dengan kultur masyarakatIndonesia yang multikultural.
Dengan pendekatan ini, moderasi beragama yang ramah, toleran, terbuka, fleksibel dapat menjadi jawaban terhadapkekhawatiran konflik yang marak terjadi di tengahmasyarakat mulkultural.
Moderasi beragama tidak berarti bahwamencampuradukkan kebenaran dan menghilangkan jati diri masing-masing.
Sikap moderasi tidak menistakan kebenaran, kita tetap memiliki sikap yang jelas dalam suatu persoalan, tentang kebenaran, tentang hukum suatu masalah, namun dalam moderasi beragama, kita lebih pada sikap keterbukaan menerima bahwa diluar diri kita ada saudara sebangsa yang juga memiliki hak yang sama dengan kita sebagai masyarakat yang berdaulat dalam bingkai kebangsaan.
Masing-masing orang memiliki keyakinan dan agama yang sama dengan kita, namun bisa saja berbeda. Tetapi harus kita hormati dan akui keberadaannya, untuk itu kita perlu terus menerus bertindak dan beragama dengan cara moderat.
Moderasi dalam Islam telah dicontohkan oleh para pendahulu kita, mulai dari Nabi kita, sahabat, para ulama termasuk ulama-ulama kita adalah berlaku adil atas sesama tanpa harus melihat latar belakangagama, ras, suku dan bahasa.
'' Kita harus menjadi Islam pembawa kedamaian, nilai-nilai Islam sangat mendukung terciptanya kedamaian, maka selayaknyalah umat Islam yang rohmatan lil alamin menjadi penggerak kedamaian dan pengayom masyarakat.
Dalam mengejawantahkan keagamaannya, masing masing memiliki kultur, bahasa, adat, dan kewajiban yang sama-sama dimiliki dan perlu dihormati. Dengan keyakinan itulah akan mengantarkan kepada sikap keterbukaan, toleran, dan fleksibel dalam bertingkah.
Bagaimana sikap moderat tersebut ditumbuh–kembangkan di masyarakat kita ? Setidaknya perlumenggunakan pendekatan agama dan pendekatan multikultural. Pendekatan agama didahulukan, karena keyakinan agama sangat dominan dalam kehidupan seseorang.
Sikap moderat dalam beragama berasal dari konsep ”tawasuth ”, karena dalam segala aspek ajarannya Islam itu berkarakter moderat. Kita dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam beragama atau bersikap ekstrim (ghuluw). Allah memerintahkan bersikap ”tawazun ” (seimbang). Dalam QS Ar–Rahman : ”Dan langit Allah tinggikan dan timbangan diletak– kan. Agar kamu jangan melampaui timbangan (keseimbangan)”. (Darlis,2017).
Dalam Risalah Jakarta disepakati bahwa konservatisme adalah sesuatu yang lumrah dalam beragama karena pemeluk agama berkewajiban memelihara keyakinan dan praktek keagamaannya.