Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Bakudapa

Wawancara Eksklusif Memaknai Hari Lahir Pancasila Bersama Ir Stefanus BAN Liow MAP

Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, Selasa (1/6/2021) besok. Lalu bagaimana cara memaknai kelahiran Pancasila di era milenial ini?

Penulis: Isvara Savitri | Editor: David_Kusuma
Tribun Manado
Wawancara ekslusif memaknai Hari Pancasila 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, Selasa (1/6/2021) besok.

Masyarakat Indonesia tentu harus bangga memiliki Pancasila sebagai ideologi negara yang mempersatukan segala perbedaan. 

Lalu bagaimana cara memaknai kelahiran Pancasila di era milenial ini?

Simak wawancara khusus Tribun Manado bersama anggota DPD RI sekaligus anggota MPR RI, Ir. Stefanus BAN Liow MAP.

Baca juga: Mulai Juni, Vaksinasi di Bolmut Sasar Pelaku Usaha, Lansia Hingga Masyarakat

TM: besok kita akan merayakan Hari Lahir Pancasila, apa maknanya Pancasila dalam kehidupan sekarang?

Stefa: Rangkaian dokumen sejarah perumusan Pancasila yang bermula dari 1 Juni kemudian 22 Juni 1945 yang dikenal dengan Piagam Jakarta, hingga teks finalnya 18 Agustus 1945 dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran Pancasila sebagai dasar negara.

Oleh karena itu melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 ditetapkan 1 Juni sebagai Hari Kelahiran Pancasila sekaligus juga sebagai hari libur nasional yang besok kita rayakan bersama.

Mengapa penetapan ini dilakukan? Tentu banyak tujuan. Agar pemerintah, masyarakat, seluruh komponen bangsa untuk memperingati Pancasila sebagai ideologi negara.

TM: Bagaimana Anda sebagai anggota DPD RI, anggota MPR RI melihat tantangan Pancasila ke depan?

Stefa: Pertama kita harus mensyukuri karena luar biasa karunia, anugerah, berkat yang Tuhan berikan bagi Indonesia di tengah keberagaman, kemajemukan, perbedaan, yang sebenarnya sudah ada dari dulu, sudah dibuktikan melalui perumusan Pancasila.

Sekarang ini pun kita ada sekitar 272 juta penduduk, 17.540 pulau baik besar maupun kecil, ada sekitar 700 bahasa daerah, ada sekitar 1.232 suku bangsa, dan enam agama.

Dan masyarakat diminta jangan mengganggu gugat lagi bentuk negara kita yang adalah Negara Kesatuan Repulik Indonesia. Karena ketika menetapkan bentuk negara kita, dari BPUPKI yang hadir ada 21 orang, 17 orang menyetujui bentuk NKRI dan empat peserta yang setuju dengan negara federal.

Tetapi saat itu akhirnya semua sepakat bahwa negara kita berbentuk NKRI. Dan ternyata di tengah perbedaan justru itu menjadi kekuatan bagi kita bangsa Indonesia di tengah perbedaan agama, adat istiadat, suku bangsa, bahasa, dengan penduduk yang terbilang besar ini untuk kita menyatu dan memaknai itu ada dalam kehidupan kita dalam menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan indonesia yang aman, damai, makmur, adil dan sejahtera.

Oleh karena itu ketika ada upaya-upaya di luar Pancasila sebagai ideologi maka menjadi musuh bersama kita. Karena sekalipun demikian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini kita tak lepas dari berbagai tantangan dan pergumulan.

Masih harus diakui ada segelintir orang yang salah menerjemahkan ajaran yang keliru dan sempit. Mungkin juga masih ada segelintir orang yang mengedepankan fanatisme kedaerahan. Mungkin juga sebagai tantangan, ada elit, tokoh-tokoh pemimpin bangsa yang tidak menjadi teladan dalam kehidupan berbangsa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved