Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Sosok Sultan Muhammad Al Fatih, Sang Penakluk Konstantinopel yang Intelek, Jadi Sultan Usia 12 Tahun

Untuk mengingatkan kembali momen tersebut, berikut kami turunkan kembali kisah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Al Fatih,

Editor: Alpen Martinus
Pinterest
Ilustrasi pemerintahan Turki Utsmani 

hanya beberapa yang patut diingat karena keterampilan dan dampaknya yang luar biasa terhadap sejarah.

Baca juga: Motif Politik Dalam Pencatatan Gelar Keturunan Nabi Muhammad Era Ottoman Turki

Kisah Kehebaatan 'Elang Agung' Penakluk Konstantinopel, Kematiannya Disambut Suka Cita Gereja Eropa
Lukisan cat minyak karya Jean-Joseph-Benjamin Constant Sultan Mehmet II memasuki kawasan Konstantinopel 29 Mei 1453. (Jean-Joseph-Benjamin Constant, Augustins Museum)

Ya, dia adalah Mehmet II, yang juga dikenal luas sebagai Muhammad al-Fatih atau Mehmet sang Penakluk.

Sultan Ottoman yang mendapat kehormatan menaklukkan Istanbul dan dengan demikian mendapatkan gelar "penakluk".

Mehmet baru berusia 21 tahun ketika dia mengirim pasukan ke Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium

dan membangkitkan negara Turki menjadi sebuah kerajaan yang kelak menguasai sejumlah wilayah di berbagai benua selama berabad-abad ke depan.

Sama seperti tokoh-tokoh sejarah terkemuka lainnya yang masih diingat dan dihormati,

sebuah kisah menarik terletak di balik kesuksesan sang penakluk, yang menjadi sultan ketika dia masih remaja.

Muak dengan keluhan politik dan lelah setelah kematian putra sulungnya,

ayahnya Murad (Murat) II turun tahta pada 1444 dan mendesak Mehmet II untuk menjadi pemimpin baru kerajaan pada usia 12 tahun.

Namun, pemerintahan pertamanya berakhir hanya dua tahun karena tokoh-tokoh politik dan militer mendorong Murad II

untuk kembali ke tahta karena ketegangan dan gejolak di wilayah-wilayah yang ditaklukkan,

terutama di wilayah Eropa, dan ancaman Tentara Salib.

Sementara masyarakat skeptis terhadap kemampuan seorang anak kecil yang menjadi sultan.

Meskipun Mehmet II secara sukarela meninggalkan takhta untuk ayahnya, jelas bahwa dia merasa dipermalukan sebagai seorang pemimpin.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved