Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Din Syamsuddin

Gus Yaqut Bela Din Syamsuddin: Kritik Pak Din Harus Didengar

Din dilaporkan ke Badan Kepegawaian Negara(BKN) dan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) oleh sejumlah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB)

Editor: muhammad irham
Warta Kota/SENO TRI SULISTIYONO
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut). 

Bahkan, beliau itu pernah juga bicara di PBB, terkait dengan bagaimana Indonesia bisa membangun hubungan yang sangat harmonis, kemudian meningkatkan kohesivitas sosial yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

"Semua orang bisa mendengar ceramah beliau di PBB, itu ada di youtube, silakan saja, masih terekam dengan bagus. Kemudian, saya sebagai pribadi, menganggap dekat dengan Din Syamsuddin, karena apa? Beliau itu senior saya di Muhamamdiyah, senior saya di Pemuda Muhammadiyah, dan bahkan beliau dosen saya di UIN Syarif Hidayatullah," ucapnya.

Dikatakan Saleh, mata kuliah yang Din Syamsuddin ajarkan adalah mata kuliah yang sangat modern, terutama tentang pemikiran Islam kontemporer. Pemikiran Islam kontemporer yang diajarkan itu di dalamnya ada toleransi, ada dialog, ada civil society dalam perspektif Islam, dan seterusnya.

Karena itu, Saleh paham betul bagaimana pemikiran dan gerakan Pak Din Syamsuddin.

"Kalau misalnya beliau mungkin menyampaikan satu, dua kritik kepada pemerintah, itu harus dipastikan bahwa kritik beliau itu dalam konteks membangun Indonesia," ujarnya.

Saleh mengatakan, tentu di dalam sistem demokrasi yang kita anut seperti ini harus ada juga kritik yang konteksnya membangun. Saleh memastikan bahwa Din Syamsuddin tidak ada niat sedikit pun berniat buruk, berniat jahat dan membenci dalam kritiknya itu.

Hal itu harus dimaknai sebagai tugas beliau sebagai seorang profesor, tugas beliau sebagai tokoh umat, tokoh bangsa dan juga sebagai warga negara. "Presiden (Joko Widodo) kan juga sudah menyatakan enggak apa-apa kalau dikritik. Kenapa kok ada sekelompok kecil orang di ITB yang mengatakan seperti itu," pungkasnya.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Abbas menilai, langkah yang dilakukan GAR ITB ini tidak tepat. Dirinya juga menyayangkan hal tersebut karena dianggap tidak sesuai dengan apa yang terpikirkan Anwar sebelumhnya mengenai nilai moral dari lulusan institusi pendidikan tersebut.

Hal itu karena menurutnya lembaga pendidikan harus bisa menjunjung tinggi ilmu, artinya peduli kebenaran, oleh karenanya harus terbuka terhadap kritik terlebih yang sifatnya konstruktif.

"Timbul pertanyaan kok ada alumni ITB yang alergi dengan kritik, jangan-jangan bukan alumni ITB, mereka memang alumni ITB tapi tidak memahami ITB," katanya saat dihubungi Tribun via sambungan suara.

Terkait hal tersebut, Mantan Bendahara Umum PP Muhammadiyah ini mengingatkan bahwasanya tugas sebagai mahasiswa serta sebagai dosen yakni mencari kebenaran, menegakkan kemudian memperjuangkan kebenaran. Itu karena menurutnya segala kritik yang disampaikan Din Syamsuddin berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 yang memiliki tujuan untuk mengatasi perbedaan dan menciptakan perdamaian.

"Kalau ada sesuatu yang menyimpang mereka (mahasiswa dan dosen) harus mengingatkan itu dan harus memegang kendali, tapi kok ini ada kelompok tapi kok cara berpikirnya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya," ucapnya.

Lebih tegas, Anwar menilai bahwa dengan adanya pelaporan yang menuduh Din Syamsuddin melakukan tindakan radikal maka terdapat kepentingan dari kelompok tersebut yang terancam. Padahal di sisi lain, kata alumni UIN Syarif Hidayatullah ini, dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah sangat terbuka untuk dikritik.

Karena menurutnya, pemerintah menyadari bahwa kritik itu sangat perlu, untuk bisa menerima sesuatu secara komprehensif.

"Kesimpulan saya orang yang takut dengan kritik itu berarti orang yang kepentingannya terancam, kritik itu kan isinya mengungkap kebenaran," ujarnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved