Internasional
AS Kritik Laporan Covid-19 China ke WHO, Hubungan Dua Negara Semakin Memanas
China meminta agar AS tidak sembarangan menunjuk negara yang mendukung WHO selama pandemi Covid-19.
TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) turut mengkritik sikap China yang menghambat penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Seperti yang diketahui bersama, saat ini WHO sedang menyelidiki asal-usul virus corona (Covid-19) di Wuhan, China.
Kritik AS tersebut membuat hubungan kedua negara adidaya ini kembali memanas.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan sebelumnya meminta China untuk menyediakan data dari hari-hari paling awal wabah Covid-19 muncul di negara tersebut.
Ia menyebut pihaknya merasakan keprihatinan mendalam tentang cara temuan penyelidikan WHO tentang asal-usul Covid-19 dikomunikasikan kepada publik.

Menanggapi hal tersebut, Kedutaan Besar China di AS menyebut Washington telah merusak kerja sama multilateral dan WHO dalam beberapa tahun terakhir.
China juga menyebut AS dan tidak boleh menunjuk jari ke China atau negara lain yang mendukung WHO selama pandemi Covid-19.
Seorang juru bicara kedutaan, mengatakan China menyambut baik keputusan Washington untuk terlibat kembali dengan WHO, tetapi harus berpegang pada standar tertinggi daripada membidik negara lain.
China Tolak Berikan Data Mentah Fase Awal Covid-19 ke WHO, Ini Alasannya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini tengah menyelidiki asal-usul pandemi virus corona (Covid-19).
WHO pun meminta data mentah kasus awal Covid-19 kepada China.
Tetapi respon China justru kurang menyenangkan karena menolak memberikan data tersebut.
Salah satu anggota tim penyelidik WHO menyebut sikap itu mempersulit upaya memahami bagaimana wabah tersebut dimulai.
• BLACKPINK Tempati Posisi Teratas Girl Group Terbaik Februari 2021, Siapa Saja Saingannya?
Baca juga: China Tolak Berikan Data Mentah Fase Awal Covid-19 ke WHO, Ini Alasannya
Tim telah meminta data mentah pasien pada 174 kasus yang telah diidentifikasi China dari fase awal wabah di kota Wuhan, Desember 2019.
Namun, mereka hanya menerima ringkasan, kata Dominic Dwyer, seorang warga Australia sekaligus ahli penyakit menular yang merupakan anggota tim.
Data mentah seperti itu biasanya akan dianonimkan, tetapi berisi rincian pertanyaan apa yang diajukan kepada pasien, tanggapan mereka, serta tanggapan mereka.
Semua itu akan dianalisis oleh tim.
"Itu praktik standar penyelidikan wabah," kata dia kepada Reuters melalui video call dari Sydney.
Akses data mentah tersebut sangat penting karena hanya setengah dari 174 kasus awal yang terpapar di pasar Huanan.
Pasar Huanan adalah pusat grosir makanan laut di Wuhan yang sekarang ditutup.

"Itu sebabnya kami bersikeras meminta data mentah," kata Dwyer.
"Mengapa itu tidak terjadi, saya tidak bisa berkomentar. Entah itu politik atau waktu atau sulit. Apakah ada alasan lain mengapa datanya tidak tersedia, saya tidak tahu. Orang hanya akan berspekulasi," sambung dia.
Sementara otoritas China memberikan banyak bahan, dia mengatakan masalah akses ke data pasien mentah akan disebutkan dalam laporan akhir tim.
"Orang-orang WHO pasti merasa bahwa mereka telah menerima lebih banyak data daripada yang pernah mereka terima pada tahun sebelumnya. Jadi itu sendiri sudah merupakan kemajuan."
Ringkasan temuan tim dapat dirilis paling cepat minggu depan, kata WHO pada hari Jumat.
Penyelidikan Tim WHO telah diganggu oleh penundaan, kekhawatiran atas akses, dan pertengkaran antara Beijing dan Washington.
AS menuduh China menyembunyikan sejauh mana wabah awal dan mengkritik ketentuan kunjungan, di mana para ahli China melakukan penelitian tahap pertama.
Baca juga: Sejarah Hari Valentine: Pembantaian Antargeng di Amerika yang Tewaskan 7 Orang
Baca juga: Ikatan Cinta 14 Februari 2021: Reyna Berhasil Ditemukan, Elsa Ingatkan Mateo Jangan Sampai Ketahuan
Tim, yang tiba di China pada Januari dan menghabiskan empat minggu mencari asal-usul wabah, terbatas pada kunjungan yang diselenggarakan oleh tuan rumah.
Mereka dicegah dari kontak dengan anggota masyarakat karena pembatasan kesehatan.
Bahkan dua minggu pertama dihabiskan di karantina hotel.
Penolakan China untuk menyerahkan data mentah kasus awal Covid-19 telah dilaporkan sebelumnya oleh Wall Street Journal dan New York Times pada hari Jumat.
WHO tidak membalas permintaan dari Reuters untuk memberikan komentar.
Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar, tetapi Beijing sebelumnya membela transparansi dalam menangani wabah dan kerjasamanya dengan misi WHO.
Di lain sisi, Peter Daszak, seorang ahli zoologi dan anggota lain dari misi WHO, mentweet pada hari Sabtu.
Ia memiliki pengalaman berbeda sebagai pemimpin kelompok kerja hewan dan lingkungan misi.
"Saya menemukan kepercayaan dan keterbukaan dengan rekan-rekan saya di China. Kami mendapatkan akses ke seluruh data baru yang penting," katanya dalam menanggapi artikel New York Times.
Daszak tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Beijing berusaha menepis anggapan bahwa virus corona berasal dari China, merujuk pada makanan beku impor sebagai saluran.
Pada hari Selasa, Peter Ben Embarek, yang memimpin delegasi WHO, mengatakan pada konferensi pers bahwa penularan virus melalui makanan beku adalah suatu kemungkinan.
Namun demikian, dia juga menyebut perdagangan produk beku hewan liar yang dibudidayakan merupakan jalur potensial penularan yang memerlukan studi lebih lanjut.(*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Dikritik AS soal laporan WHO, China balik menyerang dan Tribunmanado.co.id dengan judul China Tolak Berikan Data Mentah Fase Awal Covid-19 ke WHO, Ini Alasannya.