Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

AS Berhenti Dukung Kampanye Militer Arab Saudi di Yaman, Bagaimana Dampaknya?

Amerika Serikat putuskan tidak lagi mendukung kampanye militer Arab Saudi di Yaman. Lalu bagaimana dampaknya?

Editor: Isvara Savitri
(Reuters/Al Arabiya)
Pemerintah Arab Saudi mengerahkan pasukan daratnya ke perbatasan dengan Yaman, sementara operasi serangan udara untuk mengusir pemberontak Houthi terus berlangsung. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kamis (4/2/2021) Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendeklarasikan akan berhenti mendukung kampanye militer Arab Saudi di Yaman.

Dengan ini, AS telah menunjukkan komitmen menghentikan krisis kemanusiaan di Yaman.

Sebanyak 80 persen penduduk Yaman saat ini berada dalam kondisi sangat membutuhkan dan jutaan orang berada di ambang kelaparan.

"Perang ini harus berakhir. Untuk menegaskan komitmen itu, kami mengakhiri semua dukungan terhadap operasi ofensif dalam perang di Yaman, termasuk penjualan senjata yang relevan," kata Biden.

Tak hanya itu, Biden juga berniat mencabut label teroris Houthi Yaman dengan alasan yang sama.

Tentara milisi Houthi bersorak dan meneriakkan slogan saat berkumpul di ibu kota Sanaa.
Tentara milisi Houthi bersorak dan meneriakkan slogan saat berkumpul di ibu kota Sanaa. (MOHAMMED HUWAIS / AFP)

Rencana itu bahkan telah dikonfirmasi oleh pejabat Departemen Luar Negeri AS, sehari setelah pengumuman penghentian dukungan militer kepada Arab Saudi.

Dengan kebijakan ini, apa dampaknya bagi Arab Saudi dan kawasan?

Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati mengatakan, kebijakan itu tentu akan menjadi angin segar bagi Houthi, kelompok yang diperangi Arab Saudi di Yaman.

Selain itu, kebijakan ini juga menguntungkan Iran yang selama ini dituduh mendukung Houthi.

Pekan Lalu Harga Minyak Brent Melonjak 6 Persen, Hampir Dekati US$60 Per Barel

Putri Diana Sebut Lelaki Terseksi di Dunia ke Warren Buffet, Siapa Dia?

"Karena selama ini Iran itu dituduh membantu Houthi. Dengan penghapusan ini, maka Iran tak bisa lagi dituduh sebagai negara yang mendukung terorisme," kata dosen yang akrab disapa Titik itu kepada Kompas.com, Minggu (7/2/2021).

Kebijakan tak terduga

Ia menjelaskan, kebijakan Biden ini memang tak terduga. Pasalnya, AS sangat bergantung pada Arab Saudi, khususnya dalam hal minyak.

"Hampir semua perusahaan minyak di Saudi kan ada hubungannya dengan AS. Kalau Saudi mengalihkannya ke negara lain, itu AS akan dibuat kelabakan," jelas dia.

Kendati demikian, Titik melihat bahwa AS mungkin memiliki pertimbangan lain setelah menarik dukungan militernya ke Arab Saudi.

Misalnya, reformasi di bawah Mohammed bin Salman yang semula untuk mencari simpati Barat, justru berpotensi menimbulkan konflik internal di antara grass root Arab Saudi.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved