Masih Ingat Kasus Penyerangan dan Pembunuhan Anak Buah Nus Kei oleh John Kei? Ini Vonis Hukumnya
Sebanyak 22 anak buah John Refra Kei resmi divonis penjara setelah sidang putusan pada Kamis (21/1/2021) siang
Konflik Ambon
Masyarakat Kepulauan Kei menjadikan falsafah tersebut sebagai dasar bagi kehidupan bersama dalam kemajemukan.
Misalnya saling membantu antara satu dengan yang lain sekaligus landasan untuk hidup bersama dalam perbedaan oleh masyarakat Kei.
Dalam penelitian Dosen Institut Agama Kristen Negeri Ambon, Weldemina Yudit Tiwery, falsafah ini juga yang berhasil meredakan konflik agama.
Tepatnya dijadikan landasan rekonsiliasi konflik kepentingan atas nama agama pada 1999 di Maluku.
Gara-gara konflik berbalut agama itu, tatanan sosial masyarakat di Kepulauan Kei, Maluku porak poranda.
Namun falsafah tersebut menyelamatkan masyarakat Kei dari konflik itu.
Dari tahun ke tahun, falsafah “ain ni ain” sudah mulai terkikis dan hilang.
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Banyak faktor yang bisa menjadi alasan untuk disadurkan sebagai bukti atas pernyataan tersebut.
Sebut saja kasus pembunuhan yang menewaskan 4 bersaudara di Desa Faan, Kecamatan Kei Kecil bulan Mei lalu.
Ini membuat kita bertanya-tanya, apa segampang itu nilai persaudaraan “digaidakan” atas dasar tanah (warisan)?
Yah, walaupun kita tahu bahwa “orang kei itu mati karena tanahnya”.
Namun ini tidak menjadikan sebuah alasan untuk menghilangkan nilai dari falsafah yang lain.
Contoh yang telah ada bisa di jadikan sebagai bahan refleksi dan muhasabah bersama.
Agar kembali membangun kehidupan bermasyarakat yang memiliki wajah baik serta berasaskan falsafah dasar “ain ni ain”. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan Judul "Vonis 22 Anak Buah John Kei Diterima Nuskei, Padahal Orang Kei Punya Falsafah Hidup 'Ain ni Ain' yang Berperan Besar Meredakan Konflik Ambon