Trilogi Pembangunan Jemaat
“Menyambut Kasih Karunia dengan Kerendahan Hati”
Di minggu Adven yang keempat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa orang Kristen mulai disibukan dengan menyiapkan
“Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab Malaikat itu kepadanya,
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Hal yang sama juga terjadi pada Elisabet, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
Hal ini menegaskan bahwa menerima kasih karunia Allah hanya dapat dialami oleh Maria dan Elisabet jika kuasa Roh Kudus menaungi mereka. Artinya Allah bekerja melalui Roh Kudus untuk menggenapi kehendak-Nya, mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Penerimaan Maria terhadap kasih karunia itu diwujudkan di dalam ketaatan seorang hamba. Ia dengan rendah hati berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Walaupun respon ini memiliki konsekuensinya, seperti menimbulkan kesalahpahaman Yusuf, ejekan dan hinaan orang-orang disekitarnya atau dari keluarganya sendiri bahkan kemungkinan ia akan dihukum mati berdasarkan hukum Perjanjian Lama (Ulangan 22:20-21),
namun Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Ia menunjukkan sikap iman yang kokoh dan kerendahan hati sebagai seorang hamba yang taat. Sikap inilah yang merupakan nilai hidup yang diperoleh dari penghormatan yang dalam kepada Tuhan Allah.
Makna dan Implikasi Firman
Berbicara kasih karunia dalam konteks dimana orang Kristen berada pada minggu-minggu menyambut Natal Yesus Kristus tentu tidak lepas dari kisah dipilihnya seorang perawan Maria oleh Tuhan Allah.
Maria disapa oleh malaikat dengan perkataan “engkau yang dikaruniai”, yang juga berarti penuh kasih karunia. Istilh ini mengacu kepada orang yang menerima kemurahan atau kasih karunia dan bukan sumber kasih karunia itu sendiri.
Ia adalah manusia biasa yang diberi kasih karunia dan bukan sumber karunia itu sendiri. Ia menerimanya dengan ketaatan dan kerendahan hati. Sikap seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang percaya untuk menerima karunia keselamatan, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus adalah sumber kasih karunia yang telah datang untuk menye-lamatkan umat manusia karena itu semua manusia harus menyambut kasih karunia-Nya dengan mengutamakan sikap hati yang benar dan bukan persiapan lahiriah atau sere-monial belaka.
Maria mampu menerima kasih karunia itu karena dinaungi oleh kuasa Roh Kudus. Dengan demikian hanya oleh kuasa Roh Kuduslah yang memampukan orang percaya untuk hidup di dalam kasih karunia yang menyelamatkan.
Itulah sebabnya kita diajak untuk membuka ruang hati kita dipenuhi kuasa Roh Kudus, mintalah kepada Tuhan agar Ia menaungi hati kita untuk hidup di dalam ketaatan dan kerendahan hati.
Gereja yang sedang mempersiapkan diri menyambut natal Yesus Kristus memahami bahwa karya keselamatan bagi umat manusia yang berpuncak pada pengorbanan Yesus di kayu salib, berawal dari inisiatif Tuhan Allah yang mengutus Anak-Nya menjadi manusia.
Untuk itu pemberitaan gereja di minggu Adven ini adalah mengajak jemaat mencontohi sikap hidup yang ditunjukkan Maria. Ia menyambut dengan keren-dahan hati, apa yang diberlakukan kepadanya tanpa mem-bantah dan menolak.