Penanganan Covid
Kisah Sule, Penjual Cilok yang Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan Cegah Covid-19
Sule bangkit melawan ketakutannya karena desakan ekonomi. Di era new normal ini, Sule menyesuaikan diri agar tak terjangkit virus corona
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Rahmat (43) tampak sibuk melayani pelanggan yang menyerbu dagangan ciloknya.
Sesekali warga Banjer, Tikala Baru ini mengingatkan untuk tetap jaga jarak.
Sore itu, Rahmat yang akrab disapa Sule ini jualan di area parkiran kantor Tribun Manado.
Pandemi Covid-19 sempat membuat Sule tak punya penghasilan, karena tak jualan.
Ia mengaku ketakutan di awal pandemi melanda Indonesia, pada Maret 2020 lalu.
Namun Sule bangkit melawan ketakutannya karena desakan ekonomi.
Di era new normal ini, Sule menyesuaikan diri agar tak terjangkit virus corona.
Apalagi dirinya bertemu dengan banyak orang setiap harinya.
Sebelum pandemi Covid-19, omzet per hari Sule Rp 1,3 hingga 1,5 juta per hari.
Setelah pandemi, omzet Sule menurun.
"Sekarang Rp 800 hingga Rp 1 juta," per hari," katanya.
Sule bermodalnya Rp 500 ribu per hari untuk jualan. Itu artinya di pandemi ini Sule mendapat untung Rp 300 hingga 500 ribu.
Sule membuat sendiri ciloknya sebelum dijual. Selain dirinya, ada tiga orang temannya yang juga jualan.
Sudah sekitar tiga tahun Sule yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur ini mencoba peruntungan jualan cilok.
Sule sudah berada di Manado sejak tahun 1996. Sebelumnya ia adalah pedagang keliling yang jualan sayur dan bakso.