Human Interest Story
Kisah Sang Verifikator, PPS KPU Manado Ternyata Seorang Dosen Tidak Lama Lagi Doktor
Meidi Deidi Lukas Wuisan (54) sedang melakukan verifikas dengan keterbatasannya
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Debat publik calon Wakil Wali Kota Manado dilakukan secara live dari KPU kota Manado.
Dalam kegiatan tersebut terlihat Ketua PPS Malalayang Satu Barat Christian Meidi Deidi Lukas Wuisan (54) sedang melakukan verifikas dengan keterbatasannya, memakai tongkat dan mengendarai sebuah motor tetapi dengan penuh semangat naik turun rumah dan naik turun gunung.
Christian yang akrab disapa Kres ini, bergelar Master Sains dengan dua gelar S1 dan sekarang sementara studi S3 di Universitas Brawijaya, Malang dan tinggal selangkah lagi jika Tuhan berkenan akan selesai.
Selain itu ternyata pak Kres bukan orang sembarangan, saat ini berporfesi dosen di fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Baca juga: Ranperda Penegakan Protokol Covid-19 Digodok, Pelanggar Siap-Siap Kena Sanksi
Baca juga: Bupati Yasti: OD-SK Bawa Sulut Diperhitungkan di Tingkat Nasional
Baca juga: Bupati Bolmut Serahkan SK Pengesahan dan Pengangkatan 14 Penjabat Sangadi
Kres sendiri mempunyai istri seorang guru dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki sedang studi di Fakultas Pertanian Unsrat, kedua perempuan baru selesai studi di IAKN di Kalasey, ketiga perempuan di Universitas Pelita Harapan.
Kres sendiri tinggal di lingkungan 7, Perumahan Celebes, Malalayang Satu Barat, Manado.
Kres sendiri ketika ditemui di Hotel Swissbell Manado menceritakan kisahnya kenapa memakai tongkat dan kenapa suka menjadi seorang PPS meski punya jabatan yang bisa dikatakan tinggi.
Baca juga: Kehilangan Sosok Ayah, Ustaz Derry Sulaiman Duduk Pandangi Nisan Sang Ayah
Menurut pak Kres, tahun lalu yang bersedia diberikan kesempatan memasukan berkas, kemudian diseleksi oleh KPU dan tersisa tiga orang lalu yang dua berikan kepercayaan kepadanya sebagai ketua PPS.
"Saya memakai tongkat sejak bulan Desember 2019 lalu, kemungkinan karena pernah kecelakaan kira-kira umur 22 tahun sehingga itu yang membuat kaki ini sakit, jadi harus pakai tongkat untuk melakukan Verifikasi sampai tugas sekarang," kata Kres.
Pak Kres menceritakan tantangan paling berat baginya saat melakukan verifikasi ternyata penyebaran Covid-19 di Manado pada kondisi gawat-gawatnya saat itu, tetapi karena belum terlalu tahu jadi tetap turun.
Baca juga: Daftar Miras dalam RUU yang Dilarang Produksi, Diantaranya Minuman Tradisonal Sopi
"Saat kami mengunjungi salah satu lingkungan melihat kenapa masyarakat seperti takut melihat kami, karena pakai masker, penutup wajah dan kebetulan pakaian kami putih hampir sama Alat Pelindung Diri (APD) tapi kami menjelaskan bahwa kami dari PPS sehingga masyarakat terima kami," ungkap pak Kres.
Lebih lanjut disampaikan pak Kres, usai verifikasi di salah satu lingkungan tersebut ternyata dapat kabar di lingkungan itu klaster yang besar, saat itu di klaster Pasar Pinasungkulan tetapi apa daya sudah turun di sana tapi tetap ikuti protokol kesehatan ketat.
Kres mengaku selama ini sudah dua kali lakukan rapid test, dan hasilnya non reaktif , rencananya akan ketiga kalinya.
"Yang memotivasi saya untuk menjadi PPS karena pengalaman yang lalu di wilayah kami pemilihan anggota dewan sampai diulang, jadi saya berpikir jangan sampai lagi hal seperti itu terjadi kembali," ungkapnya.
Baca juga: Gerindra Dekati Rizieq Shihab, Fadli Zon Rancang Pertemuan dengan Prabowo Subianto
Baginya, karena bekerja di tengah pandemi ini untuk menjaga kesehatan tetap mengatur dengan pola hidup sehat makan teratur dan tidur teratur.