Berita Heboh
China Janji Bakal Lancarkan Serangan Sengit Jika Amerika Menyerang, Xi Jinping Sambangi Pangkalan AL
Baru-baru ini Presiden China Xi Jinping menghabiskan hari kedua kunjungannya ke Guangdong.
TRIBUNMANADO.CO.ID, BEIJING - Pemerintah China terus memperkuat militernya.
Baru-baru ini Presiden China Xi Jinping menghabiskan hari kedua kunjungannya ke Guangdong.
Ia menyambangi pangkalan Angkatan Laut setempat.
BERITA TERPOPULER :
Baca juga: Insiden Demo Tolak UU Cipta Kerja, Gubernur Edy Rahmayadi Dikejar dan Diteriaki: Mana Bayaran Kami?
Baca juga: 2 Sosok Perempuan Misterius di Balik Penembakan KKB Papua, Tersenyum dan Tiba-tiba Menghilang
Baca juga: Media Asing Beritakan Habib Rizieq Serukan Massa UU Cipta Kerja Lengserkan Jokowi: Tuhan Itu Agung
TONTON JUGA :
Di sana, Xi meyakinkan para prajurit bahwa China siap perang.
Di pangkalan militer yang terletak di dekat kota Shantou, Xi Jinping mengatakan pada para marinir
untuk bisa lebih berperan lebih banyak serta merespons lebih cepat dalam segala kondisi wilayah.
"(Kalian harus) memfokuskan pikiran dan energi untuk bersiap menghadapi perang, dan tetap
waspada," ungkap Xi Jinping pada para prajurit, seperti dikutip South China Morning Post.
Menurut Xi, pasukan mairinir atau angkatan laut memiliki banyak peran yang berbeda serta
tugas yang bervariasi di lapangan.
Di tengah kondisi maritim regional yang sedang panas seperti sekarang, Xi Jinping meminta
para prajurit untuk semakin fokus melatih kemampuan berperang.
"Karena itu, Anda harus mendasarkan pelatihan Anda pada kebutuhan untuk berperang,
dan meningkatkan standar pelatihan dan kemampuan tempur," lanjutnya.
Xi Jinping yang juga merupakan ketua Komisi Militer Pusat, mengatakan kepada para
pasukan Angkatan Laut China bahwa mereka harus memikul tanggung jawab penting untuk
menjaga wilayah dan kedaulatan China, kepentingan maritim, serta kepentingan luar negeri.

Kunjungan Xi Jinping ke pangkalan Angkatan Laut China tersebut cukup menarik perhatian dunia
karena dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan.
Beberapa kali kedua negara menyatakan bahwa mereka siap memberikan serangan
balasan jika nantinya ada aktivitas militer yang di luar ketentuan.
Pada hari Selasa (13/10), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan
Beijing akan memberikan balasan atas laporan Kongres AS yang berupaya memasok
persenjataan canggih ke Taiwan.
"AS sebaiknya harus segera membatalkan rencana penjualan senjata ke Taiwan, menghentikan
kesepakatan senjata, dan memutuskan hubungan militer mereka," ungkap Zhao.
Dalam kunjungannya ke Shantou, Xi juga menekankan bahwa China akan dengan teguh mengikuti
jalan reformasi dan keterbukaan. Xi meyakinkan dirinya akan terus membangun China sebagai
negara yang makmur dan modern.

Shantou merupakan titik penting sebagai salah satu dari empat zona ekonomi khusus yang
didirikan oleh Beijing pada hari-hari awal reformasi.
Janjikan Pertempuran Sengit
Militer China telah menyatakan akan menghadapi setiap serangan dari militer Amerika Serikat (AS)
terhadap pulau-pulau pangkalan militer (fortified islands) di negara itu di Laut China Selatan
dengan serangan balik yang sengit (fierce counterattack).
Platform berita milik pemerintah China, Global Times menuduh militer AS berencana mengirim
MQ-9 Reaper untuk menyerang tiga pulau berbenteng China di Laut China Selatan.
Ancaman dari Global Times adalah bahwa China "tidak akan ragu-ragu dalam menghadapi provokasi
dan serangan yang ekstrim" tulis media tersebut seperti dikutip dari Express.co.uk, Selasa (13/10/2020).

Media propaganda yang dikelola Partai Komunis itu menambahkan: "Jika Washington ingin mencoba
peruntungannya, militer China dan rakyat China pasti akan menghadapi tantangan dan berjuang sampai akhir."
Platform berita yang dimiliki oleh surat kabar resmi Partai Komunis China Daily menyatakan AS a
kan membayar "harga mahal" jika meluncurkan segala jenis serangan pesawat tak berawak terhadap
harta benda milik China di Laut China Selatan.
The Global Times menyatakan: "Kita harus memperingatkan pihak AS bahwa menyerang Kepulauan
Nansha China atau target China lainnya menggunakan drone MQ-9 Reaper adalah tindakan perang.
"Tentara Pembebasan Rakyat China, PLA, pasti akan melawan, menyebabkan militer AS membayar mahal."
Pernyataan retorika Beijing ini merespons AS yang menuduh China melakukan militerisasi yang
ceroboh dan provokatif di wilayah maritim yang disengketakan.
Situs berita tersebut mengklaim pemerintahan Trump mungkin mencoba untuk meningkatkan kampanye agar ia terpilih kembali dengan menciptakan krisis militer.
The Global Times menyatakan tanggapan China adalah "serang keras para penyerang dan ajari mereka pelajaran yang tidak akan pernah mereka lupakan".
Editorial media tersebut menambahkan: "China akan menembak jatuh pesawat tempur AS yang masuk, tidak peduli mereka tidak berawak atau berawak.
"Jika pesawat-pesawat itu menyebabkan kerusakan nyata pada pulau-pulau dan terumbu karang di Cina, kami akan menyerang platform dan pangkalan tempat pesawat itu lepas landas."
Presiden China Xi Jinping mengklaim bangsanya memiliki hak kepemilikan bersejarah atas hampir seluruh Laut China Selatan.
Hal ini ditandai dengan "sembilan garis putus-putus" yang mengelilingi wilayah maritim yang kaya mineral dan sumber daya.
Putusan arbitrase internasional 2016 telah menyatakan klaim Beijing tidak memiliki dasar hukum di bawah hukum internasional.
Klaim tersebut telah ditolak oleh negara-negara yang mengelilingi Laut Cina Selatan.
Simulasi perang
China ternyata tidak main-main dengan ancamannya akan menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan bila pulau demokrasi tersebut tidak tunduk di bawah kekuasaannya.
Pada Sabtu (10/10/2020) lalu, China menggelar simulasi serangan habis-habisan terhadap Taiwan.
Dalam simulasi itu, militer China menggunakan drone, pasukan khusus dan pasukan udara secara bertahap untuk mempersiapkan invasi besar terhadap Taiwan.
Latihan mengerikan itu dilaporkan CCTV penyiar pemerintah China dan menandai pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir sebuah outlet media pemerintah memberi tahu semua tentang persiapan untuk menyerang negara Taiwan.
"Ini menandai tindakan agresi terbaru dari Beijing di Laut China Selatan, dan mengikuti peningkatan kehadiran angkatan laut dari China di perairan sengketa," tulis berita tersebut seperti dilansir Express.co.uk Selasa (13/10).
Simulasi serangan terjadi pada Hari Nasional Taiwan, dengan latihan dimulai pada malam hari.
Laporan CCTV merinci bagaimana pasukan China masuk dari berbagai lokasi untuk menunjukkan kesiapan mereka untuk invasi.
Laporan tersebut menambahkan: "Latihan tersebut, dengan integrasi efektif dari beberapa kekuatan tempur baru, meningkatkan kemampuan tempur sebenarnya dari pasukan dalam pendaratan bersama dan serangan tiga dimensi."
Beijing telah meningkatkan latihan militernya karena memandang Taiwan sebagai bagian dari China daratan, dan ingin menyatukan kembali negara-negara itu dengan cara apa pun.
Saat China melakukan latihan tersebut, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mendesak Beijing untuk melakukan "dialog yang bermakna".
Berbicara pada perayaan Hari Nasional, dia mencela kebuntuan Selat Taiwan yang "cukup menegangkan", dan mendesak Beijing untuk menemukan resolusi damai.
Dia berkata: "Selama otoritas Beijing bersedia menyelesaikan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat, sementara paritas dan martabat dipertahankan, kami bersedia bekerja sama untuk memfasilitasi dialog yang bermakna."
Laporan sebelumnya dari Taiwan merinci tekanan besar latihan Angkatan Udara China di atas Selat pada keuangan negara, dengan Taiwan menghabiskan US$ 1,3 miliar untuk mengacak jet tempurnya sendiri melawan serangan itu.
(Kontan.co.id)
BERITA PILIHAN EDITOR :
Baca juga: Kakak Tewas Dibunuh, Adik Korban Teriak Histeris saat Bertemu Pelaku: Saya Tidak Terima
Baca juga: ILC 13 Oktober Tidak Tayang, Karni Ilyas Curhat Penderitaan Usai Dikritik Habis-habisan Netizen
Baca juga: Kecelakaan Maut Tadi Malam, Gadis 16 Tahun Tewas, Terpental dan Masuk Kolong hingga Terlindas Truk
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul China janjikan serangan balik yang sengit jika AS menyerang pulau-pulau buatannya