Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Torang Kanal

Cerita Guru Honorer Cantik di Sangihe, Meigalani Jayanti Sede, Mengajar Daring dan Luring

Mengajar di tengah pandemi Covid-19 ini sebagai seorang pengajar pasti ada cerita suka dan dukanya

Penulis: Fistel Mukuan | Editor: David_Kusuma
Kolase / Istimewa
Meigalani Jayanti Sede 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Mengajar di tengah pandemi Covid-19 ini sebagai seorang pengajar pasti ada cerita suka dan dukanya. Sekarang belajar mengajar secara daring dan luring.

Meigalani Jayanti Sede salah satu guru honorer menceritakan kisahnya belajar saat mengajar siswa di tengah pandemi.

Melalui daring orangtua bisa secara langsung melihat perkembangan anak mereka ketika sedang belajar, bahkan orangtua bisa turut berpartisipasi dalam pembelajaran dan bisa menjadi guru bagi anak mereka.

"Kalau dari sisi belajar daring, anak-anak bisa mengakses sumber dari mana saja di internet untuk mengerjakan tugas, karena di kelas biasanya tidak diizinkan menggunakan handphone dengan alasan tertentu," kata Mega panggilan akrabnya.

Pjs Bupati Minsel Mecky Onibala Kunjungi Keluarga Korban Kebakaran di Desa Ongkaw Dua

Pemprov Sulut Pacu Pembangunan TPA Mamitarang, Telan Anggaran Rp 128 Miliar

Ketua KPK Sebut Dinas PUPR, Kesehatan, Pendidikan, Bappeda, Keuangan Sering Terlibat Korupsi

Guru Honorer di SMA Negeri 1 Tahuna juga katakan, belajar daring tidak semua orang tua mempunyai dan membelikan smartphone kepada anak mereka, karena latar belakang yang berbeda-beda.

Jangkauan internet yang tidak sama di setiap daerah dan tidak semua orang tua bisa lancar membelikan kuota internet untuk anaknya.

"Sekalipun telah ada bantuan kuota internet dari pemerintah tapi belum semua bisa menerima. Pembelajaran lain adalah luring yang juga ada berbagai sisi, yaitu waktu yang harus bisa dibagi saat mengadakan kunjungan ke rumah anak," tambah wanita yang bercita-cita menjadi seorang guide ini.

Petugas Agama di Bolmong Segera Dapat Insentif

Perempuan kelahiran Tahuna, 1 Mei 1992 mencontohkan seperti di Sangihe, ada beberapa anak yang dengan berbagai pertimbangan, harus bergantian mengadakan kunjungan, misalnya minggu 1 guru yang berkunjung dan langsung memberikan modul untuk beberapa kali tatap muka.

"Karena itu sebagai guru harus berbijaksana dalam mengelola materi dan tugas, kalau bisa, anak-anak jangan terlalu banyak diberikan tugas tapi secukupnya saja.

Karena pasti di setiap mapel sudah ada tugas-tugas dari guru, nanti anak bisa stres, imun tubuhnya menurun, jadi gampang sakit dan tidak bisa mengikuti pembelajaran," ungkap perempuan yang hobi internetan, nonton, membaca.

BREAKING NEWS: Mahasiswa Unima Gelar Aksi Domonstrasi Tolak UU Cipta Kerja

Baginya kalau anak-anak mengeluh ingin libur tapi sekarang mereka malahan jadi rindu sekolah seperti biasa lagi.

"Perbedaan sebelum dan sekarang pandemi tatap muka seperti biasa, guru bisa menilai proses belajar siswa, tetapi mode luring juga efektif karena menjangkau anak-anak secara lebih dalam.

Sedangkan kalau daring memang efektif juga tapi kadang kendalanya ada di handphone dan jaringan," ujar perempuan lulusan fakultas pendidikan bahasa inggris Unima.

Puluhan Buruh Kena PHK karena Ikut Unjuk Rasa Tolak UU Cipta Kerja, Juga Tak Diberi Pesangon

Sebetulnya, kata anak bungsu dari lima bersaudara ini, tidak ada yang berat sebelah dalam belajar mengajar, semuanya disesuaikan porsinya, kalau belajar di masa pandemi ini materi dan tugas tidak bisa disamakan seperti belajar tatap muka.

Tapi kalau dari segi penyampaian materi, lebih gampang menjelaskan saat belajar tatap muka, karena guru bisa langsung berhadapan dengan siswa. Tapi, di sisi lain guru juga jadi bisa bereksplorasi dengan dunia IT seperti apk microsoft team, zoom dan google classroom.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved