Tajuk Tamu
Mengorek Kontraksi Ekonomi, Menepis Resesi
Pandemi Covid19 tidak hanya mengoyak sektor kesehatan, namun merontokkan juga sendi perekonomian bangsa.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor:
Oleh: Mohamad Samsodin,SST,M.Si ASN BPS Prov Sulawesi Utara (Kasi Neraca Konsumsi)
Pandemi Covid19 tidak hanya mengoyak sektor kesehatan, namun merontokkan juga sendi perekonomian bangsa. Perekonomian nasional dan sebagian besar regional pada triwulan 2 mengalami kontraksi.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi pada tanggal 5 Agustus 2020.
Secara year on year (triwulan 2 tahun 2020 dibanding triwulan 2 tahun 2019), perekonomian nasional mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen. Begitu pula perekonomian Sulawesi Utara mengalami kontraksi sebesar 3,89 persen.
Kontraksi adalah kondisi dimana perekonomian atau nilai tambah secara menyeluruh mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. Kontraksi juga menggambarkan penurunan aktivitas ekonomi di masyarakat.
Kontraksi ini telah diprediksi oleh beberapa instansi maupun lembaga riset. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memprediksi ekonomi Indonesia akan terkontraksi kisaran -3,5 persen hingga -5,1 persen dengan titik tengah sebesar -4,3 persen.
Sementara itu, Bank Indonesia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar -4,8 persen. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan 2 tahun 2020 akan mengalami kontraksi sebesar-3,8 persen.
Beberapa prediksi di atas ternyata berbeda dengan rilis resmi dari BPS, kontraksi ekonomi Indonesia lebih dalam sebesar -5,32 persen.
Indonesia dan Sulawesi Utara pada level masing-masing, mengalami kontraksi untuk pertama kalinya pada tahun ini.
Jika kondisi ini tidak diatasi, maka akan menyebabkan resesi. Resesi menunjukkan terjadi kemerosotan ekonomi dengan ditandai terjadinya penurunan Produk Domestik (PDB) atau ketika pertumbuhan ekonomi riil terkontraksi selama 2 triwulan dalam satu tahun.
Resesi dapat menyebabkan dampak penurunan secara simultan pada aktivitas ekonomi seperti turunnya produksi, berkurangnya lapangan usaha, banyaknya pengangguran, keuntungan usaha menurun, dan sampai meningkatkan kemiskinan.
Kontraksi ekonomi menjadi sinyal keras untuk menghindari resesi ekonomi. Oleh karena itu, perlu memahami dan menyikapi kontraksi ekonomi dengan lebih detil dari berbagai aspek ekonomi.
Dengan mengorek lebih dalam terkait kontraksi yang terjadi maka diharapkan kita menemukan peluang yang dapat terus ditingkatkan dan kelemahan-kelemahan yang perlu cepat diperbaiki.
Pemahaman secara menyeluruh terkait penyebab kontraksi, berkaitan erat dengan pemahaman PDB suatu wilayah.
PDB disajikan dalam 2 pendekatan yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran.
Kontraksi Pada Pendekatan Produksi
Kontraksi ekonomi Sulawesi Utara lebih baik dibandingkan nasional, namun terendah di regional Pulau Sulawesi.
Lapangan usaha yang paling terkontraksi dalam adalah akomadasi dan penyediaan makan minum, transportasi dan pergudangan, jasa lainnya, jasa perusahaan, dan kontruksi.
Akomodasi dan makan minum mengalami kontraksi terdalam sebesar 50,28 persen.
Kontraksi akomodasi dan makan minum disebabkan oleh penurunan wisatawan mancanegara sebesar 99 persen, penutupan sebagian besar hotel, anjuran stay at home menyebabkan turunnya permintaan makan minum siap saji, pembatasan aktivitas keagamaan (pasar ramadhan, takjil, dan lainnya), serta pembatasan waktu beroperasi rumah makan.
Lapangan usaha kedua yang terkontraksi dalam adalah transportasi dan pergudangan.
Kontraksi transportasi dan pergudangan disebabkan oleh penerapan Work From Home (WFH), School From Home (SFH), pembatasan dan penjagaan antar wilayah, pembatasan penumpang pada transportasi publik, penghentian layanan penerbangan komersial di Bandara Sam Ratulangi mulai 25 April sampai dengan 31 Mei 2020, pembatasan transportasi laut dan ASDP, dan sepinya aktivitas jasa pengangkutan.
Peristiwa tersebut sangat telak meruntuhkan nilai tambah lapangan usaha transportasi dan pergudangan.
Lapangan usaha berikut yang terkontraksi dalam adalah jasa lainnya, jasa perusahaan, dan konstruksi.
Penutupan tempat hiburan, penutupan pusat perbelanjaan, penundaan even-even di Sulawesi Utara menyebabkan kontraksi lapangan usaha Jasa lainnya.
Realokasi anggaran untuk penanggulangan Pandemi Covid19 menyebabkan tersendatnya belanja modal pemerintah pusat dan daerah untuk pekerjaan konstruksi.
Volume pekerjaan maupun realisasi belanja triwulan 2 mengalami penurunan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pekerjaan konstruksi masih ada yang jalan, namun pekerjaan itu tidak mampu menutupi penurunan aktivitas kontruksi secara umum.
Di tengah kontraksi sebagian besar lapangan usaha, masih ada lapangan usaha yang mampu tumbuh positif bahkan bisa meroket pertumbuhannya.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (infokom), jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, industri pengolahan, pengadaan air, jasa kesehatan, dan pertanian.
Infokom tumbuh signifikan disebabkan pemberlakuan WFH dan SFH. Kegiatan WFH dan SFH membutuhkan pulsa data karena semua dilakukan secara online seperti meeting online, sekolah online, kuliah online, ibadah online, dan silahturahmi online saat Hari Raya Idul Fitri.
Hal yang menarik dari lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan adalah masih tumbuhnya pertanian, kehutanan dan perikanan.
Kenapa menarik? karena pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Sulawesi Utara yaitu sebesar 22,21 persen dan tetap tumbuh positif.
Lapangan usaha ini juga sudah teruji pada krisis moneter tahun 1998 -1999 dahulu. Lapangan usaha ini tetap tumbuh walaupun di tengah krisis, bahkan Sulawesi Utara pada waktu itu beruntung karena memiliki potensi perkebunan yaitu cengkih.
Harga komoditi cengkih yang naik signifikan menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat. Perkebunan ini mampu menopang ekonomi masyarakat di tengah krisis pada saat itu.
Kontraksi Pada Pendekatan Pengeluaran
Kontraksi pada PDRB lapangan usaha menyajikan perekonomian dari sisi produksi (supply), agar sisi produksi bergairah perlu menggerakkan juga perekonomian di sisi penggunaan (use).
PDRB menurut pengeluaran merupakan penyajian ekonomi makro dari sisi penggunaan atau permintaan. Ekonomi makro Sulawesi Utara triwulan 2 mengalami kontraksi di semua komponen.
Komponen terbesar yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 6,28 persen.
Penyebab anjloknya konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara adalah turunnya pendapatan masyarakat baik yang bekerja di sektor formal maupun informal.
Pendapatan yang turun disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dirumahkan sementara, penurunan pendapatan tambahan berupa THR bagi ASN maupun karyawan swasta, penurunan keuntungan pengusaha, dan masih banyak lagi.
Kondisi ini akan mengakibatkan merosotnya daya beli masyarakat.
Pengeluaran pemerintah pun mengalami kontraksi akibat rendahnya realisasi belanja baik belanja pegawai dan belanja barang. Penurunan realisasi belanja pegawai dikarenakan besaran THR yang diterima lebih kecil dari pada tahun lalu, jumlah penerima THR pun turun, penurunan realisasi belanja barang (operasional dan non operasional), belanja jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan.
Begitu juga, Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) mengalami kontraksi. Hal ini sejalan dengan turunnya realiasi belanja modal pemerintah.
Kinerja ekspor pun mengalami penurunan. Penurunan disebabkan oleh turunnya ekspor jasa luar negeri seiring penurunan wisatawan mancanegara, turunnya eskpor barang antar provinsi dan penurunan ekspor barang luar negeri beberapa komoditi andalan Sulawesi Utara.
Kontraksi juga terjadi pada komponen Pengeluaran Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga.
Kontraksi disebabkan oleh Pembatasan kegiatan keagamaan (himbauan Physical Distancing), ibadah Ramadhan dan Idul Fitri dilakukan mandiri, Ibadah Paskah secara online, tidak ada pengajian rutin atau umum, Ibadah rutin di rumah, dan penundaan Pilkada di akhir tahun.
Pembatasan-pembatasan tersebut menghambat pengeluaran lembaga non profit di Sulawesi Utara.
Tantangan dan Peluang
Kontraksi ekonomi yang terjadi di Sulawesi Utara menyajikan sebuah tantangan dan peluang untuk bangkit dari keterpurukan lebih lanjut.
Tantangan itu berupa pemulihan ekonomi pada lapangan usaha yang terkontraksi sangat dalam.
Bagaimana caranya menyeimbangkan antara penyelamatan jiwa dari sisi kesehatan dan penyelamatan ekonomi agar terhindar resesi dan bahkan depresi ekonomi.
Tantangan pada lapangan usaha akomodasi dan penyediaan makan minum yaitu perlu strategi menggenjot tingkat hunian hotel dengan mendatangkan wisatawan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Tantangan pada transportasi dan pergudangan berupa meningkatkan jumlah pengguna jasa transportasi dan pergudangan masih tingginya angka Covid19.
Sementara itu, kontraksi juga menyuguhkan peluang yang perlu ditingkatkan yakni masih adanya lapangan usaha tumbuh positif.
Lapangan usaha yang mampu tumbuh positif dan mempunyai kontribusi besar terhadap ekonomi perlu ditingkatkan agar mampu mendongkrak perekonomian lebih kuat lagi.
Pertanian, kehutanan, dan perikanan serta industri pengolahan berbasis pertanian harus didorong lebih kuat agar mampu menciptakan nilai tambah yang dapat menyelamatkan perekonomian dari jurang resesi.
Peluang pemulihan ekonomi dari wisatwan nusantara juga masih terbuka lebar karena masyarakat sudah merindukan bepergian dan sudah jenuh hanya di rumah saja.
Pada sisi pengeluaran, kunci pemulihan ekonomi adalah menggerakkan komponen berkontribusi besar yaitu konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan rumah tanggga.
Peningkatan pendapatan didapatkan dengan kembalinya masyarakat bekerja maupun meningkatnya bantuan sosial dari pemerintah.
Belanja pemerintah menjadi kunci penggerak perekonomian baik yang berasal dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial.
Kinerja ekspor juga harus terus digenjot agar mampu mendorong industri bergerak dan menghasilkan surplus neraca perdagangan bagi Sulawesi Utara.
Peluang masuk ke jurang resesi terbuka lebar baik secara nasional maupun regional Sulawesi Utara. Namun Kita tidak perlu takut berlebihan akan resesi.
Pemerintah, swasta, dan masyrakat secara umum harus saling mendukung dan bahu membahu agar triwulan 3 nanti perekonomian menunjukkan arah yang lebih baik walaupun tidak sebaik pada periode tahum sebelumnya.
Dengan melihat uraian kontraksi ekonomi dan dukungan strategi yang jitu pada sisi kesehatan dan ekonomi maka kita berharap mampu menepis resesi.
• Saat Dimandikan Jenazah Ini Hidup Lagi, Buka Mata & Berkedip, Dokter Ungkap Hal Ini
• Cantiknya Annisa Pohan Saat Pakai Kebaya Merah, Dampingi AHY Ikut Upacara Virtual HUT ke-75 RI
• Tips Bagi Fresh Graduate Melamar Kerja di Tengah Pandemi, Percaya Diri dan Tetap Bersikap Positif