Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ikatan Alumni STFSP Dikukuhkan, Berikut Susunan Pengurusnya

Uskup Rolly Untu mengatakan bahwa dengan pengukuhan tersebut alumni telah menyatakan loyalitas dan komitmen untuk STFSP.

ISTIMEWA
Tampilan layar Zoom Meeting Pineleng Webinar Series 3 yang dirangkaikan dengan pengukuhan Ikatan Alumni (Ikal) Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP). 

Desk Teknologi Informasi (ITO)

RD Antonius Steven Lalu SS Lic.Th

Romansa Taasihe

Rinaldo Turang S.Kom M.Kom

Desk JPIC

Drs Berthy Barnabas Rahawarin SH

Adv Paulinus Sarbunan SH MH

Jus Felix Mewengkang SFil

Herkulaus Mety S.Fil

Desk PCST (Promotion, Cooperation, Sponsorhip, Strategy)

Ferdinand Djeki Dumais SE CPA

Vinsensius Yohanis Osok

Agustino Steve Lalamentik SS

Yean MV Rasu SS M.Pd

Junieta Vincensia Pontoh SS

David Pelealu S.Psi

Reijnhard Josep Adel SE

Margaretha B Supit

Koordinator Wilayah (Korwil)

Korwil 1 (Jawa dan Sumatera): Selvia Agnes Salindeho SS

Korwil 2 (Sulawesi dan Kalimantan): Willem Hanny Rawung SS M.Hum

Korwil 3 (Maluku): Drs Petrus Yoseph Serin MM.Pub

Korwil 4 (Papua): Pascalis Tethool SS

Korwil 5 (Bali dan NTT): Sr Margaretha Wasti SJMJ

Korwil 6 (Luar Negeri): RP Hendrikus Nyong Wawo S.Fil MSC

Sekularisasi

Pastor Hans dalam materinya awalnya memberikan gambaran situasi Gereja Katolik di Belanda dan Eropa Barat.

Ia mengatakan, akhir tahun enam puluhan Eropa Barat mengalami revolusi kultural.

Individualisme mulai menjadi makin kuat, dan golongan melebur.

Situasi itu membuat banyak orang Kristen di sana memisahkan diri dari Gereja dan mulai tidak aktif di Gereja.

Akibat penurunan jumlah anggota banyak gedung gereja makin kosong.

Gedung-gedung gereja yang tidak dibutuhkan lagi dibongkar atau dijual.

Hampir semua orang yang sekarang masuk gereja sudah lanjut umur.

Yang menyolok ialah tetap adanya kemurahan hati untuk membantu korban-korban bencara-bencana alam di manapun di dunia.

Nilai-nilai injili lain yang diperjuangkan meliputi toleransi antara golongan-golongan beragama, hak-hak asasi manusia, kesamaan martabat pria dan wanita di segala bidang, penerimaan orang-orang yang berorientasi homo atau lesbian, perjuangan untuk mengatasi jurang pemisah antara kaya dan miskin, perjuangan lawan rasisme dan perubahan iklim.

Semua gejala-gejala sosial itu yang merupakan nilai-nilai injili, didukung oleh kebanyakan orang di Eropa Barat.

Menurutnya, sekularisasi terjadi karena gambar-gambar Allah yang palsu.

Ia mengatakan, proses sekularisasi merupakan sebuah berkat bagi Gereja dan umat beriman, asal saja diiringi oleh sebuah teologi yang sekaligus merupakan sebuah spiritualitas, khususnya spiritualitas hati.

"Kita hendaknya saling membantu dalam proses memperhatikan gerakan-gerakan hati kita. Gerakan-gerakan itu meliputi suara batin hati nurani kita, tetapi juga kebutuhan dan kerinduan kita akan perdamaian, keadilan, persaudaraan, kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi, keluarga dan masyarakat. Semua keutamaan tersebut berasal dari Hati Allah, diwahyukan oleh Hati Yesus Kristus dan dicurahkan dalam hati kita masing-masing oleh Roh Kudus," ujarnya.

Romo Her, sapaan akrab Dr Hertanto, menanggapi materi itu dengan materi berjudul "Bersiap-siap menghadapi tantangan identitas".

Persiapan itu perlu dilakukan karena Gereja lama menjadi pusat dan banyak orang mulai mempertanyakan keabsahan klaim itu.

Walau begitu, gelar Gereja sebagai persekutuan umat Allah, Sakramen Keselamatan, Tubuh Mistik Kristus, Kebun Allah tetap sah sebagai visi dan panggilan misi Gereja.

Identitas lalu dipertanyakan jika ada perubahan (Gereja berjumpa dengan dunia).

Ada yang menanggapi secara tradisionalis seperti Gereja diminta untuk tidak terlalu campur urusan dunia.

Yang ekstrem sekularis meminta Gereja tidak ikut campur urusan dunia.

Gereja pun dibenci begitu pula simbol-simbolnya oleh dunia.

Jalan tengahnya ialah pemisahan urusan Gereja dan urusan dunia di mana Gereja juga memperhatikan keselamatan dunia.

Gereja Indonesia masih dalam tahap terhamparnya banyak spiritualitas tetapi tantangan terhadap proses sekularisasi sedang berkecambah.

Sekularisasi bisa terjadi karena orang salah langkah dan takut berubah juga karena tidak kritis dan kehilangan asinnya.

Perlu ada panggilan inkarnatif untuk itu. (max)

Teks Proklamasi Tulisan Soekarno Ditampilkan di Istana

Pesan Salad Seharga Rp 105.000, Berharap dapat Porsi Besar, Turis Ini Terkejut Isinya Cuma Tomat

Irjen Napoleon Dicegah ke Luar Negeri

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved