Fadli Zon Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi Untuk Tahun Depan Tidak Realistis: Tidak Masuk Akal
Pesiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan tahun depan ada pada kisaran 4,5 hingga 5,5 persen.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Baru-baru ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka mengantarkan RUU APBN 2021.
Menanggapi akan hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menyampaikan kritikannya.
Ia menilai, sejumlah point yang disampaikan Jokowi kurang realistis.
• BACA: Amien Rais Tuding Jokowi Sedang Menjalankan Politik Otoriterisme dalam Pemerintahan, Ini Alasannya
• BACA: Amerika Serikat Siap Bantu Lebanon, Tapi Ada Syaratnya, Wakil Menteri AS Singgung Reformasi Politik
Fadli Zon mengungkapkan, di tengah ancaman pandemi serta resesi ekonomi yang masih akan terus berlangsung, masyarakat sebenarnya ingin mendengarkan pidato kenegaraan yang dekat dengan kenyataan.
"Sebab hanya dengan mendekati realitas, kita akan bisa mencari jalan keluar tepat untuk mengatasi krisis yang tengah berlangsung," ujar Fadli Zon di Jakarta, Minggu (16/8/2020).
"Sayangnya harapan itu tak terpenuhi. Pidato kemarin kurang realistis. Satu hal paling mencolok adalah soal target pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Seperti diketahui, Pesiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan tahun depan ada pada kisaran 4,5 hingga 5,5 persen.
Menurut Fadli Zon, di tengah situasi pandemi, itu adalah target yang tak masuk akal.
Apalagi, selama kuartal kedua 2020 kemarin pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok hingga minus 5,32 persen.
"Bagaimana caranya melompat dari angka minus 5 persen ke angka positif 5 persen di tengah-tengah pandemi, jika sebelum pandemi saja angka pertumbuhan kita hanya bisa mepet 5 persen? Rasanya tak perlu menjadi ekonom untuk menilai target itu sama sekali jauh dari realistis!" ungkapnya.

Pernyataan Presiden bahwa harus menjadikan krisis ini sebagai momen untuk melakukan lompatan besar adalah ungkapan terlalu muluk.
Menurut Fadli Zon, optimisme memang penting, tapi realistis lebih penting lagi.
Fadli Zon menilai, sesudah kehidupan ekonomi Indonesia anjlok, sebagaimana perekonomian hampir seluruh negara di dunia saat ini, yang diperlukan adalah pemulihan, alias kembali ke titik normal.
"Bicara mengenai lompatan pada saat kita sedang terpuruk, selain tak masuk akal, juga bukan ungkapan bijaksana," ungkap Fadli Zon yang juga Chairman Institute for Policy Studies (IPS).
Empat alasan