Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Belajar dari Rumah

Dampak Belajar dari Rumah, Orangtua & Anak Rentan Stres, Begini Cara Mencegahnya Menurut Psikolog

Sudah 6 bulan belajar dari rumah ini berlangsung. Baik orangtua maupun anak rentan mengalami stres. Ini cara pencegahan menurut psikolog.

Tribun Manado
Ilustrasi Belajar dari Rumah 

“Biasanya, aku akan buka gadget sekadar melihat informasi yang bisa aku terapkan untuk mengambil hati anak, minum kopi, atau makan cake. Ini simpel, tetapi penting buat aku,” ungkapnya.

Selain itu, orangtua juga bisa meminta bantuan dari pihak sekolah.

Sevty mengaku sempat berkonsultasi dengan guru dan minta mereka mengirimkan voice note atau melakukan video call dengan buah hatinya.

Mengobrol dengan guru ternyata efektif meningkatkan semangat Melo untuk mengikuti kelas online.

Untuk ibu bekerja, mengerjakan tugas kantor dari rumah sekaligus mengasuh anak jadi tantangan tersendiri.

Efnie menyebutkan, ibu bekerja harus memiliki manajemen waktu yang baik.

Jadi, buatlah jadwal harian dan masukkan waktu me time.

Dengan begitu, kondisi mental tetap stabil dan tercipta suasana yang penuh cinta kasih di rumah.

Lalu bagaimana menanggulangi stres pada anak? Efnie menyebutkan metode yang sama bisa diterapkan kepada anak.

Yakni mengidentifikasi emosi atau perasaannya terlebih dahulu.

“Kalau anak stresnya tinggi, bantu ia untuk meredakan kondisi perasaaannya dulu. Anak yang stres tidak mempan dikasih nasihat"

"Ciri khas seorang anak kalau stres tinggi adalah akan melakukan hal yang berkebalikan. Disuruh fokus, dia malah melakukan hal lain"

"disuruh menulis tidak bisa, kadang-kadang disuruh bicara malah menjadi gagap,” terang Efnie.

Jika anak menunjukkan tanda-tanda itu, orangtua jangan memarahi anak dan sebaiknya memberinya waktu.

Jauhi anak sebentar, atur napas, kendalikan emosi, dan duduk untuk menenangkan diri.

Setelah kondisi sudah lebih tenang, peluk anak dan bantu ia mengungkapkan perasaanya.

Orangtua bisa menanyakan, “Adik rasanya bagaimana? Adik takut, sedih, atau marah?”

Sebutkan emosi satu per satu untuk membantunya mengidentifikasi perasaannya.

Setelah itu, bantu anak merilis perasaannya.

Tanyakan apa yang ia inginkan.

Kalau ia ingin menangis, biarkan. Jadi, anak merasa aman dan nyaman.

“Love dan affection adalah obat stres untuk anak-anak.

Jadi, ia tidak merasa sendiri, merasa didampingi, dan bisa mengekspresikan perasaannya semaksimal mungkin," katanya.

Efnie menegaskan, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, orangtua harus bekerja sama dengan berbagai pihak.

Hal tersebut agar kegiatan belajar anak tetap berjalan.

Yang pasti, orangtua harus menanamkan mindset untuk tidak langsung menghakimi diri sendiri sebagai orangtua yang gagal jika anak susah diajak belajar.

Ingatlah bahwa anak butuh waktu dan proses untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. (*/Lis)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Penjelasan Psikolog Soal Tantangan Sekolah di Rumah Bagi Balita dan Orangtua,

https://wartakota.tribunnews.com/2020/08/14/penjelasan-psikolog-soal-tantangan-sekolah-di-rumah-bagi-balita-dan-orangtua?page=all

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved