Tokoh
17 Juli 1918, Kaisar Terakhir Rusia Tsar Nicholas II dan Keluarganya Dieksekusi Kaum Bolshevik
Kematian Nicholas II dan keluarganya mengakhiri Dinasti Romanov yang berkuasa selama 300 tahun di Yekaterinburg. Jenazah mereka kemudian ditemukan.
Meski seorang Putra Mahkota, dia jarang mengikuti kegiatan politik kecuali yang diadakan oleh dewan negara maupun pertemuan komite sebuah kementerian.
2. Menjadi Tsar Rusia

Menteri Keuangan Rusia saat itu, Sergey Whitte, menyarankan kepada Tsar Alexander III supaya mulai mempersiapkan Nicholas sebagai calon penerusnya.
Alexander III kemudian berargumen bahwa putranya itu belum cukup dewasa untuk mendapatkan tanggung jawab serius, dan yakin kesehatannya masih cukup panjang.
Namun prediksinya keliru. Kesehatannya terus menurun dan pada musim gugur di 1894, dia terbaring lemah di ranjang dan memutuskan untuk memanggil Nicholas.
Dari ranjangnya, Alexander kemudian berpesan agar Nicholas mematuhi Whitte yang merupakan menteri kepercayaannya sebelum meninggal dalam usia 49 tahun pada 20 Oktober 1894.
Kematian sang ayah membuat Nicholas terguncang. Apalagi, ayahnya wafat ketika dia berusia 26 tahun dan masih belum matang dengan urusan pemerintahan.
Meski begitu, pada malam itu pendeta mengukuhkan Nicholas II sebagai Tsar Rusia dengan sang kekasih, Putri Alix of Hesse-Darmstadt, masuk ke Gereja Ortodox.
Kepada sepupu sekaligus kakak iparnya Grand Duke Alexander, Nicholas mengaku dia tidak siap sama sekali mengemban jabatan sebagai penguasa Negeri "Beruang Merah".
"Aku tidak siap menjadi tsar. Aku tidak ingin. Aku tidak tahu sama sekali tentang mengelola negara. Apa yang bakal terjadi kepadaku dan rakyat Rusia?" tanya Nicholas saat itu.
Pada 26 Mei 1896, dia resmi dinobatkan sebagai Tsar Nicholas II. Saat perayaan penobatan di luar Moskwa, sebuah insiden terjadi di mana ribuan orang terinjak.
Insiden yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Khodynka itu menewaskan 1.389 orang. Namun saat itu, Nicholas dan Alix yang menjadi Alexandra Feodorovna tak mengetahuinya.
Saat itu Nicholas sama sekali belum mengetahui dan baru mendapat pemberitahuan malamnya. Dia kemudian hendak berdoa bagi korban tewas di istananya.
Namun sang paman, Grand Duke Sergey Alexandrovich mendesaknya untuk menghadiri perayaan di Kedutaan Besar Perancis di Moskwa karena jika tak datang, dianggap tidak sopan.
Akhirnya Nicholas pun datang. Namun imbasnya, dia mulai tak disukai dengan rakyat Rusia menyebutnya sebagai pemimpin sembrono serta tidak peduli.