News
Filipina Perpanjang Perjanjian Militer dengan AS, Karena Kian Memanasnya Laut China Selatan
Kabarnya Filipina membalikkan keputusannya untuk mengakhiri perjanjian militer penting dengan Amerika Serikat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait Klaim teritorial Laut China Selatan oleh Tiongkok.
Hal tersebut karena sebelumnya China memang ingin menguasai Laut China Selatan itu.
Menanasnya AS dan China terkait klaim tersebut membuat beberapa negara di sekitar itu membantu AS.
• China Siapkan Kebijakan Hainan Sebagai Gantinya Karena Hong Kong Dirongrong Terus Amerika Serikat
• Memanasnya Militer India dan China di Perbatasan, Tiongkok Mulai Latihan Perang untuk Siap Tempur
• AHY Ungkap Bertemu Ibunda Ani Yudhoyono dalam Mimpi: Aku Senang Kalau Bisa Didatangi

Kabarnya Filipina membalikkan keputusannya untuk mengakhiri perjanjian militer penting dengan Amerika Serikat (AS) karena ketegangan teritorial dengan China yang makin memanas di Laut Cina Selatan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte akhirnya memutuskan mempertahankan The Visiting Forces Agreement (VFA) atau perjanjian kunjungan pasukan dengan AS.
"Ini sehubungan dengan perkembangan politik dan lainnya di kawasan ini," kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr dalam sebuah posting media sosial yang dikutip CNN, Selasa (3/6).
Perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1988 tersebut, memberikan akses bagi pesawat dan kapal militer AS masuk gratis ke Filipina dan melonggarkan pembatasan visa bagi personel militer AS.
Sebelumnya, pada bulan Fenruari 2020, Pemerintah Filipina telah memberikan pemberitahuan selama 180 hari kepada AS untuk mengakhiri kesepakatan tersebut.
Namun, belakangan Filipina berubah haluan. "Aliansi lama kami telah memberi manfaat bagi kedua negara, dan kami berharap untuk melanjutkan kerja sama keamanan dan pertahanan yang erat dengan Filipina," demikian pernyataan dari Kedutaan Besar AS di Manila.
Filipina pernah menjadi rumah bagi dua pangkalan militer terbesar Amerika di luar AS yakni Pangkalan Udara Clark dan Stasiun Angkatan Laut Subic Bay.
Meskipun tidak lagi menjadi pangkalan AS sejak awal 1990-an, pasukan AS masih memiliki akses di bawah perjanjian VFA dan Manila mempertahankan hubungan militer yang kuat dengan Washington.
Tetapi selama beberapa tahun terakhir, Duterte telah mencoba menyingkirkan hubungan historis Filipina dengan AS dan lebih melirik China yang telah menawarkan hubungan ekonomi lebih dekat dengan Manila.
"Saya butuh China. Lebih dari siapa pun pada saat ini, saya butuh China," kata Duterte sebelum terbang ke Cina pada April 2018 silam.
Dibandingkan dengan para pendahulunya, Duterte melihat perselisihan wilayah Filipina yang sedang berlangsung di Laut Cina Selatan lebih bisa dinegosiasikan.
Baik Filipina dan China adalah di antara beberapa negara dengan klaim laut yang tumpang tindih, atau bagian dari itu.