Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Pemerintah Wuhan Larang Warga Konsumsi Daging Hewan Liar Selama 5 Tahun ke Depan

Larangan mengonsumsi daging hewan liar ini telah berlaku sejak 13 Mei yang lalu dan akan berjalan selama lima tahun.

Editor: Frandi Piring
healthpolicy-watch.org
Pasar Tradisional Wuhan, China. 

Dampak Covid-19, Konsumsi Paniki Terus Berkurang hingga Penjualan Turun Sampai 80 Persen

Pedagang di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, tetap menjual Paniki, walaupun penjualannya turun sampai 80 persen.

Tak banyak yang berubah di lapak penjualan hewan liar di Pasar Beriman Tomohon, meski di tengah suasana Covid-19.

Terpantau Senin (27/4/2020), para pedagang tetap menjual hewan liar seperti ular, tikus dan paniki.

Penjualan Daging Kelelawar
Penjualan Daging Kelelawar (Istimewa)

Mereka seakan tak terpengaruh dengan Covid-19 yang terus merenggut nyawa.

Roy Nangka (41) warga Kinilow Tomohon, masih setia menunggu pelanggannya datang membeli paniki atau kelelawar.

Kata dia, setiap hari pasti ada pelanggan yang datang membeli. Memang harus diakui terjadi penurunan sangat drastis jualan paniki.

Dulunya laku sampai 60-70 kilogram dalam sehari dengan harga Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu. Sekarang dijual dengan harga Rp 40 ribu, paling banyak laku 10 kilogram.

"Memang kami sangat merugi. Tapi apa boleh buat harus tetap jualan untuk penuhi kebutuhan keluarga," ujar Roy Nangka.

Dia bercerita, sebelum Covid-19 dalam sepekan bisa menjual hingga 200 kilogram, sekarang hanya 20 kilogram. Jadi permintaannya memang menurun drastis.

Lanjut dia, warga yang konsumsi paniki tetap ada setiap hari hanya permintaan menurun. Bukannya karena takut Corona tapi karena tidak punya uang,

Roy juga mengaku sebagai penikmat paniki, di rumah sering dimasak. Paling enak kalau dibikin santan rica. Cara masak paniki di Tomohon itu terbilang bersih.

"Kami masak sampai empat kali. Pertama bakar dulu, kemudian paniki direbus, lalu masak masak dengan bumbu, terakhir dimasak dengan santang.

Total empat kali masak. Jadi tidak mungkin kami kena virus Corona. Kalau sudah sakit dari dulu kami sakit, tapi sampai hari ini tidak ada berita yang meninggal Corona di Sulut karena konsumsi paniki,” ujarnya pedagang yang sudah 20 tahun jualan paniki.

Cibey, penjual paniki lainnya mengaku aktivitas jualan mereka tidak pernah berhenti kendati pernah diimbau Pemkot Manado.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved