Kluster Gowa Sumbang Tiga Kasus Baru di Sulut: 82 Orang Terinfeksi Corona
Lagi, delapan orang positif terpapar Coronavirus disease 2019 (Covid-19) di Sulawesi Utara. Total sudah ada 82 kasus
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Lagi, delapan orang positif terpapar Coronavirus disease 2019 (Covid-19) di Sulawesi Utara. Total sudah ada 82 kasus sampai Rabu (13/5/2020). Delapan kasus baru itu tersebar di Kota Manado, Minahasa, Bitung, Minahasa Selatan, Minahasa Utara dan Talaud.
Kluster Gowa, mereka yang mengikuti kegiataan keagamaan di Gowa-Sulawesi Selatan, menyumbang tiga (37,5 persen) kasus baru. Sisanya ada transmisi lokal seperti di Bitung, kontak dengan pelaku perjalanan dari daerah maupun negara terjangkit Corona. Untuk kasus 80, pria 46 tahun dari Minsel, masih misterius. Bersangkutan tak ada riwayat perjalanan atau pun kontak dengan orang terpapar virus.
• Tahun Ajaran Baru Dipastikan Tak Diundur: Kemungkinan Sekolah Mulai Buka Juli
Pada Selasa dua hari lalu, Satgas Covid-19 Sulut mencatat 74 kasus positif Corona. Kesokan hari atau Rabu kemarin, Satgas Covid-19 mengumumkan delapan kasus baru. Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel mengatakan, kasus 75 asal Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian dari kluster Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) di Sukabumi, Jawa Barat. Setukpa Polri, satu di antara kluster penyebab kasus yang cukup banyak di Indonesia.
"Kasus 76, laki-laki umur 17 tahun asal Minahasa, bagian dari kluster Gowa," kata Dandel. Begitu juga kasus 77 asal Manado, yang bersangkutan sama dengan kasus 76 bagian dari kluster Gowa. "Kasus 78 laki-laki umur 21 tahun, asal Kabupaten Minahasa juga merupakan bagian dari kluster Gowa," ucapnya. Untuk kasus 79 asal Manado, bersangkutan ada riwayat kontak dengan pelaku perjalanan dari daerah terjangkit.
"Kasus 80 laki-laki umur 46 tahun, asal Minsel yang bersangkutan tidak ada riwayat perjalanan ke manapun (misterius)," ucap Steaven. Kasus 81 berdomisili di Minut, tetapi bersangkutan berasal dari Jawa Tengah. Dia kontak erat dengan pelaku perjalanan dari negara terjangkit.
"Kasus 82 adalah seorang anak perempuan, umur 7 tahun, asal Bitung yang bersangkutan adalah kontak erat resiko tinggi dari kasus 37, 38 dan kasus 64. Kasus 82 ini melengkapi kasus dalam keluarga," tutur Steaven.
Lanjut Dandel, ada 47 pasien sedang dirawat (lima meninggal dan 40 sembuh). RS Prof Kandou merawat 2 pasien, RS Pobundayan 4 pasien, RS Wolter Monginsidi 13 pasien, RS Liung Kendage Sangihe 1 pasien, RS Siloam Paal Dua 6 pasien, RS Bolaang Mongondow Utara 2 pasien, RS Bhayangkara 4 pasien dan RS Ratatotok 1 pasien.
Kemudian RS Pancaran Kasih 4 pasien, RS Sam Ratulangi Tondano 5 pasien, RS Noongan 1 pasien, RS Bethesda Tomohon 1 pasien dalam proses rujukan ke RS Prof Kandou, RS Walanda Maramis 1 pasien, RS Gunung Maria 1 pasuin, RS Talaud pertama kalinya 1 pasien.
• Sektor Pariwisata dan Otomotif Cepat Pulih: Pasca Pandemi Covid-19
Stres ketakutan
Sambil menangis, seorang ibu hamil menelepon anggota DPRD Bolmong Febrianto Tangahu beberapa hari lalu. Sang ibu tertekan mendengar kabar jika pasien 63 Covid-19 adalah tenaga medis yang ia datangi untuk memeriksa kandungan di Kotamobagu. "Ia dilanda stres," kata dia.
Selain ibu itu, banyak lagi ibu hamil yang menelepon padanya. Dengan kondisi yang sama, stres dan ketakutan. "Banyak pula warga yang menanyakan hal itu pada saya," kata Anto - panggilan akrabnya.
Informasi yang dihimpun Tribun Manado, tenaga medis tersebut berdomisili di Kotamobagu dan membuka praktik di kota itu dan fasilitas kesehatan di Bolmong. Sempat dinyatakan ‘milik’ Bolmong, belakangan pasien itu ditetapkan sebagai ‘milik’ Kotamobagu sesuai domisilinya. "Pasien tersebut dinyatakan di Kotamobagu karena berdomisili di sana," kata Jubir Covid 19 Bolmong, dr Debi Kulo.
Sebut Debi, pihaknya sudah melakukan tracking pada pasien tenaga kesehatan tersebut. "Sudah kita lakukan tracking," kata dia. Dikatakan Debi, tracking berlangsung di Kecamatan Lolayan. Debi mengaku belum tahu pasti berapa jumlah pasien yang sudah ditracking. "Kita masih akan koordinasi," katanya.
Debi menilai sesungguhnya pasien tidaklah berbahaya. Justru tenaga medis yang berbahaya. "Sebanyak 30 tenaga kesehatan sudah kami rapid test, hasilnya dua reaktif," kata dia. Ia mengimbau masyarakat tak perlu khawatir berlebihan karena akan menurunkan imun tubuh. "Tapi kalau memang ingin memeriksa bisa melapor di Puskesmas langsung," kata dia.
Kadis Kesehatan Bolmong Erman Paputungan melalui Kabid Yusuf Detu mengatakan, semua tenaga medis memakai baju APD saat berhubungan dengan pasien. "Jadi mereka tergolong kontak rendah," katanya.
Rapid test kepada 12 warga yang kontak erat dengan pasien 63 asal Kotamobagu. Kepala Dinkes Bolsel, dr Sadly Mokodongan membeberkan, jika kebanyakan warga yang punya kontak dengan pasien 63 adalah ibu hamil. "Karena pasien 63 tersebut adalah seorang dokter spesialis kandungan, jadi banyak warga Bolsel yang memeriksakan diri ke sana," ucapnya.
Ada pria, suami yang menemani istrinya ke dokter yang positif itu. Sadly pun meminta kepada warga untuk menginfokan, bilamana ada orang yang juga punya kontak dengan pasien 63 tapi enggan melapor.
Kepala Dinas Kesehatan Kotamobagu dr Tanty Korompot memastikan bahwa satu di antara tiga pasien positif Corona yang masih dirawat di RSUD Kotamobagu adalah seorang dokter atau tenaga medis. Ia menjelaskan, pasien merupakan dokter di Bolaang Mongondow, namun tinggal di Kotamobagu.
Hingga pekan kedua di Mei 2020, Pemkab Bolsel mencatat sekitar 1.022 pelaku perjalanan dari daerah transmisi lokal masuk Bolsel.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolsel, dr Sadly Mokodongan ketika ditemui Tribun Manado di Desa Molibagu, kemarin. Menurut Sadly, paling banyak pelaku perjalanan datang dari Provinsi Gorontalo. "Sampai minggu kedua kurang lebih ada 1.022 orang dari daerah transmisi lokal yang masuk ke Bolsel, paling banyak dari Provinsi Gorontalo," ujarnya.
• PA 212 Desak Masjid Segera Dibuka: Pemerintah Jangan Bersikap Diskriminatif
Ia menambahkan para pelaku perjalanan langsung dipantau ketika masuk ke Bolsel. "Kami langsung kirim tim ke setiap rumah mereka berkoordinasi dengan setiap puskesmas dan pustu yang ada," aku dia. Para pelaku perjalanan paling banyak datang dari kalangan mahasiswa.
Pemkab Bolsel juga merilis hasil swab test seorang yang mengikuti kegiataan keagamaan asal Kecamatan Helumo. Meski sempat reaktif melalui rapid test, namun hasil swab memastikan dia negatif Corona.
Minahasa Tenggara, daerah pertama di Sulut menyediakan rumah singgah sebagai tempat karantina pelaku perjalanan dari luar daerah. Hingga kemarin, 6 orang yang dirawat di rumah singgah. "Memang sebagian orang yang dikarantina telah selesai dilakukan pengawasan selama 14 hari dan dinyatakan tak memiliki gejala Covid-19 dan dipulangkan setelah melakukan 2 kali rapid test," tutur Direktur Utama (Dirut) RSUD Mitra Sehat, dr Lusy Mewengkang.
Kepala Dinas Kesehatan Mitra Helny Ratuliu mengatakan, pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan pihak RSUD bila ada hal baru yang didapati selama masa karantina para pelaku perjalanan. "Koordinasi tetap jalan terus, dan memang hingga saat ini belum ada ketambahan untuk karantina bagi para pelaku perjalanan," ujar Ratuliu.

Prof Boetje Usulkan Tes Swab Massal
Tenaga medis (dokter dan perawat) yang terpapar Coronavirus disease 2019 makin banyak di Sulawesi Utara. Fenomena ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Pakar kesehatan Prof dr Boetje Moningka mengatakan, peningkatan tenaga medis yang terpapar Covid-19, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tidak tersedianya alat pelindung diri (APD) yang memadai bagi tenaga medis.
"Sehingga ini perlu menjadi catatan khusus yang wajib diseriusi, sebab para tenaga medis merupakan orang yang paling rentan dan memiliki risiko tinggi penularan, sehingga wajib sigap dalam berbagai kondisi," kata guru besar dari Universitas Sam Ratulangi ini, Rabu (13/5/2020). "Kedua adalah tidak jujurnya pasien yang dirawat, terkait gejala maupun riwayat perjalanan, juga menjadi penyebab tertularnya tenaga medis," bebernya.
Kemudian, tambah Boetje, faktor yang paling menakutkan sudah adanya orang tanpa gejala (OTG) yang berkeliaran. "Karena dari beberapa suspect positif di daerah, misalnya di Kotamobagu, ada dua orang yang memang tak terdeteksi alias tanpa gejala. Sehingga ini perlu menjadi perhatian pemerintah, untuk memperkuat tracking maupun pengadaan tes Covid-19 secara massal," tegasnya.
Boetje berharap, setelah maraknya fenomena tenaga medis yang tertular Covi-19, pemerintah dapat memperbaiki berbagai kekurangan yang ada selama ini, baik penambahan APD, memperkuat sistem tracking dan menginisiasi swab test massal kepada orang yang berisiko terpapar, guna menemukan OTG, yang bisa saja menularkan Covid-19 lebih banyak.
Garda terdepan dalam perang Covid-19, para dokter dan perawat. Dari 84 pasien positif sampai Rabu kemarin, sudah ada beberapa dokter dan perawat yang terinfeksi karena melakukan tugas kemanusiaan.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulut, Steaven Daldel mengatakan, tidak ada dokter dan perawat yang meninggal terpapar virus. "Kalau dokter yang secara langsung melakukan perawatan, ada yang merupakan kontak erat kurang lebih ada 4 dokter yang terkonfirmasi positif," kata Steaven.
Dokter menjelaskan, kalau perawat tidak ada ketambahan positif masih sama dengan kemarin berjumlah 5 orang juga karena melakukan tindakan perawatan dan terkonfirmasi positif.
"Di rumah sakit bukan hanya digawangi oleh dokter dan perawat, tapi juga ada elemen-elemen lain yang melakukan tanggung jawab di sana karena itu kurang lebih ada tambahan empat petugas RS yang terpapat terkonfirmasi Covid-19," ucap Dandel.
Steaven menyampaikan, terkait beberapa pasien yang terkonfirmasi di Pasar Pinasungkulan Karombasan, sudah dilakukan pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan Kota Manado. "Pasar Pinasungkulan Karombasan dilaporkan ke kami sampai sekarang belum ada update yang diterima dan sudah diperiksa berjumlah 193 orang ada satu yang reaktif," tutup Dandel.

- Jonesius Manopo
Pengamat Kesehatan dari Unima
Patuhi Protokol Pencegahan Covid-19
Solusi terbaik untuk melindungi tenaga medis terpapar Coronavirus disease 2019 (Covid-19) dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Sudah ada pedoman penggunaan APD untuk tenaga kesehatan dan pedoman ini di setiap fasilitas kesehatan ada yang mengawasi.
Pelaksanaan penggunaan APD sesuai standar ini diawasi oleh Tim Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi (PPI) dan semua fasilitas kesehatan wajib ada. Tugasnya meliputi membuat, memastikan, mengawasi dan mengevaluasi Standart Operation Prosedure (SOP) Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi.
Jadi tim ini memastikan apakah alatnya sudah standar, cara pakainya sudah standar, cara lepas dan pemusnahan sudah sesuai standar atau tidak.
Namun, potensi terjangkitnya tenaga medis, apalagi yang sudah positif bisa saja bukan didapatkan dari tempat kerja (rumah sakit atau puskesmas) tapi dari keluarganya yang lebih dahulu positif.
Bisa saja tenaga medis sudah melakukan tindakan pengamanan diri yang sesuai standar di tempat kerja, namun ternyata ada anggota keluarga di rumah yang terpapar dari luar. Nah, ini yang bahaya.
Hal ini dapat dilihat seperti ada tenaga kesehatan yang terbukti kontak erat risiko tinggi dari pasien yang dinyatakan positif sebelumnya. Tentu semua orang waspada, tetapi kalau ada anggota keluarga yang bergejala Covid-19 perlu isolasi mandiri di rumah.
Beberapa rumah sakit dan tenaga kesehatan yang terlibat langsung di ruang isolasi pasien Covid-19 malah sudah menerapkan isolasi mandiri. Artinya mereka sudah tidak tinggal dan atau menjaga jarak dengan keluarga.
Perlu juga diantisipasi dari sisi pasien yang datang memeriksakan diri kepada tenaga medis. Perlu kejujuran pasien. Apakah pernah melakukan perjalanan ke daerah transmisi lokal, atau pernah kontak langsung dengan kasus positif, atau pernah dinyatakan sebagai ODP atau bahkan PDP sebelumnya di tempat lain.
Untuk itu, harus disadari tenaga kesehatan terutama yang melakukan tracking dan tracing, medis dan paramedis di puskesmas ataupun rumah sakit saat ini mau tidak mau pasti berisiko terpapar. Solusinya, semakin sedikit masyarakat yang terpapar, semakin sedikit pula peluang tenaga medis dan paramedis terpapar Covid-19.
Di satu sisi, kalau pilihan pemerintah tidak akan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memang harus berdamai dengan Covid-19, kita harus belajar membiasakan diri untuk cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menggunakan masker, menghindari kerumunan, dan mereka yang berusia lanjut serta memiliki penyakit kronis harus lebih waspada. Jadi, kembali lagi pada kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan protokol pencegahan Covid-19 agar penularan virus ini bisa ditekan. (nie/ano/art/amg/(fis/drp/mjr)
COVID-19 SULUT
Kab/Kota Positif PDP ODP
Sangihe 1 - 8
Sitaro - 1 1
Talaud 1 - 4
Bitung 5 15 3
Minut 3 12 3
Manado 42 45 22
Minahasa 8 14 3
Tomohon 9 6 18
Minsel 1 2 6
Mitra - 2 10
Bolmong - 3 2
Bolmut 2 1 35
Bolsel - - 2
Boltim 1 - 5
Kotamobagu 9 - 3
Luar Kota - 1 -
Total 82 102 125
https://corona.sulutprov.go.id
8 Kasus Baru Covid-19
Kasus 75
- Pria 41 tahun
- Talaud
- Kluster Setukpa Polri
Kasus 76
- Pria 17 tahun
- Minahasa
- Kluster Gowa
Kasus 77
- Pria 30 tahun
- Manado
- Kluster Gowa
Kasus 78
- Pria 21 tahun
- Minahasa
- Kluster Gowa
Kasus 79
- Pria 44 tahun
- Manado
- Kontak dengan pelaku perjalanan dari daerah terjangkit
Kasus 80
- Pria 46 tahun
- Minahasa Selatan
- Tak ada riwayat perjalanan
Kasus 81
- Pria 31 tahun
- Minahasa Utara (asal Jawa Tengah)
- Kontak erat dengan pelaku perjalanan dari negara terjangkit
Kasus 82
- Perempuan 7 tahun
- Bitung
- Kontak erat risiko tinggi dari kasus 37, 38 dan kasus 64
- Melengkapi kasus dalam keluarga
Total 82 kasus, 30 sembuh, 5 meninggal, 47 dirawat