Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Imbauan Tidak Mudik Lewat Seni Lebih Menyentuh

Lagu Ora Mudik Ora Popo barangkali sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Lagu berlirik bahasa Jawa ini ditulis oleh Sudarmanto Leles

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
(Tribunnews.com/ Theresia Felisiani)
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko jelaskan mengapa Presiden tak hadir di sidang PBB 

Perasaan saya tentu saya merasa punya kontribusi saja. Saya senang karena punya kontribusi yang dimaknai oleh masyarakat senang dan kelihatannya agak menurut diajak dengan cara-cara yang berkesenian. Khususnya saya menyanyikan ini seperti nyanyi lagu campursari.

Kalau boleh tahu, ada berapa banyak warga Jawa Tengah hidup di Jabodetabek?

Jadi warga di Jawa Tengah, yang ada di Jabodetabek, contoh saja, Wonogiri itu ada lebih dari 350 ribu warga yang merantau di Jakarta. Satu kabupaten, kalau satu kabupaten itu sebanyak 200 ribu ke Jakarta, ditotal dengan 35 kabupaten, berarti sekitar tujuh juta ada di DKI. Belum di Jabodetabek.

Dari jumlah itu berapa banyak yang sudah mudik?

Tentu ada, banyak. Karena sebelum PSBB itu sudah kecolongan contohnya sampai ke Wonogiri. Sekda Wonogiri bilang ke saya, sudah sampai 60 ribu pulang mudik, sudah ada di sana. Itu ketika pra PSBB. Itu sudah pulang, banyak. Saya kira dari 35 kabupaten mungkin ada lebih dari 500 ribu yang sudah mudik ke kampung masing-masing. Ini kesulitan juga. Semua belajar ternyata, di republik ini semua belajar dengan adanya Covid-19 ini.

Seberapa besar dampak lagu Ora Mudik Ora Popo dalam membantu pemerintah menghentikan upaya mudik masyarakat?

Saya yakin sekali, kalau omongannya pas, yang menyanyikan juga pas, pas bahasanya, karena paternalistik orang kita itu tetap digunakan sampai sekarang. Oleh sebab itu, ada model satu, lagunya enak didengar, dua bahasanya bisa dicerna, tiga yang menyanyikan itu ada unsur ketokohan.

Republik ini masih model paternalistik, orang-orang pasti nurut dengan yang atas. Dengan cara-cara itu, saya meyakini banyak yang sudah stop mudik walaupun dari sekian juta itu ada sekian yang masih mudik, wajar. Tapi tidak gerombolan sebagaimana kita bayangkan di mudik-balik sebelum ada Covid-19. Kalau kita bebaskan ini, akan jadi apa situasinya?(genik/tribunnetwork/cep)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved