Imbauan Tidak Mudik Lewat Seni Lebih Menyentuh
Lagu Ora Mudik Ora Popo barangkali sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Lagu berlirik bahasa Jawa ini ditulis oleh Sudarmanto Leles
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Inisiatif itu ada karena saya kepingin membantu pemerintah, otomatis mengajak berbagai pihak termasuk para jenderal, tokoh masyarakat, yang menyanyi itu. Dan ternyata mau, dan berminat untuk membantu merilis lagu itu. Memang ini terutama untuk mengajak masyarakat yang masih sulit untuk tidak mudik.
Masyarakat ini tidak paham bagaimana Covid-19 ini merajalela di masyarakat ini belum dimaknai dengan baik dengan informasi-informasi yang diberikan oleh pemerintah yang saklek. Yang melalui notasi ataupun narasi- narasi yang sebetulnya kurang pas untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat.
• Hujan Rintik Iringi Djoko Santoso ke Pemakaman
Belum lagi simpang siur informasi pemerintah ini perlu dimaknai dan kami akan memberikan solusi walaupun tidak banyak, tapi mengena dengan lagu-lagu yang saya sampaikan ini mengena dan dimaknai dengan baik dan dicerna.
Mengapa mengajak masyarakat untuk tidak mudik itu harus lewat seni?
Dengan seni itu lebih mudah membuat orang untuk menurut. Kalau kita dipaksa, apalagi di zaman yang demokrasi dan liberal ini kita tidak bisa memaksa, tetapi harus dengan cara-cara seperti nyanyian yang konotasinya mengajak tidak dengan "Ojo." Lagu saya bukan Ojo, tapi Ora Mudik Ora Popo. Beda antara Ojo dan Ora Mudik Ora Popo. Oleh sebab itu, dengan cara-cara ini diharapkan bisa dimaknai masyarakat awam yang tingkat bawah.
Harusnya, Gubernur DKI paham tentang bagaimana mekanisme sosialisasi yang tepat, tidak monoton dengan pidato. Ini yang perlu kita harus sama-sama memahami, sebab saya sebagai ketua paguyuban tahu persis masyarakat saya. Masyarakat yang kalau disuruh dengan paksa, disuruh dengan narasi-narasi yang saklek tidak masuk.
Apa komentar tokoh-tokoh yang bapak ajak ketika membuat klip video Ora Mudik Ora Popo?
Memang pertama lagu Ora Mudik Ora Popo yang saya kolaborasikan dengan tokoh-tokoh ini sebetulnya membuat viral. Kalau suara, itu memang ada yang naik, ada yang turun, itu awalnya mau saya rapikan. Tapi Jenderal Wiranto bilang, "Ga usah mas. Benke wae, asline saja." Itu yang unik, dan itu yang bisa diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu ternyata ada beberapa versi yang sudah jalan.
Bagaimana cerita Pak Sudarmanto bisa menggandeng Moeldoko dan Wiranto?
Pertama saya menggandeng Pak Wiranto kebetulan karena beliau adalah ketua pembina Paguyuban Jawa Tengah. Ide dasarnya saya sebetulnya mau mengajak Gubernur dan 35 Kabupaten menyanyi. Tapi akhirnya tidak bisa. Lalu mengajak Pak Moeldoko itu ketika saya meeting virtual dengan KSP.
Dalam meeting saya bilang, kontribusi masyarakat Jawa Tengah sudah banyak untuk penanganan Covid-19. Membagikan APD, makanan, sembako dan lainnya. Selain itu saya juga bercerita, kontribusi saya pribadi menciptakan lagu Ora Mudik Ora Popo. Dan dalam forum itu saya tawarkan Pak Moeldoko untuk ikut menyanyi, dan dia jawab, "Siap."
Dan ternyata, Pak Moeldoko itu antusias dan bahkan shooting yang dia berikan tidak tanggung-tanggung, ada latar belakang. Kalau yang lain biasa saja. Artinya bahwa memang Pak Moeldoko serius untuk membantu pemerintah, jadi dia all out.
Tujuan utama menggandeng tokoh-tokoh dalam pembuatan klip video Ora Mudik Ora Popo?
Tujuan menggandeng tokoh, karena saya masyarakat biasa, mungkin rakyat yang saya kelola, ada di organisasi saya mungkin bisa paham. Tapi dengan ditumpangi para pejabat tinggi dan pengambil keputusan, otomatis penguatan informasi lewat lagu itu memang benar. Artinya menggandeng ini untuk kepentingan sasaran orang tidak mudik itu biar tercapai.
Perasaan Pak Sudarmanto pribadi setelah lagu Ora Mudik Ora Popo viral?