Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona

222 Warga Korea Selatan Kembali Terinfeksi Corona Setelah Dinyatakan Sembuh, Para Ahli tak Yakin

Dr Roh Kyung Ho, yang bekerja di Departemen Laboratorium Kedokteran di Rumah Sakit Asuransi Kesehatan Nasional Ilsan memberikan komentarnya.

Editor: Aldi Ponge
News Sky via Tribun Jogja
Suasana saat test corona dengan PCR di Korea Selatann dilakukan dengan sistem drive-thru 

"Daripada kesalahan dalam test kit, saya pikir masalah ini mungkin berasal dari perbedaan fungsi sistem kekebalan tubuh antara individu," ungkap Dr Roh.

"Kami berada dalam situasi di mana masih belum ada pengobatan atau penyembuhan yang efektif untuk virus ini," tegasnya.

"Kekebalan tubuh orang mungkin berbeda dalam berapa lama mereka 'memancarkan' virus, apakah itu satu bulan atau enam minggu," katanya.

Penelitian Awal Dokter China dan AS: Mungkin Merusak Organ Limfatik

Sejauh ini, penelitian awal dari dokter di China dan AS menunjukkan bahwa virus corona mungkin merusak organ limfatik, atau T-limfosit.

T-limfosit merupakan sel-sel yang membantu menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat. 

Ini mungkin terdengar mengkhawatirkan, tetapi para peneliti percaya bahwa reaktivasi virus merupakan skenario yang jauh lebih baik dibanding dengan potensi reinfeksi.

Dengan potensi reinfeksi, akan mempersulit upaya untuk mengembangkan vaksin. 

"Alasan utama untuk membedakan antara infeksi ulang dan reaktivasi adalah, jika itu adalah kasus infeksi ulang," ungkap Hwang.

"Itu berarti bahwa sistem kekebalan dalam tubuh manusia belum membangun kekebalan terhadap Covid-19," kata Hwang. "Konsekuensi dari itu berarti kita akan mengalami kesulitan mengendalikan epidemi dan mengembangkan vaksin atau obat lain di masa depan," tegasnya.

Sikap Korea Selatan: Proaktif dan Agresif 

Korea Selatan telah bersikap proaktif dan agresif dalam perjuangannya melawan Covid-19.

Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, mulai dari diam-diam mengembangkan dan menimbun alat tes pada awal Januari, hingga memasuki data ponsel cerdas dan kartu kredit untuk melacak pergerakan mereka yang dikonfirmasi memiliki virus.

Al Jazeera melaporkan, pengguna smartphone di negara tersebut menerima peringatan otomatis yang merinci situs infeksi terdekat.

Sementara mereka yang menyelesaikan masa karantina diharuskan melaporkan gejala mereka setiap hari melalui aplikasi yang dikelola pemerintah. 

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved