Pandemo Corona: Seperti Pembunuhan Massal, Berguguran
Dokter Cecillia Young, salah seorang dokter di RSUD Balaraja, Provinsi Banten. Ia mengaku miris melihat banyak rekan sejawat
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Dokter Cecillia Young, salah seorang dokter di RSUD Balaraja, Provinsi Banten. Ia mengaku miris melihat banyak rekan sejawat atau tenaga medis berguguran ketika berada di garda terdepan berhadapan dengan Covid-19.
• Surabaya akan Terapkan PSBB Mulai 28 April 2020, Berikut Aturan yang akan DIterapkan
Banyaknya angka kematian pada tenaga medis di Indonesia akibat Covid-19, ia merasa seperti sedang terjadi pembunuhan massal. dokter Cecillia juga menangani pasien positif Covid-19 di RSUD Balaraja.
dr Cecillia yang juga seorang pianis profesional ini bercerita, seorang dokter sejatinya melayani masyarakat terutama di bidang kesehatan. Ada ataupun tidak ada Covid-19.
Ia mengaku merasa sedih melihat banyak tenaga medis berguguran.
Di benaknya, bagaimana bisa hal seperti ini terjadi. "Dukanya mungkin ketika melihat sejawat kami banyak yang gugur padahal mereka juga pahlawan. Sedih sekali melihatnya, kok seperti ini?" ucap Cecillia.
"Tapi kembali lagi, kita bukan Tuhan yang menentukan hidup matinya seseorang. Kita tidak bisa menyalahkan Covid-19 ini untuk kematian sejawat-sejawat kami," tambahnya.
Berikut petikan wawancara lengkap Tribun dengan dokter Cecillia Young.
Sejauh ini sudah menangani berapa banyak pasien positif Covid-19 di RSUD Balaraja?
Kalau di RSUD Balaraja pasien positif hasil Rapid Test ada sekitar tujuh orang. Tapi pasien itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, seperti swab tenggorokan. Jadi beberapa itu kemarin juga negatif sih hasil swab tenggorokan itu.
• Rumah Singgah Pelaku Perjalanan di Mitra Membludak, Dinkes Cari Solusi
Sejauh ini pasien akan dikeluarkan kalau swab-nya negatif. Yang dilakukan Rapid Test itu hanya pasien dengan gejala.
Kalau setelah tes positif, belum tentu itu positif. Karena Rapid Test itu hanya pada antibodi. Klau antibodi itu muncul hasilnya 7-14 hari.
Tanggapan Anda tenaga medis yang rentan mendapat diksriminasi?
Menjadi tenaga medis adalah membantu orang lain ada covid ataupun tidak ada covid. Memang banyak masyarapakat yang mengangg Covid-19 ini sangat negatif. Saya sebenarnya bingung kenapa. Mungkin penyebabnya kasus yang terus meningkat di seluruh dunia, jadi masyarakat pada takut. Panic attack. Kami tenaga medis lebih tahu untuk pencegahan Covid-19.
Ada tidak sih proses dekontaminasi untuk tenaga medis yang menangani pasien Covid-19?
Kalau misal dekontaminasi bukan berarti kita disemprot-semprot disinfektan seperti itu. Cuma kan kita pakai hazmat, baik di tempat covid maupun tidak kami disarankan pakai APD level dua. Karena di Jabodetabek zona merah.
Jadi hazmat kami pasti kita letakkan di rumah sakit untuk dilakukan pembersihan, minimal banget menggunakan UV. Karena beberapa hazmat ini bisa reuse, jadi bisa dilakukan pembersihan.
Dipastikan tenaga medis itu steril setelah menangani pasien positif Covid-19?
Jelas dong steril. Karena kalau kita tidak seperti itu, ya gawat dong. Kami kan mengerti kalau misalnya penularan Covid-19 ini melalui droplet yang bisa menempel di benda atau di udara.
Biasanya sebelum pulang ke rumah harus mandi dulu kalau di rumah sakit. Jadi sebelum pulang dari rumah sakit kita harus memastikan kalau kita sudah bersih.