Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pahlawan Nasional

22 April 1924, Maria Walanda Maramis Berpulang, Pesan Terakhirnya: Pertahankanlah Bangsamu

Maria lahir di Kema, Minahasa Utara, pada 1 Desember 1872 dengan nama Maria Josephine Catherine Maramis.

Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
ISTIMEWA
Maria Walanda Maramis adalah seorang pejuang pemikir yang turut memajukan masyarakat bumi putera khususnya perempuan di Sulawesi Utara. 

Mendirikan PIKAT

Maria berpikir, perempuan Minahasa haruslah mendapat pendidikan yang cukup agar kelak dapat mengurus rumah tangga dengan baik dan mendidik anak-anak.

Cita-cita mulia Maria semakin menemui jalan terang ketika dirinya menikah dengan seorang guru di Hollandsch-Inlandsche School Manado, Yoseph Frederik Calusung Walanda pada tahun 1890.

Dengan bantuan suaminya dan beberapa orang terpelajar Manado lainnya, pada Juli 1917, Maria akhirnya bisa mendirikan organisasi PIKAT.

Dalam buku berjudul Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan, karya M Junaedi Al Anshori disebutkan, organisasi PIKAT didirikan Maria saat dirinya berumur 45 tahun.

Awalnya, organisasi ini hanya sebuah forum diskusi terkait persoalan tentang pendidikan anak bumi putera di Minahasa.

Lantas, timbul gagasan dari Maria dan rekan-rekannya untuk meluaskan misi dan tujuan PIKAT.

Yakni, sebagai organisasi yang berfungsi demi memajukan kaum perempuan bumi putera di Minahasa.

Kemunculan PIKAT ikut mendorong kesadaran perempuan di Minahasa dan Sulawesi untuk bergerak memajukan perempuan bumi putera. Memasuki tahun 1920, jumlah perkumpulan perempuan semakin banyak.

Di sekitar tahun ini pula muncul perhatian lebih dari berbagai organisasi politik dan pergerakan nasional, yang berujung dibentuknya sayap perempuan.

Dari sini, PIKAT pun berkembang pesat. Sejumlah cabangnya tersebar hingga ke luar pulau Sulawesi, seperti Kalimantan dan Jawa.

Di bidang pendidikan, PIKAT mendirikan sekolah bagi anak-anak perempuan bernama Huishound School Pikat yang tidak dipungut bayaran.

Selain itu, lewat PIKAT, Maria juga membuka Sekolah Kejuruan Putri lengkap dengan asramanya.

Namun seiring kemajuannya, halangan pun semakin banyak yang dihadapi, terutama soal biaya untuk mengongkosi sekolah.

Di masa sulit ini, Maria tidak kendor semangatnya. Dia terus berusaha mengatasi setiap kesulitan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved