Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona di Indonesia

Jokowi Minta Transparansi Data Virus Corona di Indonesia, Tenaga Ahli KSP: Selama Ini Ada Kendala

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Brian Sriprahastuti mengakui adanya kendala dalam masalah keterbukaan data.

Youtube Kompas TV
Kolase foto: Tenaga Ahli Utama KSP Brian Sriprahastuti-Presiden Jokowi 

"Jadi diagnostik laboratorium juga sudah bisa dilakukan di daerah," jelas Brian.

Lihat videonya sejak menit awal

Keuntungan Transparansi Data Virus Corona Menurut Ahli

Dosen Senior Centre For Precision Health Unisa, Beben Benyamin mengatakan bahwa selama ini perihal keterbukaan data itu lah yang selama ini disarankan oleh timnya.

Hal itu diungkapkan Beben Benyamin melalui sambungan telepon di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Jumat (17/4/2020).

Beben menjelaskan bahwa keterbukaan data itu bermanfaat bagi masyarakat dan ilmuwan.

"Saya juga kebetulan bersama dengan temen-temen Young Scientist Forum dalam sebulan terakhir ini juga membantu memberikan rekomendasi pada pemerintah salah satunya rekomendasi kita ya memang keterbukaan data."

"Jadi keterbukaan data ini ada mempunya dua fungsi, salah satu fungsi untuk publik dan satu lagi fungsi untuk ilmuwan ataupun juga ahli-ahli kesehatan," ujar Beben.

Bagi publik, keterbukaan data bisa mengurangi kecurigaan masyarakat akan masalah Virus Corona di Indonesia.

"Jadi informasi untuk publik itu kita informasi bahwa pemerintah ini terbuka dengan masalah ini kita bisa masyarakat tahu seberapa besar masalah daripada Covid-19 sehingga tidak ada kesan yang ditutup-tutupi," ungkapnya.

Sedangkan bagi para ilmuwan, keterbukaan data bisa menjadi penelitian mereka hingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan.

Selama ini para ilmuwan disebut lebih menggunakan data-data dari negara yang sudah lebih dulu terjangkit untuk diteliti.

"Nah sedangkan untuk ilmuwan sendiri, scientist sendiri keterbukaan data itu adalah penting untuk menyediakan semacam feedback loop jadi data-data yang kita selama ini untuk melakukan pencegahan,"

"Diagnosa ini kan banyak menggunakan data-data yang memang sudah dipublikasikan dari China misalnya yang lebih dulu menghadapi pandemi kemudian dari Korea dari Singapura," ujar dia.

Padahal, setiap negara memiliki masalah penyakit penyerta atau penyakit lain di luar Covid-19 yang berbeda-beda.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved