Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tangkal Virus Corona

Kisah WNI Ilmuwan di Jerman Hindari Virus Corona, Sembunyi di Bunker Sejak 27 Februari Lalu

Maidar mengaku terpaksa tinggal di dalam bunker untuk menghindari paparan virus mematikan itu.

Editor: Alexander Pattyranie
Mirror.co.uk
(Ilustrasi) Rumah berlindung di hari akhir yang ditawarkan Vivos seharga Rp 334 miliar. 

Jerman lanjutnya, menerapkan kunci residensi total dan warga dilarang ke luar rumah tanpa melapor.

Maidar, warga Aceh yang menetap di Jerman
Maidar, warga Aceh yang menetap di Jerman (FOTO HANDOVER SERAMBI INDONESIA)

“Situasi makin darurat.

Kemungkinan sebulan lebih atau diperpanjang setahun tidak boleh kontak sosial.

Gimana kampung kita di Aceh?” ujarnya sambil bertanya balik.

Semua negara, lanjut Maidar, sedang mencari cara meredam efek virus Corona.

Beberapa negara membuat kebijakan ketat.

Maidar sendiri mengaku mulai mengurangi agenda yang berhubungan dengan manusia.

“Semua kerja menggunakan sistem teleworking, remote jarak jauh,” tambahnya.

“Saya tidak mau kontak siapun, kami belanja sistem online, semua stok dikirim ke rumah tanpa kontak manusia,” imbuh Maidar.

“Tragedi di Italia, Prancis, juga sebagian Jerman, mulai panik kita semua.

Saya tidak tahu apakah Indonesia bisa aman,” sambungnya lagi.

Maidar pun berharap Aceh bisa belajar banyak dari kasus-kasus yang terjadi di sejumlah negara terpapar.

Ia menyarankan lalu lintas manusia antara Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) dibatasi atau ditutup total selama dua minggu.

“Seharusnya, perbatasan Aceh-Sumut, khususnya transfer manusia jaringan kota-kota besar yang punya interaksi

global dan dekat episentrum virus, seperti Medan yang banyak kontak dengan negeri jiran di Asean,

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved