Pandemi Global
Dibalik Keberhasilan China Melawan Corona: 3.300 Tenaga Medis Terinfeksi, 13 Dari Mereka Meninggal
Pasca munculnya wabah corona di akhir tahun 2019, pada Januari 2020, China secara efektif menutup Wuhan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pasca munculnya wabah corona di akhir tahun 2019, pada Januari 2020, China secara efektif menutup Wuhan.
Pemerintah menempatkan 11 juta penduduk Wuhan dalam karantina ketat.
Langkah yang kemudian diikuti kota lain di Provinsi Hubei.
Sementara di wilayah lain seantero China, pemerintah setempat berkeras melarang warganya untuk tidak keluar dan diam saja di rumah.
Ratusan juta warga Negeri "Panda" di hidup di lingkungan padat.
Sehingga komite masyarakat setempat bisa berpatroli dan mengawasi mereka.
10 juta penduduk kota Wuhan terisolasi, dilarang keluar-masuk kota untuk antisipasi penularan virus korona. (Wikimedia)Dengan demikian, kepatuhan warga bisa terlihat. "Pengurungan berhasil," kata Sharon Lewin, profesor kedokteran di Uiniversitas Melbourne.
"Dua pekan setelah Wuhan ditutup, yang merupakan masa inkubasi virus corona, jumlah (infeksi) mulai berkurang," jelas Lewin.
Social distancing ekstrem dan karantina mandiri sejak saat itu mulai diikuti oleh negara lain di Eropa, termasuk beberapa negara bagian AS.
Namun studi yang dipaparkan Imperial College London menunjukkan, strategi itu bisa berdampak pada ekonomi dan sosial.
Jangka pendek maupun panjang.
Dalam penelitian yang dipublikasikan, tantangan utama dari cara ini adalah mereka harus dipertahankan setidaknya hingga vaksin siap dalam 18 bulan.
"Jika intervensi sampai dilonggarkan, maka tingkat penularan bakal kembali ke jalurnya," demikian studi dari Imperial College London.
China Masih yang Tertinggi
Data John Hopkins University, menunjukkan sudah 304.528 kasus terinfeksi, 12.973 orang meninggal dunia, dan 91.676 orang sembuh, Minggu (22/3/2020) pagi.